Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH KEWARGANERAAN


'PENGARUH TERORISME TERHADAP KETAHANAN NASIONAL`













Disusun Oleh:
Asti Dwi Noverina (G1B010009)
Rizki Kurniasari (G1B010029)
Inda Risqiyana (G1B010049)
Amaliyah (G1B010050)
Kiki Sri Lestari (G1B010054)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS 1ENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
1URUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
2011
A I
PENDAHULUAN


A. Latar 0akang

!erkembangan lingkungan strategis saat ini telah diwarnai dengan berubahnya
isu-isu di bidang keamanan, dimana pada mulanya mencakup aspek geopolitik dan
geostrategi seperti pengembangan kekuatan militer dan senjata strategis serta hegemoni,
telah bergeser ke arah isu-isu seperti terorisme dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya
yang perkembangannya begitu cepat dan semakin kompleks permasalahannya karena
didukung oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas negara yang rapi serta memiliki
kemampuan teknologi yang tinggi. Sejak tanggal 11 September 2001, dimana terjadi
peristiwa aksi serangan terorisme terhadap WTC dan pernyataan perang terhadap
terorisme berdampak sangat luas dan berkembang menjadi isu global serta terjadinya
ledakan-ledakan bom di Indonesia juga menjadi perhatian dunia.
!erkembangan kejahatan terorisme global telah menunjukkan peningkatan yang
cukup signiIikan baik modus, kuantitas maupun kualitasnya, Indonesia tidak lepas dari
sasaran terorisme. Terungkap Iakta adanya keterkaitan jaringan militan lokal dengan
jaringan internasional. Selain ancaman terorisme, ancaman non tradisional lainnya yang
muncul saat ini telah merebak pula lewat pintu sendi kehidupan bangsa.
AktiIitas teroris telah membidik dan memanIaatkan ideologi dan agama bagi
masyarakat dunia sebagai garapan agar memihak kepada perjuangan mereka. Oleh
sebab itu perlu ditangani secara bijak. Untuk mencegah dan menanggulangi segala
bentuk tindakan dan kegiatan teroris, !emerintah Indonesia menyikapi Ienomena
terorisme secara ariI, menganilisis berbagai aspek kehidupan bangsa saat ini, guna
memerangi aksi terorisme, bersama dunia internasional.
Dengan memanIaatkan kemampuan teknologi modern saat ini teroris dapat
menghancurkan sasaran yang diijinkan dari jarak jauh, seperti telepon genggam atau
bom bunuh diri seperti yang terjadi di Bali. Dengan adanya terorisme yang semakin
merajalela ini kemungkinan dapat merusak atau menghilangkan persatuan dan kesatuan
pada masyarakat Indonesia dan akan merusak sistem ketahanan nasional Indonesia.
. Rumusan Masaah
1. Bagaimana perkembangan terorisme di Indonesia?
2. Apa pengaruh terorisme terhadap Ketahanan Nasional Indonesia?





























A II
PEMAHASAN

Dihadapkan dengan kecenderungan perkembangan lingkungan strategis, Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) termasuk di dalamnya aparat intelijen
sebagai bagian integral dari kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang telah
diamanatkan oleh Undang-Undang sebagai alat negara yang berIungsi sebagai alat
pertahanan negara dengan tugas pokok menegakkan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Karenanya TNI
semakin dituntut untuk mampu membina dan menyiapkan kemampuan dan kekuatan
agar dapat digunakan secara eIektiI dan eIisien untuk menghadapi ancaman yang datang
dari dalam maupun luar negeri, termasuk menghadapi aksi teroris.
Di sisi lain, TNI Angkatan Darat dalam menyelenggarakan tugas pokoknya
sebagai salah satu inti kekuatan pertahanan, akan dihadapkan pada permasalahan
strategis yang pada dasarnya berkisar pada kondisi dan kualitas proIesionalisme.
Dengan meningkatnya hakekat ancaman yang dihadapi terutama dalam menghadapi
aksi terorisme, maka diperlukan kualitas aparat intelijen yang handal dan mampu
menghadapi setiap perkembangan yang terjadi berkaitan dengan aksi terorisme di
Indonesia. Dihadapkan dengan kondisi seperti ini, maka peran intelijen merupakan
aspek penting dalam rangka memenangkan the Iuture warIare yang bersiIat kompleks.

P0rk0mbangan T0rorism0 Di Indon0sia
Operasi teroris biasanya dilaksanakan oleh elemen klandestin yang dilatih dan
diorganisir secara khusus, tindakan pengamanan yang ketat diberlakukan setelah sasaran
operasi dipilih. Anggota tim tidak dipertemukan sebelum pelaksanaan latihan
pendahuluan sesaat sebelum berangkat menuju sasaran. !engintaian dilaksanakan oleh
elemen atau personel yang bertugas khusus sebagai intelijen kusus, untuk
memeperbesar kemungkinan kemungkinan keberhasilan pelaksanaan operasi, lebih
banyak serangan yang direncanakan dari pada yang dilancarkan. Teroris senantiasa
mencari dan mengeksploitir titik lemah dari sasaran. Mereka seringkali menyerang
sasaran yang tidak dilindungi atau kurang pengamanannya. Karakteristik dari operasi
adalah kekerasan, kecepatan dan pendadakan.
a. Metoda.
Teroris beroperasi dalam hubungan unit kecil yang terdiri dari personel yang
terlatih menggunakan senapan otomatis ringan, granat tangan, bahan peledak munisi
dan radio transistor. Sebelum pelaksanaan operasi, teroris berbaur dengan masyarakat
setempat untuk menghindari deteksi dari aparat keamanan. Setelah pelaksanaan operasi,
mereka kembali bergabung dengan masyarakat untuk memperbesar kemungkinan
pelolosan mereka.
b. Taktik.
Yang sering dilakukan oleh para teroris adalah:
1) Bom. Taktik yang sering digunakan adalah pengeboman. Dalam dekade terakhir
ini sering terjadi aksi teror yang dilaksanakan dengan menggunakan bom, baik di
Indonesia maupun di luar negeri, dan hal ini kedepan masih mungkin terjadi.
2) !embajakan. !embajakan sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris.
!embajkan terhadap pesawat terbang komersial pernah terjadi di beberapa negara,
termasuk terhadap pesawat Garuda Indonesia di Don Muang Bangkok pada tahun
1981. Tidak menutup kemungkinan pembajakan pesawat terbang komersial masih
akaan terjadi saat ini dan massa yang akan datang, baik di Indonesia maupun di
luar negeri.
3) !embunuhan. !embunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih
digunakan hingga saat ini. Sasaran dari pembunuhan ini seringkali telah
diramalkan, teroris akan mengklaim bertanggungjawab atas pembunuhan yang
dilaksanakan. Sasaran dari pembunuhan ini biasanya adalah pejabat pemerintah,
penguasa, politisi dan aparat keamanan. Dlam sepuluh tahun terakhir tercatat 246
kasus pembunuhan oleh teroris seluruh dunia.
4) !enculikan. Tidak semua penghadangan ditujukan untuk membunuh. Dalam kasus
kelompok gerilya Abu SayaI di Filipina, penghadangan lebih ditujukan untuk
menculik personel, sepperti yang dilakukan oleh kelompok GAM terhadap
kameraman RCTI Ersa Siregar dan Fery Santoro di Aceh. !enculikan biasanya
akan diikuti dengan tuntutan imbalan berupa uang atau tuntutan politik lainnya.
5) !enyanderaan. !erbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia
terorisme sangat tipis. Kedua bentuk operasi ini seringkali meimiliki pengegertian
yang sama. !enculik biasanya meennan korbannya di tempat tersembunyi dan
tuntutannya adalah berupa materi dan uang, sedangkan penyanderaan biasanya
menahan sandera di tempat umum ataupun di dalam hutan seperti yang dilakukan
oleh kelompok Kelly Kwalik di !apua yang menyandera tim peneliti Lorenz pada
tahun 1996. Tuntutan penyannderaan lebih dari sekedar materi. Biasanya tuntutan
politik lebih sering dilemparkan pada kasus penyanderaan ini.
Untuk melaksanakan pembangunan postur TNI, perlu dijabarkan langkah-langkah
yang harus dilakukan sebagai suatu kebijakan strateis, dan akan digunakan sebagai
pedoman dalam mengoptimalkan, mengintegrasikan seluruh kemampuan, kekuatan dan
sumber daya yang ada. Kebijakan strategis dalam pembangunan postur TNI tersebut
antara lain melanjutkan upaya-upaya deteksi din, cegah dini dan penangkalan atas
semua potensi kerawanan yyang dapat mengancam kedaulatan, integritas wilayah NKRI
dan keselamatan bangsa dengan mencegah, mengantisipasi, meniadakan dan
menetralisir seluruh ancaman, termasuk ancaman terorisme baik yang berskala nasional
maupun yang terkait dengan jaringan terorisme internasional.
Faktor budaya dapat mewujudkan dirinya dalam motiI selI helI atau tuntutan
kewajiban atas suatu martabat keluarga, suku, agama dan bangsa. Kerangka teori ini
menjadi sangat relevan dikaitkan dengan Ienomena dalam dua bentuk. !ertama, teroris
merasa terpanggil atau ada perasaan wajib untuk melakukan perlawanan atas dominasi
atau ketidak-adilan suatu kelompok masyarakat tertentu. Kedua, mereka berada dalam
keadaan putus asa, sehingga terorisme dapat menggantikan bentuk perlawanan terbuka.
Dalam konteks strategis, diperkirakan ancaman dan gangguan terhadap kepentingan
pertahanan Indonesia di masa mendatang diantaranya adalah masalah terorisme
internasional yang memiliki jaringan lintas negara dan timbul di dalam negeri.
Ancaman terorisme memerlukan penanganan secara segera, dan TNI berkepentingan
langsung untuk mengemban peran dan Iungsi memerangi tindak kejahatan terorisme
sesuai spektrum ancaman. Dalam memerangi tindak kejahatan terorisme, TNI
berpedoman pada pasal 17 Undang-Undang No 3 tahun 2002 sebagai payung hukum.
Landasan hukum lain adalah !eraturan !emerintah !engganti Undang-Uundang Nomor
1 dan Nomor 2 tentang !emberantasan Tindak !idana Terorisme yang telah disetujui
D!R menjadi Undang-Undang. Dalam menghadapi ancaman terorisme, sektor
pertahanan akan selalu berpijak pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku baik
secara nasional maupun internasional. !okok-pokok kebijakan yang yang menjadi
pedoman dalam memerangi terorisme adalah sebagai berikut :
a. !erang melawan terorisme merupakan kebutuhan mendesak yang dilaksanakan
untuk melindungi kedaulatan NKRI dan keselamatan warga negara Indonesia
serta warga negara lain yang berada di Indonesia.
b. Dalam pelaksanaan pemberantasan aksi terorisme, harus tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tindakan yang tidak melanggar
Hak Asasi Manusia.
c. Dalam penggunaan kekuatan pertahanan, yakni TNI untuk menumpas terorisme,
tidak bersiIat diskriminatiI, dalam arti bahwa siapapun yang melakukan perbuatan
teror akan dihadapi tanpa melihat latar belakang etnis, agama dam golongannya.
d. Terorisme yang bersiIat internasional maupun lokal atau yang saling bekolaborasi,
dalam mengatasinya dilakukan upaya secara terpadu dan terkoordinasi secara
lintas instansi dan lintas negara.
Dalam melaksanakan pokok-pokok kebijakan di atas, secara konkrit penanganan
ancaman terorisme dapat bersiIat mendahului (preemtiI), mencegah (preventiI), dan
menindak (represiI). Upaya represiI dilaksanakan melalui suatu kegiatan operasi untuk
menghancurkan aksi teroris yang berada di wilayah NKRI maupun di luar wilayah RI.
!eran intelijen dalam kegiatan operasi untuk menghancurrkan aksi terorisme sangatlah
tinggi agar negara tidak selalu 'kecolongan, namun kesemuanya perlu dukungan dan
kerjasama antar sesama aparat intelijen, baik yang ada di TNI maupun intelijen yang
ada di !olri, selain itu peran serta masyarakat jelas paling utama.
Karakteristik Terorisme di Indonesia
Ada tiga alasan, mengapa teroris memilih Indonesia sebagai tempat melakukan
aksinya. Ketiga ancaman itu adalah lemahnya hukum, rendahnya pendidikan dan
suburnya kemiskinan. Mengikuti logika awam, kita memang bisa sangat emosional
dengan kejahatan terorisme di Indonesia yang didalangi Dr Azhari dan Noordin M Top.
Mereka tidak mungkin dapat dengan leluasa beroperasi di Indonesia tanpa berbagai
kemudahan. Berbagai kemudahan itulah yang harus menjadi pelajaran atas kejahatan
yang diotaki dua warga Malaysia itu.
Kita dapat berdebat panjang tentang kebenaran ketiga alasan tersebut, namun juga
tidak sepenuhnya meleset. !endidikan yang rendah dan tingkat kemiskinan yang tinggi,
jelas merupakan ladang yang empuk bagi siapapun untuk berjualan ideologi, keyakinan
atau bahkan mimpi-mimpi. Lalu alasan hukum, Iakta menunjukkan setelah Undang-
Undang No 11/!N!S/1963 tentang Tindak !idana Subversi (UU Subversi) dicabut,
Indonesia menjadi sasaran empuk para teroris. Sejak bom malam natal pada tahun 2000,
bom seakan tidak berhenti menjadi horor di negeri ini, antara lain Bom Bali I (2002),
Bom JW Marriot (2004), Bom Bali II (2005). Kini UU Subversi telah diganti dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak !idana Terorisme (UU
Antiterorisme).
!elaku teroris di Indonesia memiliki siIat dan ciri tersendiri. Aksi teroris dianggap
sebagai perjuangan menegakkan aqidah, perang jihad melawan negara-negara kaIir
dengan menggunakan sel terputus. Ketika selesai melakukan aksinya tidak berani secara
terbuka untuk mengklaim bahwa dialah sebagai pelakunya seperti halnya pelaku teror di
luar negeri. Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sering
digunakan sebagai kedok untuk melakukan perjuangannya dengan berbaur bersama
masyarakat dalam rangka penyamaran sehingga pelaku teroris sulit ditangkap dan
terkadang dilindungi oleh kelompok-kelompok masyarakat yang berpaham sama. Hal
lain yang dilakukan kelompok teroris ini adalah dengan sengaja menggunakan tameng
Islam agar terjadi benturan antar negara. Negara barat akan menuduh pelaku teror
adalah kelompok Islam sehingga disaat demikian akan muncul solidaritas Islam di
seluruh dunia untuk melakukan perlawanan dalam bentuk apapun terhadap negara-
negara barat. Di Indonesia sendiri, hal ini menjadi polemik di kalangan masyarakat yang
pada akhirnya masyarakat menjadi kurang bahu-membahu untuk turut serta dalam
memberantas dan mencegah aksi terorisme.

P0ngaruh T0rorism0 T0rhadap K0tahanan Nasiona
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya sistem adalah bagian dari beberapa
bagian sistem atau subsistem yang melaksanakan Iungsinya masing-masing dan di
antara satu subsistem dengan subsistem lainnya saling berkaitan. Begitu pula dengan
sistem politik Indonesia yang terdiri dari beberapa sistem yang menjalani Iungsinya
masing-masing. Namun ketika satu kepincangan terjadi dalam subsistem Indonesia,
maka keseluruhan subsistem atau sistem tadi mengalami gangguan. Dalam kaitannya
dengan masalah terorisme, kepincangan yang terjadi adalah di bidang pertahanan dan
ketahanan. Contohnya, saat terjadi pemboman di Bali yang menelan ratusan korban dari
penduduk dalam dan luar negri. Walaupun kepincangan yang terjadi di bidang
pertahanan dan ketahanan, namum berdampak pada bidang-bidang lainnya. Karena
terjadinya pemboman di Bali, Indonesia menghadapi permasalahan dalam bidang
diplomasi, terutama dengan negara-negara yang menjadi korban dalam tindakan teror
tersebut seperti Australia, Amerika, Jepang, dan negara lainnya.
Setelah terjadi kepincangan di bidang diplomasi, akan berdampak pula pada
bidang lainnya, seperti larangan negara Amerika dan Australia kepada warga negaranya
untuk berkunjung ke Indonesia khususnya Bali saat itu, mengakibatkan berkurangnya
wisatawan yang datang ke Bali sehingga juga mengurangi pemasukan negara dari
bidang pariwisata. Dan Bali saat itu pun mengalami perekonomian yang sangat sulit.
Karena memang sebagian besar masyarakat Bali berpenghasilan dari wisatawan-
wisatawan yang berkunjung kesana. Hal yang tidak disangka juga, ternyata berdampak
pula ke bidang pendidikan. Seperti, Madina University, Saudi Arabia, yang biasanya
memberikan beasiswa penuh untuk penuntut ilmu yang ingin belajar disana setiap
tahunnya dari Indonesia, menutup kesempatan tersebut dengan alasan terjadinya
pemboman di Bali tersebut.
Sehingga jelaslah yang dari awalnya terjadi kerusakan pada satu subsistem,
mengakibatkan kerusakan pada sistem yang lainnya. Oleh karena ituah masalah
terorisme khususnya pemboman tersebut mengganggu sistem perpolitikan di Indonesia.
Ini juga sesuai dengan pendapat David Easton yang mengatakan bahwasanya ada tiga
hal mendasar dari sistem politik, yang salah satunya adalah ditandai dengan adanya
saling ketergantungan antarunit yang berada di dalamnya.
Terorisme di Indonesia yang semakin merajalela memberikan dampak negatiI
yang sangat besar terhadap ketahanan nasional Indonesia karena dengan semakin
pesatnya perkembangan terorisme di Indonesia akan menghilangkan kepercayaan
negara-nagara lain terhadap Indonesia terutama di bidang keamanan. Selain itu,
terorisme yang tidak hanya beraksi di dalam negeri, akan tetapi banyak juga para teroris
yang menjalankan aksi mereka di luar negeri maka hal tersebut akan mengancam sistem
ketahanan yang ada di Indonesia. Tentunya negara yang diserang oleh teroris-teroris
tersebut tidak akan tinggal diam dan akan melakukan serangan balik terhadap Indonesia.
Terorisme bukan hanya kejahatan yang mengancam dan merusak keamanan dan
keutuhan suatu bangsa dan negara, tetapi juga merusak tatanan dan kedamaian
masyarakat internasional. Harmonisasi global dapat terkoyak karena bisa jadi masing-
masing negara saling mencurigai dan mengecam negara yang lain, karena ada diantara
tersangka atau pelakunya berasal dari negara tersebut. Misalnya, ketika pelaku teroris
atau pelaku teroris adalah warga negara Indonesia, tentulah yang ikut digugat adalah
negara Indonesia. Menyikapi adanya analisa ancaman tersebut maka perlu upaya
proaktiI dengan menyiapkan sistem pembinaan terhadap satuan penanggulangan teror.
Hal ini untuk mengantisipasi adanya tugas-tugas dalam memerangi aksi-aksi terorisme
tersebut, yang mana penanggulangan teror merupakan bagian dari operasi militer selain
perang. Sedangkan dari operasi ini bbukan hanya menjadi tanggung jawab satuan
penanggulangan teror, tapi juga melibatkan berbagai satuan atau institusi dari luar unsur
militer, antara lain satuan penanggulangan dari kepolisian, direktorat imigrasi, bea
cukai, Departemen !erhubungan dan Badan Intelijen Negara.

!eran Aparat Intelijen dalam Mengatasi Terorisme :
Masalah terorisme sudah menjadi ancaman yang serius bagi bangsa Indonesia ,
sehingga bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab !olri saja, namun TNI secara
nyata sudah tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 bahwa tugas TNI
diantaranya adalah mengatasi terorisme. Dari hal ini jelas kiranya TNI melalui aparat
intelijen sudah saatnya berperan dalam mengatasi terorisme agar terorisme tidak leluasa
menghancurkan sendi-sendi kehidupan di Tanah Air. Untuk itu diperlukan konsep yang
jelas tentang peran aparat intelijen dalam menanggulangi dan mengatasi masalah
terorisme, sehingga aparat intelijen dapat mengatasi masalah terorisme secara optimal.
Adapun hal penting yang harus dimiliki maupun yang sangat berpengaruh di dalam
peran aktiInya aparat intelijen untuk menanggulangi terorisme di Indonesia adalah :
Naluri Intelijen adalah naluri yang timbul dengan sendirinya dari masing-masing aparat
intelijen dalam melaksanakan tugas dan Iungsinya dalam rangka mendapatkan bahan
keterangan atau inIormasi yang diperlukan dengan mengaplikasikan semua taktik dan
teknik yang dimiliki oleh aparat intelijen tersebut. Agar aparat intelijen tidak terkesan
sebagai 'pemadam kebakarandalam mengantisipasi kegiatan terorisme, maka setiap
personel intelijen harus memiliki naluri intelijen yang sangat peka, kepekaan aparat
intelijen sangat diperlukan dalam mengantisipasi setiap perubahan perkembangan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, namun demikian dihadapkan dengan kondisi yang
terjadi tersebut, aparat intelijen masih belum optimal dalam mengantisipasi setiap
perkembangan yang terjadi. Jaringan ntelijen yang telah dibentuk masih belum mampu
untuk memonitor wilayah apalagi melaporkan, sehingga akibat dari kekurangan ini
maka kelompok teroris internasional dapat dengan mudah melancarkan aksinya tanpa
dapat dideteksi oleh aparat intelijen kita. Kalaupun situasi telah dapat dimonitor, namun
tidak tahu langkah apa yang akan dilakukan karena tidak memiliki naluri intelijen yang
pekaguna mengantisipasi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
depan. Naluri intelijen dapat berkembang dan tumbuh apabila motivasidari setiap aparat
intelijen terjaga dengan baik.
Materiil dan !erlengkapan dalam mendukung pelaksanaan tugas di lapangan,
kesiapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap aparat intelijen akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tugas di lapangan, sehingga sarana dan prasarana
yang berupa materiil khusus intelijen (matsus intel) sangat dibutuhkan dan tidak
membebani personel di lapangan Sementara itu kondisi matsus intel yang dimiliki baik
secara satuan maupun perorangan masih belum dapat menjawaab tantangan yang
dihadapi di masa mendatang. Matsus intel yang ada masih merupakan asset lama,
sehingga kurang mampu dalam mendukung setiap pelaksanaan tugas yang dihadapi di
lapangan. Disamping itu, dengan materiil yang canggih dapat mempengaruhi moril
moril dari setiap petugas dalam melaksanakan tugasnya yang sangat kompleks. Masalah
matsus intel sangat penting untuk diprioritaskan untuk mengimbangi kemampuan
teknologi yang dimiliki para teroris saat ini.
Deterent EIIect dirasakan sebagai salah satu cara eIektiI dalam menanggulangi
atau meminimalisir ruang gerak terorisme. Teroris akan sempit ruang geraknya apabila
situasi tidak mendukung. Karenanya diperlukan kebersamaan untuk menjadikan
terorisme sebagai common enemy, issu bahwa teroorisme sebagai musuh bersama akan
terbentuk apabila kita mampu mensosialisasikan sekaligus menyamakan persepsi
dengan masyarakat bahwa teroris sangat merugikan dan menghancurkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat serta dapat menjadi ancaman setiap saat.Selain beberapa hal
yang disebutkan di atas, terkai peran aparat intelijen dalam menangani aksi terorisme di
Indonesia, masih ada upaya-upaya lain yang tidak kalah pentingnya dari upaya yang
telah disampaikan, yaitu :
a. Mencermati amanat !residen RI pada peringatan HUT TNI ke 60 'meminta
seluruh jajaran prajurit untuk berpartisipasi aktiI dalam menangkal, mencegah dan
menindak teroris, dari amanat tersebut dapat dikatakan bahwa perlunya
pemberdayaan seluruh prajurit sebagai Bapul (Badan !engumpul Keterangan),
membentuk jaring-jaring intelijen guna mengantisipasi luasnya wilayah, peranan
Babinsa untuk ditingkatkan kemamuannya setingkat dengan aparat intelijen,
sehingga akan tercapai pemberdayaan intelijen di Komando Teritorial.
b. Komunikasi antar seluruh elemen bangsa, baik yang selama ini mendukung
pemerintah maupun yang kontra kepada pemerintah, hal ini sangat penting
dilakukan sehingga didapatkan inIormasi yang bermanIaat bagi aparat intelijen
maupun bagi TNI.
c. Memperluas jaring ke seluruh lapisan masyarakat mulai tingkat atas maupun
tingkat bawah, hal ini sangat penting guna peningkatan kewaspadaan terhadap
setiap gerak-gerik yang mencurigakan di dalam lingkungan masyarakat sehingga
mereka akan melaporkan setiap kejadian yang mencurigakan di wilayahnya.
d. Memberikan gambaran atau persamaan persepsi tentang teroris. Teroris adalah
musuh negara, tidak berperikemanusiaan sehingga merupakan tanggung jawab
bersama untuk menumpasnya.
Langkah pencegahan terhadap aksi kejahatan terorisme hanya bisa dilakukan
apabila intelijen berIungsi dengan baik. Dengan dibentuknya Desk Antiteror baik di
tingkat Mabesad maupun tingkat Kodam diharapkan merupakan langkah konkrit yang
dilakukan oleh TNI Angkatan Darat dalam menjalankan tugasnya sesuai yang
diamanatkan dalam Undang-Undang TNI Nomor 34 tahun 2004.






A III
PENUTUP


A. K0simpuan

1) Teroris senantiasa mencari dan mengeksploitir titik lemah dari sasaran. Mereka
seringkali menyerang sasaran yang tidak dilindungi atau kurang pengamanannya.
Karakteristik dari operasi adalah kekerasan, kecepatan dan pendadakan. Mereka
menggunakan metode dan taktik yang di antaranya adalah : pengeboman,
pembajakan, pembunuhan, penculikan dan penyanderaan.
2) Dengan adanya terorisme di Indonesia dapat mengakibatkan hilangnya
kepercayaan dari negara-negara lain terutama jaminan keamanan di Indonesia dan
terputusnya kerjasama antar negara. Selain itu, jika teroris Indonesia menyerang
negara lain maka negara tersebut akan menyerang Indonesia sehingga ketahanan
nasional Indonesia akan terancam.

. Saran

!emberantasan terorisme di Indonesia hendaknya melibatkan semua pihak. Harus
ada kerja sama antara pihak yang berwajib/pemerintah dengan warga masyarakat.
Apabila ada sesuatu yang mencurigakan di kalangan warga hendaknya segera
dilaporkan dan dapat segera ditindaklanjuti sehingga ketahanan nasional Indonesia tetap
terjaga.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, http://www.bahankuliah.inIo/pdI/makalah-pengaruh-terorisme-terhadap-
kehidupan-berbangsa-dan-bernegara.html. Diakses tanggal 20 Mei 2011.
!ribadi, Toto, dkk.2009. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: !enerbit Universitas
Terbuka.
!oetranto, Tri, 2005,
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor19&mnorutisi7, Konsepsi
!encegahan dan !enanggulangan Terorisme di Indonesia Dalam Rangka Menjaga
Keutuhan NKRI, diakses tanggal 20 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai