Anda di halaman 1dari 2

LEGITIMASI

UAILA1ERAL HUMAAI1ARIAA IA1ERJEA1IOA


DALAM HUKUM INTERNASIONAL :
Studi Kasus Unilateral Humanitarian Intervention North Atlantic Treaty Organization
(NATO) di Kosovo 1999


LATAR BELAKANG
O Keabsahan mengenai praktek humanitarian intervention dalam hukum internasional
saat ini masih menjadi perdebatan yang hangat karena praktek tersebut berhadapan
langsung dengan prinsip-prinsip utama hukum international, yaitu kedaulatan
negara yang berhubungan erat dengan prinsip non-intervensi, dan prinsip
perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM).
O !erkembangan hukum internasional telah mengindikasikan bahwa HAM merupakan
salah satu isu penting dan universal yang terlihat dengan lahirnya &niversal
Declaration of Human Rights (1948) dan International Convenant on Civil and
Political Rights (ICC!R) serta International Convenant on Economic, Social and
Cultural Rights (ICESCR) 1966.
O Larangan mengintervensi kedaulatan negara lain dan perlindungan terhadap HAM
sama-sama merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh !iagam !BB yang sama-sama
merupakan us cogen.
O KoIi Annan menunjukan bahwa terdapat perkembangan norma internasional tentang
humanitarian intervention dan mengakui kegagalan !BB dalam beberapa kasus,
seperti Rwanda. Annan mengatakan bahwa :
Kepada mereka yang takut dan merasa terancam terhadap adanya
penggunaan kekuatan bersenjata tanpa adanya otorisasi dari Dewan Keamanan
!BB, hendaknya bertanya dalam konteks Rwanda : Jika terjadi genosida, dan
terdapat sejumlah negara yang siap untuk melindungi populasi Tutsi, namun tidak
diberikan otorisasi oleh Dewan Keamanan !BB, apakah negara-negara tersebut
harus diam dan membiarkan kejahatan tersebut terjadi yang mengakibatka ribuan
nyawa hilang?
Kepada mereka yang menggebu-gebu membenarkan tindakan NATO di
Kosovo, ketika suatu negara menggunakan kekuatan militer diluar mekanisme
hukum internasional yang ada : Apakah tindakan ini tidak membahayakan dengan
memberikan preseden untuk intervensi yang akan datang tanpa adanya kriteria yang
jelas siapa yang dapat melakukan tindakan ini dan dalam keadaan apa?
O Terdapat gap atau jurang yang memisahkan legalitas atau hukum dengan legitimasi
atau keadilan. Legalitas yang dimaksud dalam tulisan ini adalah apakah tindakan ini
sah dalam hukum internasional dan dalam kondisi apa. Hal ini ditentukan oleh
perjanjian maupun konvensi internasional dan hukum kebiasaan internasional, yang
merupakan penentu apakah suatu tindakan atau praktek merupakan legal atau ilegal.
Legalitas dalam hal ini ditentukan apakah tindakan tersebut diotorisasi oleh DK
!BB. Legitimasi berarti instrumen untuk mencapai keadilan internasional.
Legitimasi jauh lebih obyektiI dan sering disamakan dengan aspek moral dan
keadilan.

!ERMASALAHAN

1. Apakah hubungan antara kedaulatan negara (prinsip non-intervensi) dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia sebagai us cogen dalam hukum
internasional?
2. Sejauh mana unilateral humanitarian intervention dapat dibenarkan dalam hukum
internasional saat ini?

Anda mungkin juga menyukai