Anda di halaman 1dari 7

Model Pengembangan Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk


meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pemberdayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta
didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan. Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran
disusun sekitar hubungan dan Iaidah lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai
makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang
diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya.
Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan lingkungan peserta didik. UNESCO
(1980) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik
untuk kepentingan pembelajaran sebagai berikut:
a. Lingkungan yang meliputi Iaktor-Iaktor Iisik, biologi, sosio-ekonomi, dan budaya yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta
didik.
b. Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau Iasilitas yang ada dalam suatu kelompok
masyarakat.
c.Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus
dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut:
a. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa
dilakukan dengan metode-metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain
b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan
pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan,
seperti model dan gambar.
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
A. Pengertian Pendidikan Lingkungan dan Kependudukan
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar diberbagai lingkungan yang
berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positiI bagi perkembangan individu.
Pendidikan dalam arti sempit dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (schooling), yaitu
pengajaran Iormal dibawah kondisi-kondisi yang terkontrol, jadi pendidikan hanya berlangsung
bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan
tinggi.
Menururut UU SPN No. 20 Tahun 2003 'Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiI
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masayarakat, bangsa dan negara.
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan segala makhluk hidup, makhlik tak hidup, dan daya
serta manusia dengan segala perilakunya, yang saling berhubungan secara timbal balik, jika ada
perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya.
Yang dimaksud dengan Kependudukan adalah sejumlah orang yang tinggal disuatu wilayah atau
daerah dengan segala kebudayaan, tata kehidupan dan adanya peraturan pemerintahan yang
mengaturnya.
Untuk mengendalikan lingkungan agar tetap terjaga sebagai mana mestinya maka diperlukan
pendidikan kepada setiap individu selanjutnya setiap penduduk agar bisa menjaga ekosistem dan
kesetabilan lingkungannya.
B. Pendekatan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
PLH adalah program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian,
kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan
terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.(MustoIa).
Tujuan PLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan
bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata
pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata
pelajaran dalam kurikulum terutama kurikulum SD yang berlaku.
Pendidikan Lingkungan Hidup pada jalur pendidikan Iormal dapat ditempuh melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan monolitik dan integrative.
1. Pendekatan Monolitik
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap
mata pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai
tujuan tertentu dalam kesatuan yang utuh. System pendekatan ini dapat ditempuh melalui dua
cara, yaitu:
1) Membangun satu disiplin ilmu baru yang diberi nama PLH. Nantinya dijadikan mata
pelajaran yang terpisah dari ilmu-ilmu lain.
2) Membangun paket PLH yang merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kelebihan pendekatan monolitik
1) Mata pelajaran yang berdiri sendiri.
2) Persiapan mengajar lebih mudah dan bahan-bahannya dapat diketahui dari silabus.
3) Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih sintesis.
4) Waktu yang disediakan dapat secara khusus, pencapaian tujuan bisa lebih aktiI.
5) Evaluasi belajar bisa lebih jelas dan mudah.
Kelemahan Pendekatan Monolitik
1) Perlu dibuat silabus sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan mata
pelajaran lain.
2) Perlu menambah tenaga pengajar yang mempunyai spesialisasi dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup.
3) Kemungkinan menambah beban belajar siswa dari mata pelajaran yang ada sekarang dalam
kurikulum.
2. Pendekatan Terpadu (IntegratiI)
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang didasarkan pemaduan mata pelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup dengan mata pelajaran lain. Pendekatan ini dapat ditempuh melalui dua cara,
yaitu:
a. Membangun suatu unit atau seri pokok bahasan yang disiapkan untuk dipadukan kedalam
mata pelajaran tertentu.
b. Membangun suatu program inti yang bertitik tolak dari suatu mata pelajaran tertentu.
Kelebihan Pendekatan Terpadu
1) Tidak perlu menambah tenaga kerja pengajar khusus dibidang PLH.
2) Makin banyak guru mata pelajaran lain yang terlibat sehingga siswa memperoleh bahan
yang lebih banyak.
Kelemahan pendekatan terpadu
1) Perlu adanya penataran guru untuk pelajaran PLH yang dipadukan.
2) Perlu mengubah silabus dan jam pelajaran yang telah ada.
3) Timbul kesulitan proses untuk memadukan PLH dengan pelajaran lain.
4) Kemungkinan tenggelamnya program PLH ke dalam mata pelajaran lain dan sebaliknya.
5) Keterbatasan waktu yang tersedia dapat menghambat tercapainya tujuan dengan baik.
6) Evaluasi perlu cara khusus karena adanya dua tujuan dalam satu kegiatan pembelajaran.
Pertimbangan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu. Agar ini berhasil maka
perlu memperhatikan Iactor-Iaktor sebagai berikut:
a. Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan
perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.
b. Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system
persekolahan yang sedang berlaku.
c. Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang
cukup.
Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
C. Ruang Lingkup Keadaan Sekitar Lingkungan Kependudukan
Dalam lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya terdapat
mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah, matahari, anggin, air dan
sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya adalah manusia.
Manusia pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya pengen sendiri serakah, tetapi
manusia juga tidak lepas dari orang lain dan lingkungan sekitar karena itu manusia disebut juga
mahkluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri ia membutuhkan interaksi dengan sesamanya
dilingkungan hidup ini. Karena secara naluriah manusia selalu ingin berkumpul dengan orang
lain sebab memiliki akal yang sempurna.
Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti sosial.
a. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang ada di dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan
makhlik lainnya yang ada di dunia. Karena adanya akal dan perbuatannya pun diatur oleh akal
hanya sebagian kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan
dan terus mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih bermanIaat. Namun
potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila individu yang berpotensial bersangkutan
saling berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat saling timbal balik dan saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok timbul dari kesadaran manusia akan
keinginan hidup saling memerlukan. Pergaulan antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari
pengalamannya itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua tidak
bisa dilakukan sendiri yakni harus ada timbale balik dari sesamanya dilingkungan sosial tersebut,
maka itu terjadilah interaksi sosial.
c. Hubungan Makhluk dengan Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan
tumbuhan. Abiotik terdiri dari benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi,
seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk
minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh
matahari dan sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan yang lainnya yakni SDA. SDA adalah segala sesuatu
yang ada di alam berupa biotik atau abiotik yang dapat dimanIaatkan manusia untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi
hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak. Sebab SDA
menurut jenisnya ada dua yaitu biotik dan abiotik, menurut siIatnya SDA yang dapat
diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas
kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah
tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini
diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
D. Permasalahan Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu persoalan yang dihadapi semua bangsa di dunia baik
bangsa yang maju dan berkembang. Menurut Emil Salim (1986), sudah sejak lama masyarakat
Indonesia hidup akrab dengan lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang besar
dalam lingkungan sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah menerapkan pola hidup
yang serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi keseimbangan lingkungan, penyediaan sumber kekayaan
lingkungan juga jadi tujuan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup. Penggunaan teknologi
dan ilmu pengetahuan yang tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan lingkungan,
peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian lahan.
Tahun 1972 diadakan konIerensi PBB di Stockholm, dan membahas tentang lingkungan hidup.
Oleh karena tanggal 5 juni 1972 merupakan hari pembukaan konIerensi maka tanggal 5 juni
disepakati sebagai hari lingkungan hidup sedunia.
Lingkungan Hidup dan Sistem Lingkungan
1. Lingkungan hidup
Ilmu yang mendasari tentang lingkungan adalah Ekologi. Ilmu lingkungan mempelajari makhluk
hidup berdasarkan unit populasinya. Akibat naiknya kepadatan populasi akan timbul persaingan
dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Akan timbul akibat persaingan tersebuit yaitu jika:
1) EIek ekologi bila berlangsung pada waktu singkat.
2) EIek evolusi bila berlangsung pada waktu relatiIe lama.
Ada 2 Iaktor lingkungan yang dapat menurunkan daya baik populasi yaitu:
1) Bergantung kepadatan populasi itu sendiri, seperti ruang untuk hidup.
2) Factor yang tidak bergantung pada kepadatan populasi, seperti suatu lingkungan tertentu.
Menurut Soemarwoto (1985) ada beberapa Iactor yang menentukan lingkungan hidup yaitu:
1) Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup.
2) Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan.
3) Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
4) Non-material, suhu, cahaya, kebisingan.
2. Teknologi dan lingkungan
Ilmu dan teknologi memberi peluang kepada manusia untuk merubah lingkungan. Perubahan
yang terjadi bisa secara cepat atau lambat. Manusia menggunakan teknologi dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya teknologi
selain dapat membawa kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup manusia memberikan eIek
samping tersendiri. Adanya pabrik dan berbagai industri akan menyebabkan pencemaran
terhadap lingkungan. WHO telah menetapkan ada 4 tingkat pencemaran, yaitu:
1) Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian kepada manusia jika dilihat dari zat
pencemaran dan waktu kontaknya dengan lingkungan.
2) Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi ringan pada panca indra.
3) Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada paal tubuh dan menyebabkan sakit
kronis.
4) Pencemaran yang sudah besar sehingga menimbulkan gangguan dan menyebabkan sakit
parah bahkan kematian.
ManIaat teknologi
Teknologi sangat bermanIaat bagi manusia diantaranya adalah:
- Teknologi inIormasi dan komunikasi misalnya; dapat menyaksikan dan mendengarkan
peristiwa yang terjadi di negara lain yang jaraknya sangat jauh, adanya TV, komputer, radio,
telepon genggam, satelit dan sejenisnya.
- Teknologi transIortasi misalnya; adanya kendaraan bermotor mobil, kereta, kapal laut,
pesawat terbang dapat mempermudah berpindah dari satu tempat ketempat lain yang jauh dalam
waktu yang singkat.
- Bidang kedokteran misalnya; telah menggunakan sinar radio aktiI untuk diagnosis dan
pengobatan, pada pengobatan kangker misalnya.
- Bidang pertanian misalnya; petani dapat mengusahakan tanamannya sepanjang tahun karena
tidak lagi mengandalkan sipat-sipat alam seperti curah hujan, unsur hara, sinar matahari dan
sebagainya. Pengairan dengan mesin pompa, irigasi, pupuk buatan, insektisida, herbisida dan
lainnya.
- Bidang keamanan misalnya; pesawat zet tempur, senjata api, bom dan lainnya sering dipakain
dalam perang.
Akibat buruk teknologi
Teknologi juga ada dampak buruknya yakni; adanya pencemaran udara akibat kendaraan
bermotor dan pabrik, pencemaran lingkungan, limbah pabrik yang tidak termanIaatkan.
Penggunaan gas-gas beracun dan sebagainya ini menyebabkan lapisan ozon menipis akibatnya
suhu meningkat, panas, banyak penyakit terutama kangker kulit.
Akibat intensiIikasi pertanian banyak burung yang musnah, penggunaan insektisida, herbisida,
pupuk buatan dan zat sejenisnya dapat mengakibatkan kesuburan tanah hilang dalam waktu relati
lama dan akhirnya ketergantungan zat-zat kimia tersebut dan membahayakan kita. Insektisida
DDT, adalah hidrat orang yang diklorinasi dan tidak larut di air, bila terkonsumsi akan terjadi
penurunan populasi hewan khususnya.
Gampangnya mendapat inIormasi, memudahkan orang yang menyalah gunakan teknologi
misalnya; Telepon untuk maksiat, TV, memudahkan orang berbuat jahat dan sebagainya itu
semua penyalah gunaan teknologi yang harus kita waspadai.
E. Fungsi Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap Kependudukan
Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar
(PLAS). Dasar IilosoIis mengajar dengan mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam
sekitar adalah dari Rousseau dan Pestalozzi.
Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan bahwa kesehatan dan aktiIitas Iisik adalah
Iaktor utama dalam pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa 'anak harus belajar
langsung dari pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku. Disini
lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik berkebangsaan Swiss, dengan konseI
'Home Schoolnya, menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan
pengalaman pertama bagi anak-anak. Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan alam sekitar
kepada anak didiknya dengan Iasilitas yang ada dilingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa
tanggung jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang.
Tanpa adanya campur tangan manusia, lingkungan hidup belum tentu dapat terawat. Makanya
dari pada itu, kependudukan mesti berperan aktiI dalam upaya menyalamatkan lingkungan.
Di antaranya adalah:
1. Peran sebagai pengelola, bukan penghancur lingkungan.
Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak sesuai dengan kenyataan. Yang mestinya
menjadi pengelola, malah yang menjadi pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan
udara dibuat mengandung penyakit.
2. Peran sebagai penjaga, bukan perusak lingkungan.
Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya lingkungan hidup untuk kehidupannya.
Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi perusak demi kepentingan pribadinya.
Sebab itulah pendidikan lingkungan di butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar
mereka mengerti dan kelak tidak merusak lingkungan.
Pendidikan lingkungan sangat berpengaruh tehadap kependudukan, diantaranya:
1. Aspek KognitiI
Pendidikan lingkungan mempunyai Iungsi terhadap kognitiI yakni untuk meningkatkan
pemahaman terhadap permasalahan lingkungan kependudukan, selain itu meningkatkan daya
ingat, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam lingkungan
sekitarnya.
2. Aspek AIektiI
Sementara itu, Pendidikan lingkungan berIungsi juga dalam aspek aIektiI, yakni dapat
meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam
menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam. Sehingga, adanya penataan teradap
kependudukan dilingkungan hidupnya.
3. Aspek Psikomotor
Dalam aspek psikomotor, Iungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan dalam peniruan,
manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan dalam tentang lingkungan yang ada
disekitar kita, dalam upaya ningkatkan hajanah kebudayaan misalnya.
4. Asepek Minat
Dalam aspek terakhir ini juga, Iungsi dari pendidikan lingkungan terhadap kependudukan, yang
dalam hal ini adalah penduduknya meningkat dalam minat yang tumbuh dalam dirinya. Minat
tersebut, digunakan untuk meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan kependudukan
yang ada.
Sjarkowi (2005), mengatakan bahwa membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang
peran aktiI manusia pembangunan di tengah lingkungan hidupnya, maka di seluruh penjuru
nusantara perlu diselenggarakan program penghijauan kurikula (Greening The Curicules) seperti
digagas Collet, J & S dan Karakhaslan (1996). Dengan pola dan bobot pendidikan yang
berwawasan lingkungan itu maka kadar kesepahaman antar sesama manusia pembangunan dan
bobot kerjasama pro-aktiI dan reaktiI mereka terhadap bencana dan kerugian lingkungan pun
akan dapat ditumbuhkan dengan cepat secara internal daerah atau bahkan kebangsaan maupun
internasional.
Bencana lingkungan hidup seperti kebakaran, banjir, longsor dan lainya dapat merusak sumber
daya alam. Sekali dimensi kelestarian sumber daya itu mengalami kerusakan tentunya akan sulit
dipulihkan. Maka dapat dimengerti betapa pentingnya merealisasikan program pendidikan
lingkungan, agar lingkungan terjaga keseimbangannya.

Anda mungkin juga menyukai