Anda di halaman 1dari 9

1

MAKALAH POLITIK INTERNASIONAL


POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK RAKYAT CINA TERHADAP
HAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :
Veronica Banister 151100004
Justitia Aurora Diana 151100005
Diony Alvreta 151100006
Syahrul Amri Wijaya 151100016
Aulia Mahardika 151100112
Endini Tetrasari Silaban 151100107
Amalia Qudsi Prameswari 151100118
Ketut Agus Edwin Surya 151100127
Rani Ramadhani 151100150

1URUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA




KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah Diplomasi Lingkungan dengan baik dan sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang ditentukan oleh Ibu Ratnawati selaku dosen pembimbing mata kuliah Politik
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan National Veteran
Yogyakarta.
Walaupun demikian, makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna
karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersiIat membangun dari
semua pihak kami harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik
lagi. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 17 November 2011
Penyusun
.













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................... 2
DAFTAR ISI ........................... 3
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang : Republik Rakyat Cina ............. 4
b. Rumusan Masalah ...................... 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Politik Luar Negeri ................. 5
b. Politik Luar Negeri Cina terhadap HAM ............. 6
c. Politik Luar Negeri Cina terhadap Lingkungan Hidup ....... 6
d. Politik Luar Negeri Cina terhadap Lingkungan ........... 7
KESIMPULAN .......................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................... 9













BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Republik Rakyat Cina adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh
wilayah kebudayaan, sejarah, dan geograIis yang dikenal sebagai China/Cina. Sejak didirikan
pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat
sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga
dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara
politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara
politik, ia masih tetap menjadi pemerintahan satu partai.
RRC adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,3
milyar jiwa, yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar di
Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia dan Kanada. RRC berbatasan dengan 14
negara: AIganistan, Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos,
Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam.
Dalam suatu pertikaian yang terus berlangsung, RRC menuntut hak memerintah atas Taiwan dan
pulau-pulau sekitarnya yang tidak pernah dilepaskan oleh Republik Cina. Pemerintah RRC
mendakwa bahwa Republik Cina merupakan suatu entitas yang tidak lagi wujud dan secara
administratiI meletakkan Taiwan sebagai provinsi ke-23 RRC.
RRC mengklaim kedaulatan terhadap Taiwan namun tidak memerintahnya (hal yang sama
juga berlaku terhadap Pescadores, Quemoy, dan Matsu). Status politik Taiwan merupakan hal
yang kontroversial; Taiwan diperintah Republik Cina, yang kini berbasis di Taipei. Republik
Cina mengklaim kedaulatan terhadap seluruh Cina daratan dan begitu juga dengan RRC.
Cina Daratan merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kawasan di bawah
pemerintahan RRC dan tidak termasuk kawasan administrasi khusus Hong Kong dan Macau.
Pemerintah RRC melihat pemerintahannya di Cina sebagai Tiongkok Baru saat membandingkan
dirinya dengan Cina sebelum tahun 1949. RRC juga dijuluki sebagai "Cina Merah" bagai


kawasan yang sama, terutama oleh musuhnya di Barat, dengan merujuk kepada warna merah
yang merupakan lambang komunis.

-. Rumusan Masalah
Bagaimana politik luar negeri Cina terhadap pelanggaran HAM serta masalah lingkungan hidup?



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Politik Luar Negeri
Politik luar negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara dalam
hubungannya dengan negara-negara lain. Dalam arti luas, politik luar negeri adalah pola perilaku
yang digunakan oleh suatu Negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain.
Politik luar negeri berhubungan dengan proses pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan
jalan tertentu.
Melalui politik luar negeri, pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke
dalam masyarakat antar bangsa. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa tujuan politik luar
negeri adalah untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran
mengenai keadaan negara dimasa mendatang serta kondisi masa depan yang diinginkan.
Pelaksanaan politik luar negeri diawali oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan dengan
mempertimbangkan hal-hal yang didasarkan pada Iaktor-Iaktor nasional sebagai Iaktor internal
serta Iaktor-Iaktor internasional sebagai Iaktor eksternal.
B. Politik Luar Negeri Cina
Kebijakan dan strategi luar negeri Cina sangat dipengaruhi oleh posisi Cina sebagai
Kekuatan Besar, terutama ekonomi dunia. Politik Luar Negeri Cina secara resmi adalah
'Independent Foreign Policy of Peace yakni teguh mengejar kebijakan luar negeri independen dari
perdamaian. Tujuan mendasar dari kebijakan ini adalah untuk menjaga independensi China, kedaulatan
dan integritas teritorial, menciptakan lingkungan internasional yang menguntungkan bagi reIormasi Cina,


dan membuka dan memoderenisasi konstruksi China, memelihara perdamaian dunia
dan mendorong pembangunan umum
1
.
Cina saat ini tidak sepenuhnya berkaca menggunakan sebuah Ideologi tertentu dalam
menentukan tiap langkahnya semenjak Perang Dingin. Bagi Cina saat ini, Ideologi menjadi
pertimbangan kedua dalam menentukan kepentingan nasionalnya yang menjadi pertimbangan
utama dalam pengambilan kebijakan.
C. Politik Luar Negeri Cina Terhadap HAM
Dalam membentuk Politik Luar Negri, tidak hanya sebatas dipengaruhi kekuatan militer dan
ekonomi. Pemerintah dapat menggunakan ide-ide dan nilai-nilai untuk membangun dukungan
dalam negri dan mendapat simpatisan diantara masyarakat untuk membuat suatu kebijakan luar
negri
2
. Sejarah isu Hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negri China sangat erat kaitannya
dengan proses tersebut.
Di dalam Teori Hubungan Internasional, ada yang disebut '%e Second Image, dimana
politik dalam negri suatu negara, turut mempengaruhi politik luar negrinya pula
3
. Dalam kasus
'%e Second Image Reversed di China, hal serupa yang terjadi dalam konteks Hak Asasi
Manusia dimana Politik Luar Negri China mereIleksikan keadaan Politik dalam negrinya.
Pemerintah RRC berpendapat bahwa hak asasi manusia sepatutnya mencakup kepuasan
hidup dan kemajuan ekonomi. Dengan kata-kata berlainan, saat mengkaji dirinya, ia melihat
kemajuan ekonomi dan kepuasan hidup rakyatnya sebagai meningkatkan situasi hak asasi
manusianya, dan saat melihat situasi di negara-negara maju ia seringkali menotakan terdapat
tingkat kriminalitas dan kemiskinan yang tinggi di tempat-tempat yang dikatakan mempunyai
penghormatan terhadap hak asasi manusia yang tinggi.
Praktek melihat HAM seperti ini, diamalkan di kebanyakan negara timur yang lain. Tetapi
pemerintah Barat dan organisasi non-pemerintahan (NGO) mereka mengatakan bahwa
penahanan secara sewenang-wenang dan menaIikan hak tahanan untuk berkomunikasi dengan

1
hLLp//wwwfmprcgovcn/eng/w[dL/ dlakses pada november 11 pukul 11 am

!oseph S nye !r sofL power" fotelqo pollcy no 8 (lall 199% pp 1171

eLer CourevlLch 1he Second lmage 8eversed 1he lnLernaLlonal Source of uomesLlc ollLlcs" lotetootloool
Otqoolzotloo vol no (AuLumn 1978% pp 88191
7

pihak luar, di samping pengakuan yang dipaksa, penyiksaan, dan pencabulan hak tawanan
disamping menyekat kebebasan pers, bersuara, berkumpul, agama, privasi, dan hak pekerja
adalah melanggar deIinisi hak asasi manusia mereka. Mereka mendakwa semua masalah ini
bersumber pada keengganan kerajaan RRC memberikan hak menentang dan ketidaksempurnaan
sistem kehakiman dalam melindungi hak asasi politik individu.
Selama beberapa dekade, Hak Asasi Manusia merupakan alat yang minim digunakan China
dalam diplomasinya. Pengetatan hak-hak sipil dilakukan China untuk mempertahankan
kedaulatan pemerintahannya, dengan IilosoIi hidup 'never tink of yourself, give everyting in
service to society. Konsep Hak Asasi di China dianggap cukup oleh masyarakat, mereka lebih
peduli terhadap meningkatkan kualitas ekonomi keluarga dan menaikkan status sosial daripada
hak-hak sipil dan politik
4
.
Hal-hal itulah yang digunakan oleh pemerintah China untuk mempertahankan kebijakan hak-
hak sipil dalam negrinya dan membangun dukungan terhadap kebijakan hak asasi manusia dalam
politik luar negrinya. PerspektiI China terhadap Hak Asasi dan demokrasi ini menjadi implikasi
penting dalam hubungan China terhadap Negara-negara barat.
Rezim Hak Asasi Internasional dideIinisikan sebagai prinsip, norma, dan hukum, membentuk
standar universal melegitimasi segala perhatian internasional terhadap praktiknya secara
domestik dalam tiap Negara. Rezim ini juga mempengaruhi China, sehingga daripada susah
payah menentangnya, ia lebih memilih menerima legitimasi rezim tersebut seraya mencari cara
meminimalisasi kewajiban China menaatinya. Hal ini dapat dilihat dari kekikutsertaan China
dalam rezim hak asasi manusia internasional dan menandatangani %e United Nations Covenant
on Civil and Political Rigts.

D. Politik Luar Negeri Cina terhadap Lingkungan
Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan di dunia internasional, hal
ini menjadi perhatian bagi Cina pula. Kemajuan industri dan perokonomian Cina yang pesat
sejalan pula dengan berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi Cina. China juga

Mlng Wan oo klqbts lo cbloese lotelqo kelotloos uefloloq ooJ uefeoJloq Notloool lotetest unlverslLy of
ennsylvanla ress 1 p
8

merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia, yang artinya, penyumbang kerusakan
alam terbesar pula.
Dunia internasional juga mulai menuntut terhadap Negara-negara industri besar untuk
berkontribusi dalam pengembalian keseimbangan alam. China telah ikut dalam berbagai
konvensi lingkungan internasional diantaranya; ntarctic-Environmental Protocol, ntarctic
%reaty, Biodiversity, Climate Cange, Climate Cange-Kyoto Protocol, Desertification,
Endangered Species, Ha:ardous Wastes, Law of te Sea, Marine Dumping, O:one Layer
Protection, Sip Pollution, %ropical %imber 83, %ropical %imber 94, Wetlands, and Waling.
AS dan China sebagai dua negara penghasil gas rumah kaca terbesar belum menunjukkan
komitmen memadai hingga sepekan berlangsungnya sesi ke-15 KonIerensi Para Pihak
KonIerensi Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (COP 15 UNFCCC).Kedua negara
itu dianggap belum memenuhi harapan negara-negara berkembang dan 27 negara Uni Eropa
yang peduli terhadap hasil akhir COP 15 UNFCCC. Uni Eropa berharap kedua negara tersebut
dapat memberikan kesepakatan untuk menyetujui komitmen mengurangi emisi gas kaca 25
hingga 45 atau di bawah 2 derajat Celcius pada 2020. Hal yang ditolak AS dan China sejak
COP 13 di Bali dan COP 14 di Poznan, Polandia.Uni Eropa sejak awal telah memasukan untuk
menambah komitmen mengurangi emisi gas rumah kacanya hingga 30 pada 2020, dari janji
sebelumnya hanya 20. Pengurangan diukur dari level emisi tahun 1990 sesuai dengan Protokol
Kyoto.Selain itu mereka menjanjikan bantuan Iinansial senilai US$10,6 juta untuk periode 3
tahun bagi negara-negara berkembang guna mendukung langkah pengurangan emisi gas kaca.
Saat ini China menjanjikan pengurangan emisi 40-45 dari eIisiensi, sementara AS berjanji
mengurangi 3 emisinya pada 2020 dari level 1990.Sesuai rancangan hasil negosiasi yang
beredar pada Jumat pekan lalu, negara-negara maju wajib menurunkan emisi, sementara negara
berkembang, seperti China dan India, tidak dituntut membuat komitmen wajib. Mereka dapal
melakukan swamitigasi untuk menahan peningkatan emisi gas rumah kaca.Sementara itu dari
Forum Bright Green yang digelar 12-13 Desember, PT RMI, mencatatkan Indonesia sebagai
negara pertama yang melakukan langkah nyata pemanIaatan teknologi terapan pemanIaatan gas
buang karbon dioksida.Forum Bright Green adalah pameran teknologi ramah lingkungan. Ajang
ini diikuti ratusan industri dan universitas kenamaan penyedia teknologi ramah lingkungan siap
pakai bernilai miliaran dolar AS.
9

Kesimpulan
China sebagai kekuatan ekonomi besar memiliki nilai tawar yang kuat dalam politik
internasional. Sehingga dalam setiap kebijakannya, ia dapat mengedepankan Kepentingan
Nasionalnya secara lebih maksimal lagi.
Kekuatan China membuat Negara-negara barat tidak dapat memaksakan keinginannya
dan menggunakan kekuatan militer untuk alasan masalah kemanusiaan di China seperti yang
dilakukan terhadap Serbia atas kasus Kosovo. Pengaruh politik China serta posisi
geostrategisnya membuat Negara-negara barat juga tidak dapat mengisolasi China demi
kepentingan mereka dalam area isu-isu penting. Kemampuan pemerintah China memobilisasi
kekuatan untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya membuat Irustasi Negara-negara barat
dan melemahkan kemampuan mereka dalam menuntaskan isu kemanusiaan dengan China.
Dalam masalah lingkungan, sikap China cukup positiI disbanding dengan Negara
industry besar yang stara deangannya yakni amerika. China memperlihatkan komitmen politik
yang jelas dalam kontribusinya terhadap perbaikan lingkungan. Contohnya, dalam penurunan
emisi karbon.


DAFTAR PUSTAKA
http://bataviase.co.id/detailberita-10399161.html
Ming Wan, Human Rigts in Cinese Foreign Relations, Defining and Defending National
Interest, University oI Pennsylvania Press: 2001, p.20
Joseph S. Nye, Jr., 'soIt power, foreign policy, no. 80 (Fall 1990), pp. 153-171
Peter Gourevitch, 'The Second Image Reversed: The International Source oI Domestic Politics,
International Organi:ation, Vol.32, No.4 (Autumn 1978), pp. 881-912
http://www.Imprc.gov.cn/eng/wjdt/ (22 november 2011)

Anda mungkin juga menyukai