Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PENELITIAN

EFEKTIFITAS HEKSETIDIN SEBAGAI OBAT KUMUR TERHADAP FREKUENSI KEHADIRAN JAMUR CANDIDA ALBICANS PADA PENDERITA KELAINAN LIDAH

Oleh

Tenny Setiani, drg.,MKes Irna Sufiawati, drg

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENELITIAN NOMOR :027/SPPD/PP/DP3M/IV/2005 TANGGAL 11 APRIL 2005

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER 2005

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

1. a. Judul Penelitian b. Kategori

: Efektifitas Heksetidin Sebagai Obat Kumur Terhadap Frekuensi Kehadiran Jamur Candida albicans Pada Penderita Kelainan Lidah. :I

2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar : Tenny Setiani, drg.,MKes b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Gol.Pangkat dan NIP : III d/ Penata Tk I / 131 567 581 d. Jabatan Fungsional : Lektor e. Fakultas/Jurusan : Kedokteran Gigi g. Bidang ilmu yang diteliti : Ilmu Penyakit Mulut 3. Jumlah Tim Peneliti 4. Lokasi Penelitian : 2 orang : Instalasi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG- Unpad.

5. Kerjasama dgn Inst. Lain a. Nama Institusi : b. Alamat : 6. Jangka waktu penelitian 7. Biaya yang diperlukan

: 8 (delapan) bulan : Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) Bandung, November 2005 Ketua Peneliti,

Mengetahui : Dekan Fakultas Kedokteran Gigi,

Prof.Dr. Hj. Roosje Rosita Oewen, drg. NIP. 130 345 083 Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian,

Tenny Setiani,drg.,MKes NIP. 131 567 581

Prof.Dr.Johan S. Masjhur, dr.,SpPD-KE.,SpKN NIP. 130 256 894

ABSTRAK

Kelainan lidah berupa coated tongue, fissured tongue, geographic tongue dan median rhomboid glossitis merupakan keadaan yang relative sering ditemukan pada pasien yang datang ke Instalasi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakutas Kedkteran Gigi Unpad. Kelainan ini sering terinfeksi oleh jamur Candida albicans yang secara komensal memang berada dalam rongga mulut sebagai flora normal. Pada peneitian ini dilakukan terapi berupa pemberian obat kumur yang mengandung heksetidin 0,1% dan juga diinstruksikan kepada pasien untuk menyikat lidahnya dengan sikat gigi berbulu halus sehari 2 kali pada pagi dan malam, selama 6 hari. Hasil penelitian memperlihatkan dari 22 sampel kelainan lidah yang terinfeksi jamur Candida albicans terdapat 18 sampel (81,81%) yang memberikan perbaikan yang dilihat secara klinis, sisanya, yaitu 4 sampel (18,19%) tidak memperlihatkan perbaikan secara klinis. Pada peneitian ini efektifitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap Candida albicans dinilai cukup baik karena dapat memperbaiki lesi secara klinis..

ABSTRACT Tongue abnormaity such as coated tongue, fissured tongue, geographic tongue, and median rhomboid glossitis are almost relatively found in patients who came to Oral Medicine Installation / RSGM Faculty of Dentistry Padjadjaran University. Candida albicans is one of the normal oral flora .seringkali.infected oral mucosa including the surface of the tongue. In this study, treatment was given by hexetidine (0,1%) as a mouth wash and instruction to brush their tongue with dental soft brush twicw a day during 6 days. The result shows there are 22 samples with tongue abnormality which infected by Candida albicans. 18 samples (81,81%) give increasing performance clinically, the rest, 4 samples (18,19%) give no changes in clinically performance. Hexetidine give the fair enough resut to these condition clinically.

RINGKASAN Secara umum diketahui bahwa jamur Candida albicans merupakan jamur flora normal penghuni rongga mulut yang bersifat oportunistik dapat menjadi patogen jika llingkungan disekitarnya memungkinkan jamur ini berkembang biak menjadi lebih banyak sehingga dapat menyebabkan gangguan. Beberapa faktor predisposisi yang dapat mengubah keseimbangan lingkungan rongga mulut antara lain, kebersihan mulut yang buruk, penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi tiruan yang kurang baik , sedang dalam pengobatan antibiotik jangka panjang atau sedang menjalani terapi radiasi. Pada keadaan-keadaan tersebut dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan lebih cepat dan bertambah banyak untuk kemudian menginfeksi jaringan hospesnya. Lidah merupakan salah satu bagian dalam rongga mulut yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya jamur Candida albicans, apalagi bila pada lidah terjadi kelainan seperti lidah berselaput ( coated tongue), lidah berfisur ( fissured tongue), geographic tongue, dan median rhomboid glossitis, karena anatomi kelainan lidah ini memudahkan jamur membentuk koloninya. Kelainan lidah ini biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi bila sudah terinvasi Candida albicans kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit dan rasa seperti terbakar pada lidah .Hal ini dapat dicegah ataupun dihilangkan dengan memakai obat kumur dan tindakan pembersihan lidah dengan baik. Heksetidin adalah salah satu antiseptik yang dipakai sebagi obat kumur dengan konsentrasi sebesar 0,1%. Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa dan mempunyai efek terhadap jamur Candida albicans. Cara kerja heksetidin untuk menghancurkan bakteri adalah dengan mengganggu metabolisme bakteri, yaitu dengan mengambil vitamin B1 yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme bakteri tersebut (Prijantojo,1985).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mikrobiologi apakah pada lesi kelainan lidah terdapat jamur Candida albicans dan untuk mengetahui seberapa baik efektifitas atau daya guna obat kumur yang mengandung heksetidin terhadap jamur Candida albicans yang terdapat pada lesi kelainan lidah secara klinis. Untuk meneliti efektifitas heksetidin terhadap Candida albicans dilakukan penelitian terhadap pasien yang datang ke Instalasi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Unpad dengan kelainan lidah yang terinfeksi Candida albicans . Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan sampel terjangkau selama 4 bulan. Dari 30 penderita kelainan lidah yang dicurigai terinfeksi Candida albicans dilakukan pemeriksaan klinis dengan melakukan pemotretan lesi (dengan memperhatikan warna dan ukuran lesi) , kemudian dilakukan pemeriksaan kerokan pada lidah (scrapping) untuk diuji secara mikrobiologi. Dari hasil pemeriksaan mikrobiologi didapat 22 sampel yang positif terinfeksi jamur Candida albicans. Pada naracoba ini diberikan obat kumur yang mengandung heksetidin 0,1% untuk dikumurkan 2 kali sehari serta dilakukan penyikatan lidah dengan menggunakan sikat gigi berbulu lembut yang dicelupkan ke dalam larutan heksetidin , pagi dan malam selama 6 hari, untuk kemudian naracoba diperiksa kembali secara klinis dan dilakukan pemotretan ulang pada lesi lidah untuk dilihat apakah ada perubahan gambaran klinis pada pengambilan gambar sebelum terapi dengan sesudah terapi. Hasil penelitian memperlihatkan dari 22 sampel yang terinfeksi Candida albicans terdapat 18 sampel (81,81%) yang memberikan perbaikan yang dilihat secara klinis , sisanya yaitu sebanyak 4 sampel (18,19%) tidak memperlihatkan perbaikan. Pada penelitian ini efektifitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap Candida albicans dinilai cukup baik karena dapat memperbaiki lesi secara klinis.

PRAKATA Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena atas berkah dan rahmat-Nya penelitian yang berjudul EFEKTIFITAS HEKSETIDIN SEBAGAI OBAT KUMUR TERHADAP FREKUENSI KEHADIRAN JAMUR CANDIDA ALBICANS PADA PENDERITA KELAINAN LIDAH dapat diselesaikan. Jamur Candida albicans merupakan flora normal mulut yang dapat bersifat oportunistik jika lingkungan disekitarnya memungkinkan, jamur ini dapat menginvasi mukosa mulut termasuk lidah. Pada lidah yang mengalami kelainan invasi Candida albicans mempunyai peluang besar untuk menyebabkan kelainan yang pada akhirnya dapat menimbulkan keluhan klinis. Hal ini dapat dicegah ataupun dihilangkan dengan memakai obat kumur dan tindakan pembersihan lidah. Hasil penelitian ini merekomendasikan pemakaian obat kumur antiseptik yang tepat serta melakukan tindakan pembersihan lidah untuk mencegah ataupun menghilangkan invasi jamur Candida albicans dari lesi kelainan lidah. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bagian Proyek Dana Penelitian Dosen Muda Universitas Padjadjaran Tahun anggaran 2005 2. Rektor Universitas Padjadjaran Bandung beserta staf 3. Prof.Dr.Johan S. Masjhur, dr., SpPD-KE, SpKN sebagai Ketua Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran 4. Prof.Dr.Roosje Rosita Oewen, drg.,SpKGA sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini Kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun untuk masukan dan perbaikan laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bandung, November 2005 Tim Peneliti

PENDAHULUAN

Latar Belakang Candida albicans adalah spesies jamur yang secara normal terdapat

pada permukaan rongga mulut setiap orang, akan tetapi di dalam mulut yang sehat spesies tersebut terdapat dalam konsentrasi yang rendah sehingga tidak menyebabkan kelainan ataupun penyakit. Candida albicans biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakkan jaringan (Jawetz, 1996). Ketidakseimbangan mikroflora di dalam rongga mulut sebagai pemicu keadaan oportunistik bagi jamur Candida albicans dapat terjadi karena faktor lokal maupun faktor sistemik. Faktor predisposisi sistemik seperti kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk misalnya pada bayi baru lahir, usia tua, penderita penyakit menahun, gizi buruk, kehamilan, terapi radiasi, sitostatik, daya tahan tubuh yang menurun, dan pemberian antibiotik dalam jangka waktu lama. Sedangkan faktor lokal antara lain karena pemakaian alat bantu kesehatan seperti protesa, alat ortodontik, kateter, ataupun luka pasca operasi (Gayford & Haskel, 1990). Lidah merupakan salah satu bagian dalam rongga mulut yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya jamur Candida albicans, apalagi bila pada lidah terjadi kelainan seperti lidah berselaput ( coated tongue), lidah berfisur ( fissured tongue), geographic tongue, dan median rhomboid glossitis. Kelainan pada lidah ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan sistemik yang harus mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan genetik . Beberapa faktor seperti kurangnya kemampuan pergerakan lidah, berkurangnya produksi saliva, dan gangguan pernafasan dapat menambah parahnya kelainan ini ( Greenberg & Gick,2003). Kelainan lidah ini biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi bila sudah terinvasi Candida albicans kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit dan rasa seperti terbakar pada lidah ( Sciubba, Regezi & Rogers, 2002).

Saat ini banyak beredar berbagai macam obat kumur di pasaran yang dapat diperoleh secara bebas oleh masyarakat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati kelainan dalam rongga mulut. Salah satu obat kumur yang beredar adalah obat kumur yang mengandung bahan aktif heksetidin. Dari literatur diketahui bahwa heksetidin bersifat antibakteri, antiprotozoa dan mempunyai efek terhadap jamur , tetapi belum banyak diteliti aktifitasnya terhadap Candida albicans. 2 Perumusan Masalah Jamur Candida albicans merupakan penghuni normal dalam rongga mulut yang bersifat tidak patogen bila keseimbangan hidupnya tidak terganggu. Untuk terjadinya kelainan dalam rongga mulut diperlukan faktor-faktor predisposisi lokal maupun sistemik yang dapat memudahkan terbentuknya kondisi oportunistik sehingga dapat menimbulkan kelainan. Heksetidin merupakan suatu zat antiseptik yang diketahui mempunyai efek terhadap jamur dalam rongga mulut, sedangkan sekarang banyak produk obat kumur yang dipromosikan lewat media elektronik maupun media cetak tetapi belum diketahui dengan jelas dayaguna obat kumur tersebut terhadap mikroorganisme oral termasuk jamur Candida albicans. Dari hal-hal tersebut di atas peneliti ingin mengetahui sejauh mana efektifitas atau daya antijamur heksetidin secara klinis pada lesi kelainan lidah yang terinvasi jamur Candida albicans.

II TINJAUAN PUSTAKA

Candida albicans Genus jamur Candida merupakan flora normal yang hidup di dalam rongga

mulut, vagina dan saluran pencernaan manusia. Dalam rongga mulut spesies Candida yang paling dominan adalah Candida albicans, yaitu sebesar 50% dari seluruh flora normal mulut, tetapi dalam rongga mulut yang sehat dan bersih jamur ini hanya ditemukan dalam jumlah kecil saja yaitu kurang dari 200 sel/ ml (Jawetz,1996). Jamur ini bersifat saprofit tetapi dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor-faktor predisposisi antara lain, kebersihan mulut yang buruk, penyakit sistemik yang kronis, kebiasaan merokok, memakai gigi tiruan yang kurang baik , sedang dalam pengobatan antibiotik jangka panjang atau sedang menjalani terapi radiasi. Pada keadaan-keadaan tersebut terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan pada flora normal mulut lain yang dapat menyebabkan Candida albicans tumbuh dengan lebih cepat dan bertambah banyak untuk kemudian menginfeksi jaringan hospesnya (Muzyka & Glick,1995). 2 Kelainan Lidah Dalam bidang kedokteran gigi Candida albicans dapat menyebabkan kelainan pada jaringan mukosa mulut salah satunya yaitu pada lidah. Pada beberapa kondisi lidah dapat mengalami kelainan antara lain lidah berfisur, lidah berselaput, geographic tongue, dan median rhomboid glossitis ( Kumar,Cotran & Robbins,1997; Wray,Lowe,Dagg et al,1999 ; Field &Longman,2003 ; Lynch et al,2003 ; Greenberg & Glick, 2003 ). Lidah berfisur (fissured tongue), yaitu penampilan permukaan punggung lidah yang beralur dalam seperti gambaran tanah retak. Keadaan ini merupakan variasi herediter dimana punggung lidah berfisur dengan kedalaman antara 3 sampai 5 mm, bagian lidah yang berfisur tidak memperlihatkan adanya papila-papila yang normal, kondisi ini tidak berbahaya meskipun kadang-kadang dapat menimbulkan rasa agak perih atau tidak nyaman seperti agak nyeri . saliva

Geographic tongue, merupakan suatu kelainan pada permukaan lidah berupa daerah berwarna kemerahan, tidak berpapila dengan penipisan epitel dorsal lidah, biasanya dikelilingi zona sempit dari papila yang beregenerasi, berwarna lebih putih dari daerah yang dikitarinya. Penampilannya seperti gambaran peta bumi oleh sebab itu disebut geographic tongue, tetapi gambaran ini dapat berubah-ubah bentuk dari waktu ke waktu. Etiologinya belum diketahui secara pasti, diduga karena alergi dan stres psikologi. Gejala yang kadang dirasakan oleh penderita adalah berupa rasa nyeri, pedih atau rasa seperti terbakar (burning sensation). Coated tongue, atau lidah berselaput, yaitu penampilan klinis pada dorsum lidah yang seperti tertutup oleh suatu lapisan biasanya berwarna putih atau terwarnai oleh jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri dari papilla filiformis yang memanjang sehingga memberikan gambaran seperti selaput tebal pada lidah dan akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari makanan, minuman, rokok, dan permen. Kemungkinan terjadinya selaput pada lidah ini meningkat dengan penggunaan obat-obatan lokal maupun sistemik yang menyebabkan perubahan mikroflora normal mulut. Kondisi ini juga dapat terjadi pada penderita dehidrasi, penyakit infeksi, penyakit kronis dan penyakit sistemik dimana lidah tampak berselaput tebal dan berwarna putih. Median rhomboid glossitis, merupakan anomali perkembangan lidah pada masa pertumbuhannya yaitu terjadi persistensi dari penyatuan tuberkulum impar sisi kiri dan kanan, sehingga secara klinis terlihat sebagai suatu bangunan berbentuk belah ketupat (rhomboid), menonjol dari jaringan sekitarnya dengan permukaan halus dan berlobus. Lesi ini berada di daerah median dorsum lidah persis di anterior papilla sirkumvalata dan tidak memiliki papilla filiformis. Semua kelainan lidah yang tersebut di atas dapat diinvasi oleh jamur Candida albicans karena kondisi dan tekstur permukaan lidah yang retentif terhadap berbagai debris sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan Candida albicans. Pengobatan untuk kelainan yang berkaitan dengan keterlibatan jamur Candida albicans bisa dilakukan secara topikal dan sistemik menggunakan obat-obat antijamur seperti nistatin,klotrimazol, ketokonazol, amfoterisin B dan mikonazol, sedangkan terapi simtomatik lokal dalam rongga mulut dapat digunakan obat kumur yang mempunyai efek terhadap Candida albicans (Muzyka & Glick,1995).

3.

Antiseptik Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang mempunyai kemampuan untuk

membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya yang diaplikasikan pada jaringan hidup. Mekanisme kerja antiseptik ada beberapa macam, yaitu merusak dinding sel mikroorganisme dengan mengganggu atau mengubah struktur dinding sel sehingga sifat-sifat khasnya hilang, mengubah permeabilitas membran sel, mengganggu mekanisme pembentukan protein dalam sel, dan merintangi kerja enzim-enzim yang berada dalam sel mikroorganisme (Jackson & Crawford,1992). Heksetidin adalah salah satu antiseptik yang dipakai sebagi obat kumur dengan konsentrasi sebesar 0,1%. Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa dan mempunyai efek terhadap jamur Candida albicans. Cara kerja heksetidin untuk menghancurkan bakteri adalah dengan mengganggu metabolisme bakteri, yaitu dengan mengambil vitamin B1 yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme bakteri tersebut (Prijantojo,1985).

III 1

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mikrobiologi apakah

pada lesi kelainan lidah terdapat jamur Candida albicans dan untuk mengetahui seberapa baik efektifitas atau daya guna obat kumur yang mengandung heksetidin terhadap jamur Candida albicans yang terdapat pada lesi kelainan lidah yang dilihat secara klinis.

Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

masyarakat bahwa kelainan lidah yang kadang-kadang tidak disadari, dapat terinfeksi oleh jamur Candida albicans. Dengan mengetahui hal ini diharapkan masyarakat dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder pada kelainan lidah, serta dapat mengetahui perawatan sehari-hari secara sederhana seperti berkumur dan membersihkan lidah, sehingga lidah selalu dalam keadaan bersih dan sehat meskipun lidah tersebut mengalami kelainan.

IV METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian: Eksperimental laboratorik terhadap bahan pemeriksaan Candida albicans yang diambil dari lesi kelainan lidah, dan pemeriksaan klinis pada lesi kelainan lidah. 2. Populasi dan sampel : a. Populasi : merupakan populasi terjangkau , yaitu pasien yang berusia 15 60 tahun yang berkunjung ke Instalasi Penyakit Mulut RSGMFKG Unpad periode Juni September 2005. b. Sampel : merupakan sampel terjangkau, yaitu Pasien berusia antara 15 60 tahun, yang mempunyai salah satu kelainan lidah (fissured tongue, geographic tongue, coated tongue, median rhomboid glossitis) 3. Definisi operasional : Fissured tongue : penampilan permukaan punggung lidah seperti gambaran tanah yang retak-retak dengan jumlah alur lebih dari 6 dan kedalaman alur di atas 3 mm. Geographic tongue : penempilan permukaan punggung lidah seperti gambaran peta bumi dengan daerah kemerahan yang tidak beraturan dibatasi oleh daerah putih yang mengelilingi daerah merah. Coated tongue : permukaan punggung lidah seperti dilapisi selaput atau kelihatan seperti berambut, berwarna putih, kekuningan atau kecoklatan. Median rhomboid glossitis : penampilan klinis berupa tonjolan belah ketupat di garis median lidah didepan papila sirkumvalata, permukaannya lebih halus dibandingkan permukaan lidah disekitarnya. 4. Alat-alat penelitian : Eksikator, lemari inkubator, cawan petri, alat timbangan, termometer, labu ukur, tabung reaksi, pipet, kaca objek, jarum inokulasi, oese, kaca mulut, sonde, pinset, lampu spiritus, termos pendingin, spatula kayu. Diambil secara terus menerus (continuous time sampling) selama 4 bulan.

5. Bahan penelitian : Sabouroud Dextrose Agar (SDA), bulyon glukosa, perbenihan karbohidrat gula-gula ( dekstrose, maltose, laktose, sukrose) kit pengecatan Gram, alkohol, akuades steril, kapas steril, pensil kaca, kertas isap ,lilin. 6. Bahan uji : Jamur Candida albicans dari kerokan lesi kelainan lidah Obat kumur heksetidin 0,1%

7. Cara kerja : Cara mengidentifikasi jamur Candida albicans dari lesi kelainan lidah : Bahan pemeriksaan diambil dari lesi kelainan lidah dengan cara dikerok dengan cotton bud steril, dimasukkan ke dalam medium transport glukosa bulyon, simpan dalam termos pendingin untuk dibawa ke laboratorium mikrobiologi. Pemeriksaan mikroskopis : Dilakukan pengecatan Gram pada bahan pemeriksaan, lalu dilihat di bawah mikroskop, jamur ini memberikan warna ungu karena bersifat Gram positif, bentuk oval dan pada beberapa sel jamur terlihat adanya tunas. Isolasi dan identifikasi jamur Candida albicans : Pemeriksaan isolasi dan identifikasi jamur dilakukan melalui perbenihan jamur pada SDA yang dieramkan pada suhu kamar selama 24 jam, dari hasil perbenihan ini didapat koloni berwarna putih, bulat agak cembung dengan bau khas ragi. Dilakukan pemeriksaan Gram dan uji fermentasi terhadap bahan pemeriksaan pada perbenihan karbohidrat (glukosa, maltosa, sakarosa, laktosa) yang telah ditambahkan fenol red sebagai indikator. Perubahan warna merah dari indikator fenol red menjadi kuning menunjukkan terbentuknya asam pada reaksi fermentasi tersebut. Untuk mengetahui pembentukan gas digunakan tabung Durham yang diletakkan secara terbalik dalam tabung reaksi. Gas yang terbentuk akan tampak sebagai ruang kosong pada tabung Durham. Identifikasi Candida albicans diambil berdasarkan reaksi fermentasi karbohidrat dan terbentuknya gas dalam tabung Durham . Untuk spesies Candida albicans memperlihatkan hasil reaksi fermentasi dan gas pada glukosa dan maltosa, dan terjadi proses fermentasi tanpa menghasilkan gas pada sukrosa dan tidak terjadi proses fermentasi pada medium laktosa.

Kriteria penilaian : Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah ditemukannya spesies Candida albicans pada bahan pemeriksaan. Kriteria penilaian secara klinis : Setelah naracoba berkumur dengan akuades steril, dilakukan pemeriksaan klinis pada lesi kelainan lidah dengan melakukan pengamatan visual yang kemudian didokumentasikan dengan kamera digital. Pada setiap naracoba diberikan sebotol obat kumur mengandung heksetidin 0,1% sebanyak 160 ml. dianjurkan untuk dipakai berkumur 2 kali sehari, yaitu pagi hari dan malam hari setelah menggosok gigi dan membersihkan permukaan lidah dengan cara menyikat lidah secara perlahan dengan sikat gigi. Dipakai selama 6 hari, dan dilakukan kontrol pada hari ke 7 untuk dilihat lagi secara klinis keadaan kelainan lidahnya, kemudian dibuat dokumentasi foto dengan kamera digital. Keadaan klinis yang diamati pada pra dan pasca pemberian obat kumur, yaitu ukuran lesi dan warna lesi.

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan 30 orang pasien dengan kelainan lidah, setelah dilakukan uji isolasi dan identifikasi secara mikrobiologi terhadap jamur Candida albicans terdapat 22 bahan pemeriksaan yang positif terinfeksi Candida albicans. Dari 22 pasien terdapat 11 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, kelainan lidah yang didiagnosis adalah coated tongue (12 kasus), fissured tongue (7 kasus), dan geographic tongue (3 kasus). Usia naracoba berkisar dari 15 - 60 tahun, untuk jelasnya hasil ini dituangkan dalam tabel 1 Tabel 1. Distribusi naracoba penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 No : Naracoba L : Laki-laki P : Perempuan CT : Coated tongue FT : Fissured tongue GT : Geographic tongue L /P L P P P L L P L P P P L L L L L P P L P P L Umur 24 19 25 23 19 24 60 22 18 48 22 23 20 23 24 22 15 16 20 22 23 51 Kelainan lidah GT CT CT CT CT CT FT CT CT CT FT CT CT FT GT CT FT FT FT GT FT CT

Dari penelitian ini terlihat kelainan coated tongue terjadi paling banyak yaitu 12 kasus ( 54,54%), sedangkan fissured tongue sebanyak 7 kasus ( 31,82%) dan geographic tongue hanya 3 kasus ( 13,64%), kelainan median rhomboid glossitis tidak ditemukan. Dari hasil ini diduga lidah berselaput (coated tongue) paling banyak ditemukan karena sebagian masyarakat masih belum terbiasa membersihkan lidah dengan cara disikat dengan sikat gigi berbulu halus, selain itu kesadaran akan memelihara kebersihan gigi dan mulut belum difahami dengan baik. Fissured tongue merupakan salah satu kelainan kongenital dan agak sering ditemukan hanya saja penderitanya tidak menyadari adanya kelainan tersebut karena tidak menimbulkan gejala, kondisi ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika seseorang memeriksakan diri ke dokter gigi. Melihat anatomi permukaan lidah pada fissured tongue maka sangat mudah bagi debris dan mikroorganisme untuk menempel karena fisur pada lidah sangat retentif . Geographic tongue disebut juga benign migratory glossitis, seringkali

ditemukan tapi kebanyakan tidak menimbulkan keluhan, yang paling sering mengganggu bagi penderitanya adalah adanya bau mulut. Gambaran klinis kelainan ini berubah-ubah dari waktu ke waktu, etiologinya diduga karena faktor keturunan dan imunologi. Berdasarkan hasil pengamatan pada terapi kelainan lidah yang diberi obat kumur heksetidin dan membersihkan lidah dengan sikat gigi berbulu halus sehari 2 kali pada pagi setelah menggosok gigi dan malam hari sebelum tidur, selama 6 hari berturut-turut, memberikan hasil dari 22 kasus kelainan lidah yang terinfeksi Candida albicans terdapat 18 pasien yang menunjukkan reaksi penampilan lidah yang membaik, sedangkan terdapat 4 pasien memberikan gambaran klinis tetap seperti sebelum dilakukan terapi, lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Gambaran klinis setelah pemberian terapi Kelainan lidah CT FT GT Gambaran klinis membaik 9 6 3 Gambaran klinis tetap 3 1 _ Gambaran klinis memburuk _ _ _

Dari 12 penderita coated tongue didapat 9 pasien (75%) yang memberikan respon baik terhadap terapi berkumur dengan heksetidin dan menyikat lidah, hal ini memberikan gambaran bahwa lidah yang berselaput dan terinfeksi Candida albicans dapat diperbaiki kondisinya dengan memberikan antiseptik yang berperan terhadap jamur, dan tindakan mekanis menyikat lidah juga memberikan kontribusi dalam hal membuang debris yang ada pada permukaan lidah. Dalam 6 hari pengobatan ternyata didapatkan hasil yang baik secara klinis, yaitu permukaan lidah yang berselaput tebal berwarna keputihan dapat dikembalikan ke kondisi normal, yaitu permukaan lidah kembali berwarna merah muda dan selaput mulai menipis bahkan menghilang sama sekali, hal ini dapat dilihat dari hasil pemotretan lesi saat pra terapi dan pasca terapi. Terdapat 3 pasien coated tongue yang tidak memberikan respon baik terhadap terapi dengan memberikan gambaran klinis permukaan lidah yang tetap sama pada saat pre terapi dan pasca terapi. Setelah dirunut kembali dari riwayat kesehatan dan keadaan umum ternyata ketiga pasien ini mempunyai beberapa masalah kondisi sistemik, pada 2 pasien diketahui mengidap penyakit asma, alergi, dan gastritis kronis, sedangkan pada 1 pasien lainnya terdapat kondisi stres yang menurut pasien tersebut memang ada masalah kejiwaan yang sedang dihadapinya. Pada kondisi yang melibatkan sistemik, kelainan lidah coated tongue tidak dapat diatasi hanya dengan terapi topikal tetapi harus dikelola secara menyeluruh termasuk kelainan sistemiknya. Dari 7 penderita fissured tongue terdapat 6 pasien yang memberikan respon baik pada terapi, sedangkan 1 pasien tidak memperlihatkan reaksi perbaikan dari

lesinya secara klinis. Pada kelainan fissured tongue dimana terdapat alur-alur dengan kedalaman diatas 3mm maka daerah tersebut menjadi sangat retentif terhadap debris. Tindakan menyikat lidah dan berkumur dengan antiseptik akan sangat berguna dalam hal membersihkan secara mekanis maupun secara kimiawi. Adapun 1 pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi ternyata pasien yang bersangkutan mempunyai kebiasaan merokok sehari sebanyak 12 batang, dalam hal ini kelainan lidah yang sudah ada tidak atau belum memberikan reaksi terhadap terapi yang baru dilakukan selama 6 hari, ditambah kebiasaan merokok yang dapat memperparah keadaan ini. Udara panas yang dihasilkan selama merokok sangat mempengaruhi keadaan mukosa mulut termasuk lidah, salah satunya peradangan mukosa dan pertumbuhan jamur Candida albicans. Pada 3 penderita geographic tongue memperlihatkan hasil yang membaik setelah dilakukan terapi, hal ini memberikan dugaan bahwa pada penderita ini terdapat perbaikan lokal pada mukosa lidah dimana salah satu etiologi kelainan ini adalah imunologi. Ketahanan jaringan didaerah yang mengalami lesi menjadi lebih baik karena efek antiseptik dan efek mekanis dari penyikatan lidah, sehingga memberikan gambaran kllinis yang membaik, tetapi karena geographic tongue ini adalah kelainan bawaan maka lesinya tidak dapat menghilang sama sekali melainkan tetap ada dengan gambaran klinis yang lebih samara-samar dan lebih ringan.

V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dari 22 pasien dengan kelainan lidah yang terinfeksi Candida albicans, terdapat 18 pasien (81,81%) yang memberikan respon terhadap terapi pemakaian obat kumur heksetidin dan penyikatan lidah, berupa perbaikan lesi lidah yang dilihat secara klinis, sedangkan 4 pasien (18,19%) tidak memberikan respon terhadap terapi. Saran Dokter gigi dapat memberikan oral hygiene instruction kepada pasien dengan kelainan lidah coated tongue, fissured tongue, dan geographic tongue dengan memberikan anti septik berupa obat kumur yang sesuai indikasi , ditambah tindakan menyikat lidah dengan sikat gigi berbulu lembut.

DAFTAR PUSTAKA Field, A. and Longman, L., 2003 : Tyldesleys Oral Medicine. 5th ed. Oxford University Press. Greenberg, M.S. and Glick, M. , 2003 : Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th ed. BC Decker Inc. New Jersey. Jackson, R.J and Crawford, J.J., 1982 : Principles of Sterilization and Desinfection in Mc Ghee, J.R., Michalek,S.M., and Cassel,G.H., : Dental Microbiology. Harper & Row Publisher Inc. Philadelphia. Jawetz, E., 1996 : Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Alih bahasa : Edi Nugroho dan Maulany, edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Kumar, V., Cotran,R.S., Robbins,S.L., 1997 : Basic Pathology. 6th ed. WB Saunders Co. Philadelphia. Muzyka,B. and Glick,M., 1992 : Host Factors Associated With HIV-Related Oral Candidiasis. Oral Surg, Oral Med, Oral Pathol., Vol.73. 181-6. Prijantojo, 1985 : Pengaruh Heksetidin Terhadap Peradangan Gingiva. Medica No.8. XI, Agustus. Sciubba,J.J., Regezi,J.A., and Rogers III,R.S., 2002 : PDQ Oral Disease Diagnosis ant Treatment. BC Decker Inc. London. Wray,D., Lowe,G.D.O., Dagg,J.H., Felix,D.H., Scully,C. 1999 : Textbook of General and Oral Medicine. Churchill Livingstone. Toronto.

Lampiran

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN UNTUK PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Umur Alamat : : :

Setelah mendapat penerangan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, maka dengan ini saya menyatakan bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian pada penelitian dengan judul : EFEKTIFITAS HEKSETIDIN SEBAGAI OBAT KUMUR TERHADAP FREKUENSI KEHADIRAN JAMUR CANDIDA

ALBICANS PADA PENDERITA KELAINAN LIDAH. Demikian pernyataan ini dibuat tanpa paksaan dan dijalankan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Bandung, Yang menyatakan,

2005

(..)

Lampiran Gambar

D/ DD/

: Geographic tongue (pra terapi) : Candidiasis

Pasca terapi

Anda mungkin juga menyukai