30 kira2 kita mulai makan siang dan di tengah acara baru tampak Wian dan dua
temannya keluar dari kamar, rupanya baru bangun. Mereka langsung cuci muka dan ikut
makan bareng kita. Jam 3 aku ajak Rani ke sungai untuk ngobrol dan kita duduk di batu besar
dekat pohon pisang. Kita ngobrol ngelanjutin omongan tadi soal gaya pacaran Rani dengan
cowocnya.
'Ran. boleh ngga` aku nyobain cara kamu kalo mainin cowoc loe? tanyaku.
'Tadi khan udah jawab Rani.
'Itu Ran yang pake dijepit segala kataku lagi.
Tanpa menjawab tangan Rani mulai bergerilya ke permukaan celana pendekku. Dielusnya
perlahan dari kepala, batang sampe ke bijinya dan sesekali menyusup di antara kedua pahaku.
Setelah beberapa lama meriamku mulai menegang dan Rani mulai meremas-remas gemas.
dia mulai menyusupkan jemarinya lewat lobang bawah, di sela paha kananku, dan siapun
mulai berjongkok hingga pantatnya terendam air, terus karena mungkin dia merasa repot
maka celana pendekku berikut CDku ditariknya sekaligus. Dia mulai lagi mengurut
meriamku. ach. nikmatnya, mana yang ngocokin cewec kece banget lagi. dan aku mulai
berpikir, ini anak terlalu sempurna untuk sebuah kenyataan, aku harus berhasil memilikinya
dan sekaligus membawanya ke tempat tidur (jelasnya ya dientot).
Sementara pikiranku melayang jauh. rasa di selangkanganku mulai mengayun seirama
tingginya naIsuku dan Rani mulai menjulurkan lidahnya perlahan dia jilat bijiku dan lidahnya
menari berputar di sekitar bijiku, aku pandang wajahnya. aduh cantik banget ini cewec.
aku ngga` habis2nya memuji dalam hati, dan di antara desahku aku makinmembulatkan
tekadku untuk memilikinya, tapi gimana caranya? Aku elus rambutnya yang rada2 coklat
(bukan pirang), dia mendongak dan tersenyum manis sekali, kini aku merasakan kocokannya
makin cepat dan makin cepat seirama dengan naIsuku yang kian menggelora.
'Aduh Ran. enak sekali. ngga` kuat rasanya nahan lama2? kataku di antara eranganku.
'Kalo mo keluar bilang ya pesannya.
Seiring dengan kocokannya yang makin cepat, jilatannyapun kini telah merambah sampai
setengah batang meriamku dan sesekali diselingi dengan gigitan kecil. tak lama
kemudian.
'Ran. aku mo keluar teriakku tertahan, takut di dengar orang lain.
Dengan sigap Rani mencaplok kepala meriamku dan menyemburlah laharku menyirami
rongga mulutnya yang mungil. Aku mengejang di atas batu besar dekat pohon pisang. dan
Rani menghisap habis sisa laharku dan diakhiri dengan jilatan pada lobang penisku.
'Nikmat sekali Bang. komentarnya setelah melahap habis spermaku yang kutumpahkan.
'Ran. kita berenang yuk ajakku setelah kami istirahat sejenak.
Rani mulai melolosi pakaiannya dan berendam, akupun tidak mau ketinggalan dan kami
sama2 berenang telanjang bulat menuju ke arah sungai yang lebih dalam, lama juga kami
berenang berduaan di situ, lokasinya sekitar 20 meter dari tempat kami meletakkan pakaian,
tapi posisi sungai yang menikung menyebabkan kami tidak dapat melihat pohon pisang di
mana aku dan Rani meletakkan pakaian kami.
Tiba-tiba kami dikagetkan dengan munculnya Resti dari dalam air yang disusul oleh Wian.
ternyata mereka menyelam dari arah batu sampe ke tempatku berenang. dan aku lihat Vina
hanya dengan bikini ditutup kain Bali sebatas pinggang menyusur jalan di tepian sungai dan
di belakangnya aku lihat Ratna.
'Ayo kita renang rame2? ajakku.
Dan merekapun ikut menanggalkan pakaiannya. jadilah kita berenam berenang bugil
total. pemandangan ini kalo dilihat dari atas bener2 kaya di taman Firdaus kali ya? Mana
pemandangan indah, cewec dan cowoc pada bugil. pokoknya asyik punya dech saat itu.
Aku menyelam mendekati dasar sungai dan melewati kaki2 mulus. dari situ aku bisa
melihat body mulus milik Vina, Resti, Rani dan Ratna juga. melihat pinggul Rani aku jadi
terangsang. pinggulnya cukup gede dan putih bersih. mana bulunya masih sangat jarang
lagi. karena naIasku mulai habis, aku menyembul ke permukaan pas di depan Rani. saat
menyembul mukaku hampir saja menyentuh dadanya yang super besar itu. Rani sedikit
kaget karena aku terlalu dekat. Aku pegang pundak Rani dan mendorongnya rebah di air.
Rani mulai tenggelam dengan posisi tengadah dan aku berusaha renang di atas tubuhnya,
otomastis meriamku menyapu mulai paha sampai ke dada Rani. dengan sigap Rani
merusaha meraih meriamku yang melintas di depan wajahnya. membuatku oleng. dan aku
berenang menukik ke bawah, sesaat kemudian kami sama2 keluar kepermukaan dan posisi
kami saling berhadapan, Rani masih menggenggam meriamku dengan sedikit meremasnya.
tiba2 Vina berenang ke arah kami dan menerobos di antara aku dan Rani. setelah itu dia
keluar kepermukaan untuk mengambil naIas lalu kembali menyelam. kali ini hanya
berjongkok di depanku dan aku merasakan ada yang menggenggam meriamku kembali,
belum aku sempat menoleh ke bawah, aku telah merasakan meriamku tersedot-sedot.
ternyata Vina sedang menghisap meriamku dari dalam air. aduh. enak sekali rasanya.
tak lama Vina muncul lagi kepermukaan dan bilang 'Enak Joss?, belum sempat aku
menjawab, dia telah masuk ke air lagi dan mulai menghisap lagi. sebentar kemudian dia
keluar lagi. 'Ran. pinjem Jossy bentar ya katanya permisi pada Rani. Tanpa menanti
jawaban dari yang ditanya, tau2 dia telah berdiri di depanku dengan menggenggam meriamku
dan dijepitkannya di antara kedua pahanya. Ternyata tidak cuman itu. dia berusaha
memasukkan meriamku ke dalam liang vaginanya. dan setelah beberapa kali berusaha,
akhirnya masuk juga meriamku dalam liang Vina. dan kami saling berciuman aku mulai
menggoyang perlahan maju mundur.
Setelah beberapa saat Vina mengajakku untuk pindah ke tepi sungai, dekat batu yang cukup
besar, di mana air hanya sampai di lutut, di situ Vina menunggingkan pantatnya dan minta
aku tusuk dari belakang, dengan kaki kananku bertumpu di atas batu dan kaki kiriku
terendam air, aku mulai mengarahkan meriamku ke liang kehangatan Vina yang tampang
menganga merah jambu. sebelum mulai masuk, aku bilas dulu meriamku dengan air sungai
yang cukup dingin.
Aku pegang pinggul Vina dan mengayun pinggulku dengan irama yang teratur. sesekali aku
pindahkan tanganku untuk meremas dadanya. beberapa lama kemudian aku dengar naIas
Vina mulai memburu dan makin menderu seirama dengan makin kerasnya tempo
ayunanku. kemudian Vina mulai mengerang dan aku rasakan ada dua naIas yang memburu
bersahutan, satu Vina tapi satunya lagi bukan aku, aku menoleh ke asal suara yang ada di
belakangku, rupanya aku lihat Rani sedang menggosok-gosokkan jarinya di antara
selangkangannya. dengan sedikit membungkuk dan wajah yang merintih, aku jadi makin
bersemangat dan membayangkan Vina yang sedang kukerjai ini adalah Rani. beberapa
detik kemudian bobollah pertahananku menyusul Vina..
Rani rupanya belum juga selesai dengan menggosok-gosoknya. dia pindah duduk dekat
batu besar di mana aku baru bermain dengan Vina. 'Bang. tolong donk pintanya memelas.
Akupun sadar, tapi bagaimana aku baru keluar dan Rani masih perawan, jadi dengan
membungkuk (berjongkok) aku mencium dan menjilati vagina Rani, tubuhku terendam
sepinggang karena posisiku yang berjongkok dipinggiran sungai.Rani rebahan di batu besar,
sedang Vina rebahan di sebelah Rani. Aku julurkan lidahku menyapu permukaan bibir
vertikal Rani. aku mainkan dengan cepat pas di permukaan kacangnya. Rani mengerang
hebat, makin ganas aku mainkan lidahku dengan menyelingi sedotan pada kacang Rani itu.
rasa asin2 asyik.
Ranipun mengejang pada akhirnya. Aku duduk di dasar sungai sampai sebatas dada dan
bersandar pada batu besar itu. Kepalaku aku sandarkan di batu di antara betis Rani yang
terjuntai ke bawah, lalu Vinapun menyusul duduk di sisiku dengan merebahkan kepalanya di
pundakku. Aku coba untuk memejamkan mata dan meresapi arti nikmat yang baru kudapat.
Sambil menikmati sisa2 kenikmatan serta lelah, aku dengan mata masih terpejam, mulai
memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan untuk nanti malam.
Jam 7.20 malam itu setelah selesai makan dalam kegelapan, karena kalo pas hari Nyepi di
Bali khan tidak boleh nyalakan lampu, api dan segala sejenisnya. Emang sich kita makannya
dari jam 6 lebih dan selesainya sekitar jam 7an jadi masih ada sinar dikit, karena sunset di
Bali sekitar jam 6.30 - 6.45 WITA. Malam itu sepertinya juga gerhana bulan jadi ngga` ada
bulan nampak. gelap banget jadinya apa lagi di Ubud. di mana kalian tau sendiri seperti
apa lokasinya. pokoknya gelap banget dech. Kita semua duduk2 di teras belakang
menghadap ke sungai di bawah sana yang saat itu sudah tidak tampak lagi karena gelapnya.
Iseng2 aku ajak mereka jalan2 menyusuri sungai sambil patroli, dari pada iseng di rumah
nganggur.
'Boleh aja, tapi gua ganti celana panjang dan pake mantel dulu ya sahut Vina.
'Iya. gua juga mo ganti pakean dulu susul Resti.
Kita siap ke sungai sekitar jam 7.45an. kali ini kita ke arah kiri dari belakang rumah, kalo
tadi siang kita ke arah kanan rumah. Kita berjalan beriringan, selain jalannya sempit kita
jalannya nerobos kebun orang. Jauh juga kita berjalan dan terkadang kita berhenti, perjalanan
emang tersendat karena saking gelapnya dan kita ngga` nyalain senter atau obor. Ratna
berjalan paling depan karena dia yang paling haIal jalan setapaknya, sedang aku berjalan
paling belakang. Sampe dekat tebing yang cukup tinggi kita tidak dapat meneruskan
perjalanan dan di sisi kanan kita sungainya cukup dalam. jadi kita berbelok ke kiri.
jalannya sedikit nanjak.
'Bli. di depan ini rumahnya orang bule. cowocnya temen kita, dia guide. kita intip yuk
ajak Ratna.
'Ayuk. kamu duluan Gek.
Pas sampe dekat rumah itu, kami lihat ada sinar dikit di ruang tengah. aku coba dekatin
jendela untuk melihat lebih jelas ke dalam. Tampak ruangan kosong saja.
Wian tampak menjentikkan jarinya dan melambaikan tangan. rupanya dia udah dapat yang
kita cari. dari celah korden mereka mengintip dalam ruangan yang rada gelap. Di dalam
tampak pria dengan badan tegap, berkulit hitam legam dan rambut acak model Bob Marley.
warna rada pirang campur belang2, butut banget pokoknya. dan cewecnya hanya kelihatan
sedikit. rambutnya cepak. orangnya masih muda kelihatannya. kurus dan kakinya
tampak panjang. mereka bertelanjang total. dan si pria menindih tubuh si bule cewec.
karena agak susah mengintip aku pindah lokasi ke lobang angin2. dengan manjat kursi
rotan aku berhasil mendapat posisi baik. Sementara mereka berlima masih bergerombol dekat
jendela samping rumah. lalu aku panggil Rani. dia ikut manjat di kursi lalu aku peluk
pinggangnya supaya dia tidak oleng. kita ngintip bareng.
Pria itu tampak bangun dari posisinya dan kini dia mainkan posisi 69. pada saat dia pindah
posisi. aku dapat melihat sedikit wajahnya karena dia menghadap ke arahku dan sinar lilin
di kamar itu cukup untuk menerangi wajah jeleknya. shit. itu khan Komang. temenku
dulu yang di Kuta waktu aku ngegembel jadi cowoc pantai sama dia dan Agung. kok
badannya jadi gede gitu. rambutnya dulu emang panjang tapi ngga` gembel kaya` Bob
Marley gitu. ach. waktu telah merubahnya. demikian pikirku.
Aku diam saja dan perhatian apa yang Komang lakukan dengan pacar bulenya itu. tampak
dia memulai permainan dengan jari2nya yang segede pisang. dia kutik2 selangkangan bule
itu tapi sayang aku ngga` dapat melihat detailnya karena posisinya cukup gelap terhalang
paha si bule.
'Ran. itu cowocnya gua kenal. bisikku pada Rani.
Dia tidak menjawab hanya menoleh dan tersenyum. manis sekali. lalu kembali ngintip.
Aku mulai mencium tengkuk Rani dan meraba toketnya yang super besar itu. sejenak aku
mulai mendengar naIas rani agak memburu dan aku coba intip permainan di dalam kamar.
ternyata Komang telah menyarangkan meriamnya yang besar dan hitam itu ke sasarannya.
dia pompa dengan keras. tampak jari2 si bule itu menancap di punggung Komang.
kemudian Komang bangkit dengan posisi berdiri dia gendong bule itu dan disandarkannya di
dinding. persisi samping jendela tempat temen2 ngintip. perpindahan gaya itu sama sekali
tidak melepas meriam Komang dari liang si bule. si bule itu menjepitkan kakinya yang
jenjang ke pinggang Komang sedang dua tangan Komang masuk ke sela-sela ketiak dan
menahan di pundak si bule.
Posisiku yang ngintip dari belakang rumah dapat melihat bagaimana Komang dengan
rajinnya menghunjam si bule.tapi posisi Wian lebih pas. karena lebih dekat. sepertinya
mereka tidak dapat melihat si cewec bule itu dengan jelas karena terhalang korden.
Aku turun dari kursi dan mulai menyingkap rok Rani.. aku elus pahanya. naik ke
CDnya. dan aku sibak CDnya. aku angkat sebelah kaki Rani ke sandaran kursi itu dan
memasukkan kepalaku di antara kedua paha Rani. aku mulai menjilati kacang Rani. wow
rasanya enak dan gurih. bahkan lebih enak dari kacang Rahayu. (kacang khas Bali).
Jilatanku makin cepat dan kini pinggul Rani ikut bergoyang maju mundur.. tak lama
kemudian kakinya mulai mengejang kaku. pahanya menjepit kepalaku. dan diapun
berjongkok.. di depanku.
'Bang. keluarnya pas sama mereka selesai. bisiknya.
'Mereka udahan? tanyaku.
'Entahlah? Tapi aku tadi lihat temen Abang nancepin dalem2 sepertinya dia keluar udahan
sahut Rani tetap berbisik.
Aku berdiri dan mengintip ke dalam. ternyata Komang sedang duduk di pinggir ranjang dan
cewec bulenya sedang menghisap bersih sisa sperma komang yang meleleh. aku merasa
meriamku mulai diraba oleh Rani dan sejurus kemudian meriamku telah keluar dari
sarangnya dan bersarang dalam mulut Rani. sebentar saja meriamku sudah pada posisi siaga
penuh.
'Ran. gua ngga` kuat ni. pengen keluar.
'Bang. masukkin aja dulu ke anak2 tuh jawabnya sambil menunjuk ke anak2 yang sedang
ngegerombol di jendela.
Lalu aku turun dari kursi itu dan menghampiri Resti. aku elus pinggul dan pantat Resti yang
sedang ngintip dengan posisi nungging itu. Aku elus juga pinggulnya, trus merambat ke
dadanya.. dia masih diem aja, tetap konsentrasi pada target intipan. Satu dua jenak
kemudian mulai ada reaksi naIas memburu. dan dia noleh sebentar lalu asyik balik lagi
ngintip. ach cuek aja. lalu aku telusuri bagian depan celananya dan aku cari zippernya dan
dapat. aku tarik zipper itu dan juga kaitnya sehingga dengan mudah aku dapat meloloskan
celana panjang resti dan kini tinggal CDnya yang masih menghalang. Aku tarik langsung CD
itu dan aku berjongkok pas di belakangnya, aku sibak sedikit gumpalan pantatnya. lalu aku
jilat2 sekian jenak. daerah kemaluannya, lobang pantatnya. sementara Rani memainkan
meriamku dari belakang dia terus meremas kadang diselingi dengan hisapan mautnya. lalu
dia berbisik 'Bang udah sikat aja.
Aku bangkit lalu aku arahkan meriam Jagurku pada selangkangan Resti tanpa tunggu lebih
lama lagi. aku kuak sedikit liangnya dan mulai aku benamkan meriam kesayanganku.
setelah masuk semuanya karena emang udah basah. jadi lebih gampang dan aku mulai
mengayun dengan irama lokomotiI. beberapa menit aku tetap saja dengan gaya dan alunan
goyang yang sama. lalu aku mulai sedikit putar.. seperti mengorek gigi.
'Hek. ach. desah Resti. Vina menoleh ke arah kami sebentar lalu memalingkan
wajahnya lagi dan kembali mengintip.
Kakiku digeser oleh Rani untuk lebih lebar dan dia menjilat bijiku dari bawah. wah nikmat
sekali. setiap goyangan mendatangkan nikmat yang berbeda. terkadang Rani pindah
menjilat kacang Resti. dengusan dan irama naIas Resti makin memburu dan diapun
mengejang. 'Sodok daleman donk. dan akupun menuruti dengan sodokan lebih keras
sehingga aku lupa kalo dia itu menghadap kaca jendela.
'BRAA.AK suara pundak dan kepala Resti nabrak jendela tempat mereka ngintip.
'Sssssttt. semua yang di situ menyuruh aku dan Resti untuk lebih tenang, tapi waktu
mereka balik mengintip, ternyata orang yang mereka intip sudah tidak ada di kamar.
Tiba-tiba muncul Komang bersama cewec bulenya dengan berbalut ala kadarnya dari arah
belakang rumah. 'Mau apa kalian gerombol di sini? bentaknya, karena dia tidak dapat
melihat dengan jelas hanya tampak olehnya gerombolan orang di samping rumah yang
gelap. dia juga ngga` tau kalo aku dan Resti sedang dalam keadaan acak2an. Dia datang
menghampiri kami dan semua rombangan kami pada diam ketakutan, mereka nggak nyangka
akan tertangkap basah saat ngintip. Begitu dekat pada kami tampak sekali bahwa Komang
belum dapat menguasai keadaan, matanya masih sulit melihat wajah kami, malam itu emang
gelap sekali. 'Mang, ini aku Jossy. kataku sebelum terjadi masalah lebih gawat, karena
aku takut Komang main pukul aja karena dikira maling atau apa.
'Jossy. yang bener, Jossy siapa? tanya Komang masih bingung.
'Aku baru dateng beberapa hari di sini Mang kataku lagi.
Rupanya dia mulai ingat dan mengajak kami masuk ke rumahnya. sambil jalan aku rapikan
pakaianku, demikian juga dengan yang lain. tadinya udah pada kacau semua. pakaian
udah nggak pada bener.
Masuk ke ruang belakang di mana ada sedikit sinar, Komang mulai dapat melihat wajahku
dengan lebih jelas. Lalu dia memelukku, kemudian kita saling mengenalkan teman2. Komang
sempat nanya juga lagi ngapain aku dan temen2 malem itu, dan akhirnya aku jawab juga kalo
kami sedang ngintip mereka main. Dan Komang dengan segera menawarkan main rame2
karena dia juga melihat cewec2 yang aku ajak rata2 oke punya. Pas dia ngelihat Ratna, dia
kaget banget, karena dia kenal banget sama Ratna. Saat mata mereka beradu aku dapat
melihat wajah Ratna yang merah padam walau dalam kegelapan dengan bantuan sedikit sinar
tampak sekali bahwa dia sangat malu.
Kami masuk ke dalam kamar yang sama dengan yang kami intip tadi, lalu dengan selimut
kami tutupi semua lobang di mana tadi kami bisa ngintip, takut ada yang ngintip kita dan jadi
makin repot.
Ratna dan rani duduk bersandar di dinding, sementara Wian dan Vina di sebelahnya sambil
berpelukan, si bule duduk di pinggir ranjang den telah membuka pakaiannya. 'Mang.
pacuan lagi yuk kaya` dulu ajakku.
'Ayo Joss
Lalu kami sama2 menerangkan pada pasangan masing2 untuk ambil posisi, sebenarnya
gayanya adalah doggy style tapi bersebelahan dan permainan ini ada unsur Iightnya,
cowocnya harus bisa tahan lama dan dapat bikin cewecnya orgasme beberapa kali dan pada
posisi cewecnya adalah dengan segala cara mereka harus bisa menumbangkan cowocnya
sesegera mungkin, jadi nanti akan keluar pemenang cewec dan pemenang cowoc, lalu
pemenang cewec boleh main dengan pemenang cowoc dan yang kalah harus ngaso.
Keuntungannya adalah pemenang dapat merasakan pasangan lawannya.
Setelah Resti dan si bule ambil posisi merangkak di atas kasur. aku dan Komang bersiap
dari arah belakang. Mula2 aku ukul2kan meriamku ke pantat Resti dan setelah agak bangun
dengan bantuan tanganku aku gesek2kan ke bibir vaginanya. pas aku sudah siap, aku
nengok ke Komang 'Udah siap Mang? tanyaku.
'Ayo udah siap.
Secara bersamaan kita memasukkan meriam masing2 ke arena pertempuran dan sama2 mulai
menggoyang dengan jurus2 andalan masing2. Aku berpengangan pada pantat Resti dan tiba2
aku merasakan putaran pantatnya yang nikmat sekali, untuk mengimbanginya aku harus
memainkan jurus putar. emang lebih sulit main jurus putar pada doggy style. rupanya
serangan Resti makin gila. wah kaya`nya Resti pengen menang pertandingan dan pengen
nyobain barangnya komang. yang dia intip tadi dan kelihatan gede banget. Sementara aku
lihat Komang dengan memegang dada si bule itu dan mengayun dengan irama keras. Si bule
juga ngga` mau kalah dia ikut maju mundurin pinggulnya. tangan Komang yang kiri
diletakkan di atas punggul si bule dan tangan kanannya masih meremas dada si bule, dari
posisiku aku dapat melihat dadanya lumayan besar dan kencang.. wah. aku mesti menang
untuk bisa ngerasain main ama nih bule.
Aku putar lebih keras dan aku coba untuk membungkuk. lalu aku cium pundak Resti
perlahan. diapun mendesah lalu aku tekan lebih kuat lagi hingga posisinya kini nyaris tidur
tengkurap, hanya saja pantatnya masih nungging sehingga tidak menyulitkan aku untuk
menusuknya, kedua tanganku aku susupkan untuk meremas dadanya. acchh.aarrgh.
Resti mulai mengerang. pertanda seranganku mengena. aku teruskan dengan jurus yang
sama tapi makin kupergencar serangan di dadanya serta ciuman di pundak dan belakang
telinganya. Tak lama kemudian Resti tampak mengejang. belum habis erangan Resti tiba2
disusul oleh erangan si bule itu. rupanya 1 sama scoreku dengan Komang. Lalu aku tarik
pinggul Resti untuk lebih ngungging dan kepalanya masih tetap rata dengan kasur,
berpegangan pinggulnya aku mulai serangan maju mundur dengan keras dan cepat. sesekali
aku selingi dengan menancapkan meriam kesayanganku dalam2 dan memutarnya di dalam.
orgasme Resti yang kedua telah menyusul. Sementara aku lihat si bule mencontoh gaya Resti
tapi tangan kanannya digunakan untuk menggapai dan mempermainkan biji Komang.
diselingi oleh erangan manja penuh nikmat dan gayanya seakan benar2 menikmati
permainnya yang tiada duanya. Wajahnya menoleh ke Resti dan Komang makin naIsu
menyerangnya. Gaya si bule ini emang sangat merangsang pada saat dia mengalalmi
orgasme. erangannya panjang sekali. juga Komang seakan tidak ingin menghentikan
serangannya dan ingin bikin rekor orgasme terpanjang kali. Score saat ini 2 sama. tapi
Komang ingi bikin sensasi atau orgasme beruntun aku nggak jelas. tapi ngelihat gayanya
yang masih konstan menyarangkan meriamnya ke liang si bule ini. sambil matanya
terpejam. tiba2 diapun ikut mengejang dan ditancapkannya dalam2. didorongnya kuat
sampe si bule terjatuh rata dengan kasur.
Saat melihat Komang roboh aku langsung sadar bahwa sebentar lagi aku dapat menikmati
cewecnya. Tapi tugasku pada Resti aku selesaikan dulu. dan karena pertandingan sudah
usai, maka kami boleh ganti gaya lain selain doggy style, kali ini aku minta Resti untuk tidur
miring dengan kaki rada silang aku tidak perlu mencabut meriamku dan gaya ini masih mirip
dengan doggy style tapi aku merasakan jepitan Resti makin rapet. Aku serang terus dengan
putaran2 maut. aku ingin segera memberikan gol yang indah buat Resti beristirahat. Aku
lihjat Resti menggelepar penuh nikmat saat aku sendiri sebetulnya sudah hampir tidak kuat,
kalo tidak sedang pertandingan kali udah aku lakukan bongkar muat ini. tapi karena ingin
ngerasain barangnya bule. maka aku hentikan serangan yang penting Resti puas dan aku
masih belum keluar. Aku tancapkan dalam2 supaya Resti dapat menikmati ganjalan
meriamku di dalamnya.
Sambil menanti turunnya temperatur naIsuku yang hampir puncaknya. aku elus dan ciumin
Resti ini bagian dari cooling down untuk Resti dan diapun tersenyum manis sekali. aku
telah menghadiahkan nikmat malam ini. Lalu aku cabut meriamku dan disambut oleh si
bule. yang kutahu namanya setelah permainan dengannya usai. Jadi tadi saat kenalan aku
nggak jelas namanya siapa. karena Komang menyebutnya perlahan. lagian saat itu aku
kurang konsen. Namanya Joan. lengkapnya sebodo. EGP.
Joan langsung memegang meriamku yang masih tegang dan mulai menjilatnya perlahan dari
ujung dan lidahnya berputar di kepala jamurku.Lalu aku pindah posisi saat Komang berdiri
dan keluar kamar. Aku tiduran di samping Resti dan Resti rebah di dadaku. sedang Joan
kembali menjilati meriamku, dia menjilat dari biji. terus naik ke mushroom, lalu berputar di
mushroom baru kemudian dikulumnya. Jangkauan mulutnya cukup baik aku rasakan karena
selama ini aku baru lihat orang dapat memasukkan meriamku sampai setengah bagian pas.
biasanya masih kurang dari itu. perlahan dia masukkan lebih dalam lagi dan kali ini dia
melepas tangannya.. dengan kepalanya mengangguk-angguk. meriamku keluar masuk
mulutnya yang memiliki bibir mungil. Saat dia mengangguk-angguk. aku lihat dadanya
berayun-ayun indah sekali. ingin rasanya menggapainya tapi tangganku nggak sampai
karena Joan berada di atas kakiku. Dia lepas kulumannya dan kembali menjilati dari biji
sampe ke mushroomku. kembali naik dan turun. jari2nya tidak menggenggam meriamku
tapi hanya sedikit menahannya. sesekali diselinginya dengan menjilat berputar perlahan di
seputaran bijiku. rasanya nikmat sekali. karena bosan diam saja. aku pindah posisi
untuk main segitiga dengan Resti dan Joan. jadi Joan masih menghisap meriamku, Resti
menjilati dan kadang menusukkan jarinya ke liang Joan dan aku memainkan liang Resti.
karena ranjang itu tidak terlalu besar jadi rada sempit juga. Setelah puas dengan permainan
ini lalu Joan bangkit dan mulai menunggangiku. sedang Resti tetap pada posisinya.
permainan baru saja mulai ketika secara mendadak Vina ikut bergabung dan menyodorkan
dadanya untuk kujilati. sebenta kemudian pakaiannya sudah lolos semua dan diapun bugil.
Vina lalu menaikiku dan menyodorkan liangnya untuk kujilati. rada susah juga aku dengan
posisi ini hampir sulit bernaIas. Sementara meriamku bekerja untuk Joan, jari kiriku untuk
Resti dan lidahku asyik menari dibelahan bibir kenikmatan Vina. Yang masih nganggur
hanya jari kananku saat itu. dan aku gunakan untuk meremas dada Vina.
Saat rangsangan yang aku rasakan di meriamku makin keras, usahaku terhadap Resti maupun
Vina juga makin gencar. Joan melenguh keras sambil menancapkan dalam2 dan masih
memutarnya perlahan dengan penuh tekanan.. tangannya berpegangan pada pundak Vina.
aku pilin puting Vina dan aku sedot kuat2 biji kacangnya.. Vinapun melenguh nggak lama
kemudian. Resti masih belum sempat aku selesaikan saat wian meminta bagian untuk
menuntaskan Resti.
Komang yang masuk kamar denagn membawa minuman keras import di genggaman
tangannya. dan dengan langkah sedikit terhuyung dia menghampiri Vina dan mulai merabai
Vina. Akupun bangkin untuk memberikan tempat buat Komang dan yang lain. sedang aku
pindah tiduran di lantai di atas pangkuan Ratna. Rani mengelus lembut rambutku dan
menciumiku. 'Bang istirahat dulu nanti kecapaian katanya. Dan akupun mencoba
memejamkan mataku.
Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat sampai di
rumah. Dalam perjalanan kulihat Ibu Lisa. Aku memberanikan diri menghampirinya. Setelah
sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang
sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga setiap
sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama
satu minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.
Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Lisa pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak
ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun
Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Lisa. Dan ketika kupamit Ibu
Lisa memegang tanganku dan...
"Jangan dulu pulang, dong!" Ibu Lisa menahanku, tapi memang inilah yang selama ini
kuharapkan.
"Udah malam Bu, takut entar dimarahi..." Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari
telunjuknya ke bibirnya yang kecil.
"Jangan panggil aku Ibu Lisa, coba tebak berapa umurku?" ternyata umurnya terpaut lima
tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.
"Panggil aku Lisa." Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Sini yuk, aku punya baju baru yang akan aku pamerkan kepadamu."
Ditariknya tanganku menuju kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.
Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan
pahlawan kesayanganku, McGyver. Lisa kemudian menghampiri lemari pakaian di samping
televisi.
"Aku punya tiga buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus."
Kujawab dengan singkat, "OK!" lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku.
Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia
dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Lisa hanya
menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah
sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari.
"Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?" Aku hanya terdiam pura-pura
menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis.
Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang
menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang
sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.
"Kamu kenapa, kok pucat", aku terdiam.
"Kamu takut ya?" Aku tetap terdiam.
"Aku tau kamu suka aku." Aku terdiam.
"Hey, ngomong dong." Aku tetap terdiam.
Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat
kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku.
Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk
membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian,
telapak tangan lisa yang hangat meraih pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah
buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak
terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua
gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.
Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet
kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Lisa membuka baju tidurnya yang tipis.
Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi
BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Lisa menjatuhkan
tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.
"Kamu suka, ya?" aku mengangguk. Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat
kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran. "Ke.. ke...
kenapa Lis?" kataku terbata-bata. Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat
turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak. Aku bagaikan seorang prajurit
yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Lisa. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit
mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat
pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah, "Aku... aku... ah...!"
Aku membiarkannya, ketika Lisa mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat
pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku
dengan mesranya.
"Ah... crot... crot... crot...!" Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil
menyentuh kepala kemaluanku. Aku malu, malu setengah mati.
"Tenang, itu biasa kok."
Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat
keberanianku muncul, "Ya aku berani, aku nekat!"
Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia
sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah,
kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh Iilm-Iilm
biru yang pernah kutonton.
"Kamu mulai nakal, ya."
"Ibu guru tidak suka."
Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput
kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah
surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar
entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang
indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami
berdua. Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur.
Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya,
bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan
lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.
Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air
mani yang baru saja keluar. Wow... batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang
asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku. "Buka celana kamu, semuanya...!"
Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya. Setelah kepala kami berdekatan dia mencium
bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi
bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.
Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke
lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya, "Crot...
cret... creeett...!" Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum. Hanya saat itu aku tidak
lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku
yang ketiga. Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi
lemas, kubiarkan Lisa mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah
milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali
bernaIsu.
"Pelan-pelan aja tidak usah takut." Dia berbisik dan tersenyum padaku. Tak karuan
perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir
kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan
membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.
"Bles... sss... sek!" Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya. Rasa percaya
diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme.
Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya
lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.
"Oh Dig...!" Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-
sahabatku. Selama ini Lisa hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen
kelasku. "Dig, terus... kamu mulai pintar..." Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun.
Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Lisa.
Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku
mempermainkan bibir dan buah dadanya.
"Ah... ah... ah, ah... oh!" NaIasnya memburu.
"Ah Dig... ah... ah... ooowww!" Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian
dia kembali tersenyum. Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang
kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di
dalam lubang kemaluannya. "Ntar dulu ya Jedig Sayang." Dia mengangkat tubuhnya
sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya. Aku tak ingin kemaluanku terlepas
aku masih ingin terus bermain. "Eit... sabar dong, kita belum selesai kok." Kulihat dirinya
memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Aku sangat mengerti apa yang
harus kulakukan, ya... seperti di Iilm-Iilm itu.
Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang
kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua
kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk
membimbing batangku. "Blesss..." Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi,
sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur. Kami berdua mendesah. NaIas kami
saling memburu. Terus dan terus lagi. "Ah... oh... uh... terus Dig..., ah... oooww!" Kembali
dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah
posisinya. Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku
menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku.
Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang
sesekali beraroma harum bunga itu.
Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktiI,
tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa
cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.
Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di
dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak
teratur.
"Terus Dig, lebih cepat lagi... terus lebih cepat lagi Dig, terus."
Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar
sehingga terdengar suara naIas yang keras dan saling sambut menyambut.
"Terus Dig, terus... ah... uh... oh...!"
"Oban sayang... ah... dig... dig... dig... aaoowww!"
Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup
dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.
"Dig cepetan ya sayang...!"
"Aku capek."
Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong
dan menarik pinggulku.
"Ah... oh... UIII... aaah...!"
"Crot... cret... cret...!"
Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia
tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup
bibirku kami berdua pun tertidur pulas.
Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Lisa... Perpisahaan pun dimulai, setelah aku
memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa
kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus
bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Lisa, bidadari yang merenggut keperjakaanku.
"Lisa... hey...!" Lisa menengok dan matanya melotot.
"Ups... Ibu Lisa!" Aku lupa, dia kan guruku.
"Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!" sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan
surat padaku. Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tulisan itu.
Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa
walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Lisa. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu
merindukannya. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan
perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti
dari surat Lisa.
T A M A T
Cerita Sex xxx ngentot dengan cewek bispak gadis sampul. Siang itu panas sekali ketika aku
melangkah keluar dari kampus menuju ke mobilku di tempat parkir. Segera kupacu pulang
mobilku, tapi sebelumnya mampir dulu beli es dawet di kios di pinggir jalan menuju arah
rumahku. Setelah sampai rumah dan kumasukkan mobil ke garasi, segera kuganti baju
dengan seragam kebesaran, yaitu kaos kutang dengan celana kolor. Kucuci tangan dan muka,
kemudian kuhampiri meja makan dan mulai menyantap makan siang lalu ditutup dengan
minum es dawet yang kubeli tadi, uaaaah. enak sekali. jadi terasa segar tubuh ini karena
es itu.
Setelah cuci piring, kemudian aku duduk di soIa, di ruang tengah sambil nonton MTV, lama
kelamaan bosan juga. Habis di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku belum pulang, orang tua
juga masih nanti sore. Pembantu tidak punya. Akhirnya aku melangkah masuk ke kamar dan
kuhidupkan kipas angin, kuraih majalah hiburan yang kemarin baru kubeli. Kubolak-balik
halaman demi halaman, dan akhirnya aku terhanyut.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku segera beranjak ke depan untuk membuka pintu. Sesosok
makhluk cantik berambut panjang berdiri di sana. Sekilas kulihat wajahnya, sepertinya aku
pernah lihat dan begitu Iamiliar sekali, tapi siapa ya..?
'Cari siapa Mbak..? tanyaku membuka pembicaraan.
'Ehm. bener ini Jl. Garuda no.20, Mas..? tanya cewek itu.
'Ya bener disini, tapi Mbak siapa ya..? dan mau ketemu dengan siapa..? tanyaku lagi.
'MaaI Mas, kenalkan. nama saya Rika. Saya dapat alamat ini dari temen saya. Mas yang
namanya Adi ya..? sambil cewek itu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Segera kusambut, aduuuh. halus sekali tanganya.
'Eng. iya, emangnya temen Mbak siapa ya..? kok bisa tau alamat sini..? tanyaku.
'Anu Mas, saya dapat alamat ini dari Bimo, yang katanya temennya Mas Adi waktu SMA
dulu. jelas cewek itu.
Sekilas aku teringat kembali temanku, Bimo, yang dulu sering main kemana-mana sama aku.
'Oooh. jadi Mbak Rika ini temennya Bimo, ayo silahkan masuk. maaI tadi saya
interogasi dulu.
Setelah kami berdua duduk di ruang tamu baru aku tersadar, ternyata Rika ini memang
dahsyat, benar-benar cantik dan seksi. Dia saat itu memakai mini skirt dan kaos ketat warna
ungu yang membuat dadanya tampak membusung indah, ditambah wangi tubuhnya dan paha
mulus serta betis indahnya yang putih bersih menantang duduk di hadapanku. Sekilas aku
taksir payudaranya berukuran 34B.
Setelah basa-basi sebentar, Rika menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin tanya-tanya
tentang jurusan Public Relation di Iakultas Fisipol tempat aku kuliah. Memang Rika ini
adalah cewek pindahan dari kota lain yang ingin meneruskan di tempat aku kuliah. Aku
sendiri di jurusan advertising, tapi temanku banyak yang di Public Relation (yang
kebanyakan cewek-cewek cakep dan sering jadi model buat mata kuliah IotograIi yang aku
ambil), jadi sedikit banyak aku tahu.
Kami pun cepat akrab dan hingga terasa tidak ada lagi batas di antara kami berdua, aku pun
sudah tidak duduk lagi di hadapannya tapi sudah pindah di sebelah Rika. Sambil bercanda
aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya, paha mulusnya, betis indahnya, dan tidak
ketinggalan dadanya yang membusung indah yang sesekali terlihat dari belahan kaos
ketatnya yang berleher rendah. Terus terang saja si kecil di balik celanaku mulai bangun
menggeliat, ditambah wangi tubuhnya yang membuat terangsang birahiku.
Aku mengajak Rika untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan
mengobrol. Rika pun tidak menolak dan mengikutiku masuk setelah aku mengunci pintu
depan. Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-
ngobrol. Sesekali Rika mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai
melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar
berdiri. Aku kemudian usul ke Rika untuk nonton VCD saja. Setelah Rika setuju, aku
masukkan Iilm koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada
beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke
bagian adegan ranjang, aku lirik Rika matanya tidak berkedip melihat adegan itu.
Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rika, ternyata dia diam saja tidak berusaha
menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rika mulai gelisah, sesekali
kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan
dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus
lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Rika tampak menikmati, terbukti
dia langsung ngelendot manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung
kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rika tidak protes, malah tangannya sekarang
diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata
bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami
sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Rika
membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di
pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.
Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak
cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan
ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulusnya, Rika
pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan
leluasa mengobok-obok paha dalamnya sampai ke selangkangan. Begitu bolak-balik kuelus
dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku
sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas
payudaranya walau masih tertutup kaos, Rika merintih lirih. Lalu tanganku kumasukkan ke
dalam kaosnya dan mulai meraba-raba mencari BH-nya. Setelah ketemu lalu aku meraih ke
dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan
Rika mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rika juga mengocok yuniorku yang masih
tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih
yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus.
Aku yang sudah mulai terbakar birahi, kemudian melepaskan kaos Rika dan BH-nya hingga
sekarang nampak jelas payudaranya yang berukuran 34B semakin mengembang karena
rangsangan birahi.
Langsung aku caplok buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Rika
mendesis-desis keenakan, 'Sssh. aaauuh. Mass Adiii. ehhh. ssshhh. sambil
tangannya mendekap kepalaku, meremas-remas rambutku dan membenamkannya ke
payudaranya lebih dalam.
Kutarik kepalaku dan kubisikkan ke telinga Rika, 'Rika sayang, kita pindah ke kamarku aja
yuuk..! Aman kok nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua.
Rika mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Posisi
gendongnya yaitu kaki Rika memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan
payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang pantatnya sehingga
yuniorku sekarang sudah menempel di selangkangannya.
Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar,
kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Rika tidak mau melepaskan pelukan kakinya di
pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.
'Sayang. sabar dong.., lepas dulu dong rok sama celana kamu. kataku.
'Oke Mas. tapi Mas juga harus lepas baju sama celana Mas, biar adil..! rajuk Rika.
Setelah kulepas baju dan celanaku hingga telanjang bulat dan yuniorku sudah mengacung
keras tegak ke atas, Rika yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil
mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir vaginanya yang merah jambu
itu.
Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan yuniorku ke vaginanya,
kembali aku kecup bibirnya dan kucaplok dan jilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku
turun ke perut terus ke paha mulusnya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha
dalamnya hingga sampai ke selangkangannya.
'Auuww. Mas Adiiii. ehhmm. shhh. enaaaakkk Masss. ceracau Rika sambil
kepalanya menggeleng-geleng tidak karuan dan tangannya mencengkeram sprei ketika aku
mulai menjilati bibir vaginanya, terus ke dalam memeknya dan di klitorisnya.
Dengan penuh naIsu, terus kujilati hingga akhirnya tubuh Rika menegang, pahanya
mengempit kepalaku, tangannya menjambak rambutku dan Rika berteriak tertahan. Ternyata
dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilati cairan yang keluar dari lubang
kenikmatannya sampai habis.
Aku bangun dan melihat Rika yang masih tampak terengah-engah dan memejamkan mata
menghayati orgasmenya barusan. Kukecup bibirnya, dan Rika membalas, lalu aku menarik
tangannya untuk mengocok penisku. Aku rebahkan tubuhku dan Rika pun mengerti
kemauanku, lalu dia bangkit menuju ke selangkanganku dan mulai mengemut penisku.
'Oooh. Rik. kamu pinter banget sih Rik. aku memuji permainannya.
Kira-kira setengah jam Rika mengemut penisku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan
memijat-mijat batang penisku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumati batang
dan kepala penisku. Dihisapnya kuat-kuat ketika Rika menarik kepalanya sepanjang batang
penis menuju kepala penisku membuatku semakin merem-melek keenakan.
Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Rika dan merebahkannya kembali ke tempat
tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Rika membuka lebar-lebar selangkangannya,
kugesek-gesekkan dulu penisku di bibir vaginanya, lalu segera kumasukkan penisku ke dalam
lubang senggamanya.
'Aduuh Mas. sakiiit. pelan-pelan aja doong. ahhh. aku pun memperlambat masuknya
penisku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan
pinggul Rika.
Terlihat sudut mata Rika basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya,
'Bleeesss. masuklah semua batang penisku ke dalam liang senggama Rika.
'Rika sayang, punya kamu sempit banget sih..? Tapi enak lho..! Rika cuma tersenyum
manja.
'Mas juga, punya Mas besar gitu maunya cari yang sempit-sempit, sakit kaan..! rajuk Rika.
Aku ketawa dan mengecup bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Rika sambil
merasakan enaknya himpitan kemaluan Rika yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku
mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan.
'Aaah. uuuhhh. oooww. shhh. ehhmmm. desah Rika sambil tangannya memeluk
erat bahuku.
'Masih sakit Sayaaang..? tanyaku.
'Nggak Mas. sedikiiitt. auuoohhh. shhh. enn.. ennnaakk.. Mas. aahh. jawab Rika.
Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Rika mengimbangi dengan goyangan
pinggulnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku
hanya bisa merem melek sambil terus memompa, merasakan enaknya goyangan Rika. Tidak
lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding vagina Rika, kupercepat goyanganku
dan kubenamkan dalam-dalam penisku.
Tanganku terus meremas-remas payudaranya. Dan tubuh Rika kembali menegang, 'Aaah.
Masss Adiiii. teruuus Maass. jangan berentiii. oooh. Maasss. aaahhh. akuuuu
mauuu keluaaar. aaawww.
Dan, 'Cret. cret. crettt. kurasakan cairan hangat menyemprot dari dalam liang
senggama Rika membasahi penisku.
Kaki Rika pun memeluk pinggangku dan menarik pinggulku supaya lebih dalam masuknya
penisku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding vagina Rika
masih terasa dan tubuh Rika menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar.
Kupercepat gerakanku dan, 'Aaah. Rikaaa. aku mau keluar Sayaaang. belum sempat
aku menarik penisku karena kaki Rika masih memeluk erat pinggangku, dan, 'Crooot.
crooot. crooott. aku keluar di dalam kemaluan Rika.
'Aduuhhh enakkknyaaa.
Dan aku pun lemas menindih tubuh Rika yang masih terus memelukku dan menggoyang-
goyangkan pinggulnya.
Aku pun bangkit, sedangkan penisku masih di dalam liang senggama Rika dan kukecup lagi
bibirnya.
Tiba-tiba, 'Greeekkk. aku dikejutkan oleh suara pintu garasi yang dibuka dan suara motor
adikku yang baru pulang.
Aku pun cepat-cepat bangun dan tersadar. Kulihat sekeliling tempat tidurku, lho. kok.
Rika hilang, kemana tuh cewek..? Kuraba penisku, lho kok aku masih pake celana dan basah
lagi. Kucium baunya, bau khas air mani. Kulihat di pinggir tempat tidur masih terbuka
majalah hiburan khusus pria yang kubaca tadi. Di halaman 68, di rubrik wajah, kulihat wajah
seorang cewek cantik yang tidak asing lagi yang baru saja kutiduri barusan, yaitu wajah Rika
yang menggunakan swimsuit di pinggir kolam renang.
Yaaa ampuun. baru aku sadar, pengalaman yang mengenakkan tadi bersama Rika itu
ternyata cuma mimpi toh. Dan Rika yang kutiduri dalam mimpiku barusan adalah cover girl
cantik dan seksi majalah yang kubaca sebelum aku tertidur tadi, yang di majalah dia
mengenakan swimsuit merah. Aku pun segera beranjak ke kamar mandi membersihkan diri.
Di dalam kamar mandi aku ketawa sendiri dalam hati mengingat-ingat mimpi enak barusan.
Gara-gara menghayal yang tidak-tidak, jadinya mimpi basah deeh.