Anda di halaman 1dari 9

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI



PROYEK AKHIR
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PROBLEM 1 FAIR JALUE ACCOUA1IAC FOR FIAAACIAL IAS1RUMEA1S








DISUSUN OLEH:
ADI WI1OYO SUMAR1O PUTRO
AHMAD AULA RIFQI
ANDI KUSDIAWAN
WAHYU


PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
ANGKATAN XIV
1AKARTA 20

Page 2 oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


DAFTAR ISI
Latar Belakang
2 Batasan Masalah
3 Analisis dan Pembahasan



































Page 3 oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI



LATAR BELAKANG

Ini di isi dengan problem yang difotokopian.

2 BATASAN MASALAH
a. Discuss how changes in the reclassifaication rules affect the balance between noise
introduced in accounting data by regidity in accounting rules and bias introduced in
accounting data by managers' systematic accounting choices.
b. Ini diisi dengan pertanyaan yang ada di fotocopy
c.

3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A Masalah Reklasifikasi Instrumen Keuangan

Amendments to IAS 3 & IFRS 7 -Reclassification Of Financial Assets

Pada tanggal 13 Oktober 2008, Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
menerbitkan amandemen IAS 39 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan
IFRS 7 Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Amandemen ini adalah sebuah respon
terhadap konstituen, khususnya Uni Eropa. IASB menerbitkan Perubahan ini untuk
mengurangi perbedaan antara US GAAP dan IFRS dalam hal
reklasiIikasi Aset Finansial. Perubahan IAS 39 mengijinkan suatu entitas untuk
mereklasiIikasi aset keuangan non-derivatiI keluar dari kategori 'fair value through
profit or loss ' (FVTPL) dan 'AIailable Ior Sale (AFS) dalam keadaan terbatas.
ReklasiIikasi tersebut akan memicu persyaratan pengungkapan tambahan.

ReklasiIikasi, yang sebelumnya sangat dibatasi di bawah IFRS, kini diperbolehkan dalam
keadaan tertentu jika kondisi dan persyaratan pengungkapan diikuti. Namun, kami telah
mengidentiIikasi dua hal penting yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan apakah
untuk mereklasiIikasi atau tidak:

1. Kriteria Pengakuan Aset Keuangan berdasarkan IAS39 ini tidak berubah. Sebuah
portoIolio Aset Keuangan yang aktiI diperdagangkan harus terus diklasiIikasikan
sebagai dimiliki untuk diperdagangkan (Held Ior Trading). Hanya yang memenuhi
kondisi khusus dalam amandemen yang boleh direklasiIikasi. Secara khusus, ada
tainting rules` yang mengatur aset keuangan diklasiIikasikan sebagai diimiliki
hingga jatuh tempo (Held to Maturity) akan terus berlaku, dan penyedia laporan
keuangan harus berhati-hati untuk memastikan bahwa aturan tidak dilanggar.




Tainting Rules
Entitas tidak diizinkan untuk mengklasiIikasikan setiap aset keuangan sebagai
Held to Maturity untuk dua tahun jika telah dijual atau rencana untuk dijual atau
ditransIer dalam jumlah yang signiIikan dari jumlah investasi Held to Maturity
sebelum jatuh tempo mereka.

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


2. Amandemen ini memiliki persyaratan pengungkapan yang ketat yang harus diikuti
jika suatu entitas memilih untuk mereklasiIikasi Aset Keuangan yang sesuai dengan
amandemen. Secara khusus, suatu entitas harus mengungkapkan nilai wajar laba atau
rugi yang seharusnya diakui jika Aset Finansial belum direklasiIikasi untuk setiap
periode pelaporan sampai Aset Keuangan tersebut tidak diakui lagi. Dengan
demikian, persyaratan pengungkapan tambahan harus diperhitungkan ketika
memutuskan apakah reklasiIikasi diperlukan.

Kategori Reklasifikasi Aset Keuangan, Syarat, dan Penilaiannya
Ada dua kategori reklasiIikasi dalam amandemen ini:
Reklasifikasi ke Loan and Receivable








- Syarat kondisi diperbolehkan reklasifikasi:
i. Aset keuangan bukan merupakan derivatiI atau sekuritas modal dan
memenuhi deIinisi dari Loan and Receivable;
ii. Tidak diminta oleh IFRS untuk diklasiIikasikan sebagai Held Ior Trading pada
saat pengakuan awal, dan
iii. Perusahaan mempunyai niat dan kemampuan untuk mempertahankan aset
keuangan non-derivatiI di masa depan

- ara Penilaian atas Reklasifikasi
ika mereklasiIikasi dari HFT ke L&R



i. Nilai wajar pada tanggal ReklasiIikasi akan menjadi biaya baru atau biaya
diamortisasi (Amortised cost)
ii. Setiap keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam laporan laba
rugi tidak perlu dibalik pada saat reklasiIikasi

ika mereklasiIikasi dari AFS ke L&R



i. Nilai wajar pada tanggal reklasiIikasi akan menjadi biaya baru atau biaya
diamortisasi (amortised cost)
Held Ior-Trading
Loan and Receivable
AIailable Ior Sale
Held Ior-Trading Loan and Receivable
AIailable-Ior-Sale Loan and Receivable

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


ii. Setiap keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensiI lainnya (other comprehensive income) harus diperhitungkan,
sesuai dengan paragraI 54 IAS 39 yang menyatakan sebagai berikut:

(a) ika Aset Keuangan memiliki jatuh tempo yang pasti
Keuntungan atau kerugian harus diamortisasi selama sisa umur dari
investasi HTM dengan menggunakan metoda bunga eIektiI

(b) ika Aset Keuangan tidak memiliki jatuh tempo yang pasti
Keuntungan atau kerugian tetap ada dalam ekuitas sampai aset keuangan
tersebut dijual atau dibuang, dan saat itu harus diakui dalam laporan laba
rugi.


2 Reklasifikasi ke Afailable for Sale atau ke Held to Maturity









- Syarat kondisi diperbolehkan reklasifikasi:
i. Aset keuangan bukan merupakan aset deriIativ, dan
ii. ReklasiIikasi hanya diperbolehkan dalam keadaan yang langka









- ara penilaian untuk reklasifikasi
ika mereklasiIikasi dari Held Ior Trading ke AFS atau ke HTM






i. Nilai wajar pada tanggal ReklasiIikasi akan menjadi biaya baru atau biaya
diamortisasi (Amortised cost)
Held Ior-Trading
AIailable Ior Sale
Held-to-Maturity
"Keadaan Langka" muncul dari peristiwa tunggal yang tidak biasa dan sangat
tidak mungkin untuk terulang dalam waktu dekat. Menurut siaran pers dari IASB,
'kerusakan pasar keuangan dunia karena krisis Amerika yang telah terjadi selama
kuartal ketiga tahun 2008 adalah contoh kemungkinan situasi yang jarang ".
Trading
AFS
HTM

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


ii. Setiap keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam laporan laba
rugi tidak perlu dibalik pada saat reklasiIikasi

ika mereklasiIikasi dari AFS ke HTM




iii. Nilai wajar pada tanggal reklasiIikasi akan menjadi biaya baru atau biaya
diamortisasi (amortised cost)
iv. Setiap keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensiI lainnya (other comprehensive income) harus diperhitungkan,
sesuai dengan paragraI 54 IAS 39 yang menyatakan sebagai berikut:
(a) ika Aset Keuangan memiliki jatuh tempo yang pasti
Keuntungan atau kerugian harus diamortisasi selama sisa umur dari
investasi HTM dengan menggunakan metoda bunga eIektiI

(b) ika Aset Keuangan tidak memiliki jatuh tempo yang pasti
Keuntungan atau kerugian tetap ada dalam ekuitas sampai aset keuangan
tersebut dijual atau dibuang, dan saat itu harus diakui dalam laporan laba
rugi.

Amandemen IFRS 7 - Instrumen Keuangan: Pengungkapan
Agar transparan kepada setiap pengguna reklasiIikasi sesuai persyaratan baru, IFRS 7
juga diubah. Meskipun persyaratan untuk reklasiIikasi sesuai dengan IAS 39, p.51-54
tetap tidak berubah, pengungkapan tambahan berikut diperlukan untuk reklasiIikasi
dalam lingkup amandemen saat ini (Paragrap baru IFRS 7.12A):
- Pada periode reklasifikasi
i) umlah nilai yang masuk dan keluar dari reklasiIikasi setiap kategori;
ii) Deskripsi atas kondisi yang jarang terjadi yang mengarah ke reklasiIikasi aset
keuangan; termasuka Iaktor yang mengindikasikan bahwa situasi tersebut
memang jarang.
iii)Keuntungan atau kerugian nilai wajar pada aset keuangan dalam periode
pelaporan dan periode pelaporan sebelumnya;
iv) Tingkat bunga eIektiI dan jumlah perkiraan arus kas entitas yang diharapkan
untuk dipulihkan pada tanggal reklasiIikasi dari aset keuangan

- Untuk setiap periode pelaporan sampai aset keuangan yang direklasifikasi tidak
diakui lagi
i) Nilai tercatat dan nilai wajar seluruh aset keuangan yang direklasiIikasi dalam
periode pelaporan saat ini dan periode sebelumnya;
ii) Keuntungan atau kerugian nilai wajar yang seharusnya telah diakui jika aset
keuangan belum direklasiIikasi



AFS HTM

Page 7 oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


B Aturan Reklasifikasi di Indonesia

Salah satu bentuk kedisiplinan IAS yang diadopsi oleh PSAK No. 50 & 55 (revisi 2006)
adalah dalam masalah reklasiIikasi ini. Pada PSAK No. 50 (1998) tidak memberikan
larangan mengenai pengklasiIikasian ulang instrumen keuangan yang sebelumnya telah
direklasiIikasi. Hal ini memungkinkan adanya 2oral ha:ard oleh manajemen perusahaan
dengan mereklasiIikasi instrumen keuangannya untuk tujuan pemerataan laba atau
inco2e s2oothing.

Sebagai contoh ketika instrumen keuangan yang sebelumnya termasuk dalam HTM
ataupun AFS, Iair valuenya meningkat, menajemen kemudian mereklasiIikasi instrumen
keuangan sebagai 'trading agar gain yang dihasilkan dari peningkatan fair value
tersebut dapat langsung diakui di inco2e state2ent sehingga laba akan seolah-olah`
meningkat.

PSAK No. 55 (revisi 2006) yang mengatur lebih ketat masalah reklasiIiksi ini. Ada tiga
aturan baru reklasiIikasi menurut PSAK ini :
i. ReklasiIikasi dari kelompok klasiIikasi manapun DARI atau KE FVTPL tidak
diperbolehkan
ii. ReklasiIikasi oan and Receivable DARI atau KE HTM dan FVTPL tidak
diperbolehkan
iii. ReklasiIikasi dari AFS menjadi oan and Receivable tidak diperbolehkan

Selain itu, terdapat tainting rule yaitu larangan untuk mengklasiIikasikan HTM selama
2 tahun jika entitas bermaksud menjual atau mereklasiIikasi investasi HTM dalam jumlah
pokok yang signiIikan, kecuali jika sudah mendekati jatuh tempo, jumlah pokok hutang
hampir seluruhnya tertagih atau ada kejadian tertentu di luar kendali.

Amandement IAS 3 memicu Manager untuk Melakukan Income Smoothing

Penggunaan Amandemen atas kemungkinan reklasiIikasi aset keuangan harus didorong
oleh alasan yang objektiv, seperti "niat dan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan aset keuangan untuk masa mendatang "atau ketidakmungkinan untuk
memperkirakan nilai wajar yang dapat diandalkan, namun kebijakan manajemen dapat
menimbulkan motiI keputusan oportunistik terkait dengan perilaku earning 2anage2ent.

Secara khusus, dikarenakan harga pasar keuangan tiba-tiba drop dalam kuartal ketiga
2008, keputusan dapat bergantung pada pendapatan perusahaan dan alasan pengelolaan
modal, hal ini untuk menghindari dari pengakuan potensi kerugian yang timbul dari uli
2008 hingga tanggal reklasiIikasi. EIek ini bisa terjadi melalui perubahan dari kategori
Held For Trading (HFT) ke kategori Available For Sale (AFS) atau ke kategori Loan &
Receivable (L&R) untuk meningkatkan pendapatan, serta melalui reklasiIikasi dari
kategori HFT dan AFS ke kategori L&R untuk meningkatkan ekuitas. IASB sendiri
mencatat bahwa pembolehan reklasiIikasi dapat menyebabkan entitas mengelola

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


laporan labanya dengan menghindari keuntungan atau kerugian Iair value masa depan
pada aset yang direklasiIikasi (IASB, 2008, BC104B, hal 10), meskipun proses itu tidak
"mudah" dan ada perbedaan pendapat tentang Amandemen itu.

Perbankan adalah perusahaan yang paling berpotensi dipengaruhi oleh Amandemen ini,
karena banyaknya instrumen keuangan yang dimiliki jika dibandingkan dengan
perusahaan lain. Bank merupakan subjek penelitian yang menarik untuk manajemen
angka akuntansi karena mereka tidak hanya tertarik pada keuntungan, tetapi juga dalam
menjaga rasio ekuitas yang baik, dan dibebani dengan persyaratan kecukupan modal.
Memburuknya rasio ekuitas akan meningkatkan batasan untuk aktivitas perbankan.

Ada banyak alasan yang dapat mendorong insentiI praktek manajemen laba dalam pilihan
akuntansi (Watts dan Zimmerman, 1986). Perilaku manajemen laba dapat berasal dari
upaya untuk mengurangi biaya (biaya agensi dan biaya kontrak atau kompetitiI),
menurunkan biaya modal atau meningkatkan reputasi manajemen. Manajemen juga dapat
memiliki insentiI untuk memenuhi harapan investor atau analis, melebihi ambang batas
(Degeorge et al, 1999.) atau menghindari penurunan laba dan kerugian (Burgsthaler dan
Dichev, 1997).

keputusan manajemen dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengelola pendapatan
dan modal. Sebagai contoh, pendapatan riil dan pengelolaan modal dapat juga berasal
dari konsekuensi menjual sekuritas pada saat-saat tertentu untuk memperoleh pengaruh
yang diinginkan atau keputusan pada penghapusan pinjaman yang mempengaruhi rasio
modal.
Ada beberapa paper yang meneliti pengaruh amandemen IAS 39 ini pada kualitas laba.
Fiechter dan Unger (2010) membuat studi deskriptiI dari aplikasi amandemen IAS 39
pada sampel 219 bank Eropa. Mereka menemukan bahwa sepertiga dari sampel
menggunakan reklasiIikasi dalam laporan tahunan 2008. Bobot reklasiIikasi relatiI tinggi
rata-rata 4.2 dari total aset dan hal tersebut berpengaruh besar terhadap ROE. Penelitian
kedua adalah dari Paananen (2010) yang mencoba mengetahui determinan dari pilihan
akuntansi ini melalui sampel 129 bank. Dia menemukan bahwa reklasiIikasi berhubungan
dengan tingkat keterbukaan pengukuran Iair value.

Berdasatkan teori perilaku income smoothing, pelaporan kerugian yang besar akan tidak
diinginkan, jadi Amandemen IAS 39 memberikan kesempatan untuk menghindari
penurunan penghasilan karena kerugian Iair value. ReklasiIikasi dari trading ke AFS atau
ke L&R dan HTM dapat dihubungkan dengan alasan untuk meningkatkan pendapatan,
karena pengaruhnya ada pada penghapusan kerugian potensial dari laba rugi.

Page oI

FINAL PROJECT OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS PPA XIV UNIVERSITAS TRISAkTI


Sedangkan reklasiIikasi dari AFS ke HTM dapat dihubungkan dengan alasan untuk
meningkatkan modal, karena pengaruhnya ada pada penghapusan kerugian potensial dari
Ekuitas. ReklasiIikasi ini substansinya adalah cara untuk melepaskan dari pengaruh Iair
value dan menghasilkan adopsi metode amortisasi biaya.

Anda mungkin juga menyukai