Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sehat adalah dambaan semua manusia yang merupakan anugerah yang luar biasa mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Karena kesehatan amat mahal maka kita perlu menjaga kesehatan badan dan jiwa agar kita lebih merasa nyaman dan lebih percaya diri untuk melakukan aktivitas yang kita inginkan. Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada masyarakat dewasa ini adalah kelainan produksi hormon salah satunya adalah hormon tiroid. Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar tiroid yang dibutuhkan sepanjang hidup manusia untuk mempertahankan metabolisme serta fungsi organ. Kekurangan hormon tiroid sejak lahir (hipotiroid kongenital) pada awal kehidupan anak akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan retardasi mental. Sedangkan kelebihan produksi hormon dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan yang biasa dikenal dengan hipertiroid, tanda yang menyertai peningkatan metabolisme, penurunan berat badan urutan (www.indonesia.net/index). Hipertiroid merupakan penyakit hormonal yang menempati kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Posisi ini serupa dengan kasus dunia. Di RS Soetomo Surabaya pasien hipertiroid mencapai 1000 orang (www.gatra.com/2003) . Hipertiroid menyerang wanita lebih sering dibanding pria, dan insidennya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat (Schimke,1992 dikutip dari Brunner and Suddarth). Keadaan dapat timbul setelah terjadinya syok emosional , stress atau infeksi. Penyebab dari hipertiroid yang sering dijumpai adalah penggunaan hormon tiroid yang berlebihan, faktor genetik, penyakit bawaan dan lain-lain (Brunner and Suddarth). Usaha yang dilakukan pasien hipertiroid yaitu memastikan dilakukan tes darah, bila kadar TSH meningkat pasien dinyatakan hipertiroid dan benjolan harus diangkat dengan jalan pembedahan dan diberi terapi. Pada saat pembedahan perlu memantau komplikasi yang mungkin terjadi seperti

hipotiroid,

kerusakan

saraf

laringeal,

gagal

jantung

dan

lain-lain.

(www.gatra.com/2003). Mengingat semakin banyak penderita di masyarakat, maka pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif untuk mencegah bagi yang belum terkena dan pengobatan yang sudah menderita. B. Tujuan Penulisan 1. Memperoleh pengalaman nyata dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid. 2. Mengaplikasikan komunikasi terapeutik kepada pasien yang akan menghadapi operasi tiroidektomi. 3. Mengetahui secara langsung dan nyata tanda dan gejala pada pasien dengan hipertiroid. 4. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid. C. Metode Penulisan Pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data atau informasi melalui pengamatan kasus secara langsung pada pasien dengan hipertiroid, melakukan wawancara dengan pasien, dan studi kepustakaan melalui literatur dan internet, mengenai penyakit hipertiroid. D. Sistematika Penulisan Penulisan makalah dilakukan secara sistematis mulai dari Bab I. Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan teoritis berisi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi. Konsep asuhan keperawatan terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, perencanaan pulang dan patoflowdiagram. Bab III Pengamatan kasus, Bab IV Pembahasan kasus. Bab V kesimpulan, dan diakhiri dengan daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK 1. Definisi Hyperthyroid 1415). Hyperthyroid didefinisikan sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tyroid secara berlebihan (Sylvia A. Price, 1995, hal 1074). 2. Anatomi Fisiologi Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupukupu, dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri atas 2 buah lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah istmus. Kelenjar tiroid mempunyai panjang + 5 cm, serta lebar 3 cm dan berat + 30 gram. Aliran darah ke dalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi + 5 ml/menit/gram tiroid yaitu + 5x aliran darah ke dalam hati. Keadaan ini mencerminkan tingkat aktivitas metabolik kelenjar tiroid yang tinggi. Kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda: Tiroksin (T4), Triiodotiranin (T3), yang keduanya disebut dengan satu nama hormon tiroid, dan kalsitonin. Hormon tiroid: dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon tiroid: tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung iodium yang terikat pada struktur asam amino. Kedua hormon disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiroid, pelepasannya ke dalam aliran darah ketika diperlukan. Iodium merupakan unsur esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid, pada kenyataan iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar tiroid, dan gangguan utama akibat defisiensi adalah peningkatan pengeluaran secara terus menerus dari hormon thyroid oleh kelenjar tyroid (Lewis, 2000 hal.

iodium adalah perubahan fungsi tiroid. Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil iodium dari darah dan kemudian melekatkannya dalam sel kelenjar tersebut. Di sana ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan bereaksi dengan tiroksin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid. Sekresi tirotropin oleh TSH (thyroid-stimulating hormon), oleh kelenjar tiroid. hipofisis akan mengendalikan Selanjutnya pelepasan TSH kecepatan pelepasan hormon meningkat sehingga terjadi

peningkatan keluaran T3 dan T4. Keadaan ini merupakan suatu contoh pengendalian balik (feedback control). Hormon pelepasan tirotropin (TRH); (thyrotropin-releasing hormon) yang diekskresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH dari hipofisis. Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Kalsitonin: kalsitonin atau tirokalsitonin merupakan hormon penting lainnya yang disekresikan hormon tiroid. Sekresi kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi, dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang. (Brunner, hal 1293).

3. Etiologi a. Penyakit graves Penyakit ini biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. Gambaran utama pada penyakit ini yaitu tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas saraf simpatis yang berlebihan. Dalam urin pasien ditemukan IgG (imunoglobin G, yang bereaksi dengan reseptor TSH atau membran plasma tiroid menyebabkan terangsangnya fungsi kelenjar tiroid tanpa tergantung dari TSH hipofisis, yang dapat mengakibatkan hipertiroid).Faktor yang bisa mencetuskan respon imun dari penyakit graves adalah 1) Kehamilan, terutama pada masa post partum dimana pada saat melahirkan, ibu mengejan sehingga merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid.2) Kelebihan iodium terutama pada daerah defisiensi yodium. b. Goiter endemik (kekurangan iodium) Ditemukan di kawasan geografis yang kekurangan iodium dan konsumsi zat goitrogenik dalam jumlah yang besar oleh pasien

dengan kelenjar tiroid yang rentan, zat ini mencakup pemberian iodium atau litium secara berlebihan untuk pengobatan keadaan manik-depresi. Adanya peranan hormon tirotropin atau TSH, yaitu hormon yang mengontrol pelepasan hormon kelenjar tiroid yang akan meningkat, jika aktivitas tiroid berada di bawah normal seperti pada saat iodium tidak cukup tersedia untuk produksi hormon tiroid. Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala, kecuali pembesaran pada leher, yang jika terjadi secara berlebihan, dapat mengakibatkan kompresi trakea. c. Carsinoma tiroid. Penyakit ini merupakan penyebab 90% semua kelainan malignansi endokrin. Penyebabnya radiasi eksternal kepala, leher dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko karsinoma tiroid. Biasanya radiasi ini untuk mengecilkan jaringan tonsil dan adenoid yang membesar, mengobati jerawat, 4. Patofisiologi Pada hipertiroidisme, kontrol pengaturan sekresi hormon tiroid yang normal tidak ada sehingga mengakibatkan produksi hormon tiroid meningkat sehingga menyebabkan hipermetabolisme dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis. Peningkatan jumlah hormon tiroid yang berlebihan akan merangsang sistem cardiac dan meningkatkan sejumlah reseptor beta adrenergik yang mengakibatkan meningkatkan denyut nadi dan peningkatan cardiac output, stroke volume dan aliran darah perifer sebagai usaha tubuh untuk berkompensasi. Peningkatan metabolisme yang besar menyebabkan nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Pada sistem pencernaan terjadi peningkatan peristalatik usus sehingga terjadi diare. Peningkatan metabolisme pada sistem neurologi menyebabkan keterlambatan kelopak mata untuk mengikuti gerakan mata sehingga otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit dan sel mast menyebabkan eksoftalmus atau penonjolan pada mata. 5. Tanda dan Gejala Pada penyakit graves menunjukan adanya tanda dan gejala antara lain: Umum: berat badan menurun, keletihan, berkeringat, tidak tahan panas .

Kardiovaskuler: palpitasi, sesak napas, angina, gagal jantung, nyeri dada, takikardi pada saat istirahat maupun aktifitas. Neuromuskular: gugup, agitasi, tremor, mudah tersinggung, terus merasa kuatir, susah tidur. Gastrointestinal: berat badan menurun tetapi nafsu makan meningkat, diare, muntah, kelelahan otot, suhu meningkat. Kulit: pruritus, rambut tipis, kulit teraba hangat, lunak dan basah, kemerahan (flushing). Mata: adanya penonjolan (eksoftalmus), proptosis, kemosis (edema konjungtiva), penglihatan kabur.

6. Test Diagnostik a. Serum T3: memberikan penilaian tentang kadar hormon bila meningkat hipertiroid, bila menurun hipotiroid. b. Serum T4: memberikan penilaian tentang kadar hormon bila meningkat hipertiroid, bila menurun hipotiroid. c. USG tiroid: menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan fungsi anatomik kelenjar tiroid d. Test TSH: untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus. e. Test tiroglobulin: untuk mengetahui indikasi karsinoma tiroid serta penanganan lanjut penyakit tiroid metastase. f. EKG: untuk mengetahui adanya takikardia dan atrial fibrilasi. g. CT Scan Tiroid: untuk melihat peningkatan keaktifan radioaktif iodine 131. h. Pemeriksaan fisik. 7. Penatalaksanaan medik a. Farmakoterapi Dengan menggunakan obat-obat yang mempengaruhi sintesis hormon tiroid serta preparat yang mengendalikan manifestasi hipertiroid. Tujuannya untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau pelepasan hormon untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan produksi hormon tiroid menurun.

Contoh obat: Propylthiouracil dan methimazole (Tapazole) Obat ini akan memperbaiki hipertiroid dengan cara mengubah sintesa hormon tiroid. Dosis yang biasa diberikan yaitu 3x sehari selama 4-8 minggu. Terapi diteruskan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid. Perbaikan akan mulai terlihat pada minggu 1-2 dan akan menunjukkan hasil yang baik pada minggu 4-6 setelah terapi dimulai. Terapi diberikan secara teratur dan berkelanjutan selama 6 bulan sampai 2 tahun. Iodine Tidak digunakan sebagai pengobatan tunggal karena merupakan terapi pelengkap. Iodine dalam dosis besar dapat menurunkan pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tiroid dan mengurangi ukuran kelenjar tersebut. Efek maksimum mulai terlihat pada minggu 1-2, digunakan bersama dengan preparat. Beta adrenergik untuk mempersiapkan penderita dalam menghadapi pembedahan. Diberikan 10-14 hari sebelum pembedahan dengan cara dicampur susu/sari buah dan diminum dengan menggunakan sedotan agar tidak menodai gigi. Kontraindikasi pada ibu hamil karena dapat menimbulkan penyakit kreathinisme dan goiter pada janin. Terapi beta-adrenergik bloker Digunakan untuk menangani diaforesis, ansietas, takikardia dan palpitasi. Biasanya digunakan bersamaan dengan obat-obat anti tiroid lainnya. Kontraindikasi pada pasien penyakit jantung dan asma. b. Penyinaran atau radiasi Untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid. c. Terapi nutrisi: diit tinggi kalori 4000-5000 kkal/hari. d. Pembedahan Dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid. Terapi yang diberikan tergantung pada penyebab dan mungkin memerlukan gabungan dari semua terapi di atas.

8. Komplikasi Gagal jantung: adanya hipermetabolisme mengakibatkan peningkatan cardiac output secara terus menerus sehingga dapat menyebabkan gagal jantung. Osteoporosis: adanya penurunan kadar kalsium dalam tulang, sementara di dalam darah terjadi peningkatan kalsium (hiperkalsemia). Eksoftalmus: terjadi infiltrasi otot-otot mata oleh limfosit sehingga bisa menyebabkan eksoftalmus. Distress respiratori: sering terjadi pada proses pembedahan. Perlukaan kelenjar paratiroid (menyebabkan hipokalsemia dan tetani) Kerusakan nervus laringeal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: riwayat penyakit dalam keluarga, gangguan autoimun. b. Pola nutrisi metabolik: nafsu makan meningkat, BB menurun, demam, lemah, banyak keringat. c. Pola eliminasi: diare/konstipasi, sering BAK. d. Pola aktivitas dan latihan: hiperaktif, nyeri dada, tidak tenang, tremor, palpitasi, nadi cepat, banyak keringat. e. Pola tidur: sulit tidur, gelisah. f. Pola persepsi kognitif: penglihatan, pendengaran. g. Pola persepsi diri dan konsep diri: terganggu karena keringat berlebihan, mata menonjol. h. Pola reproduksi seksual: penurunan libido, amenorrhoe. i. Pola koping dan toleransi terhadap stres: emosi labil, mudah tersinggung. 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme. b. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelelahan. c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.

d. Cemas berhubungan dengan status hipermetabolik. 3. Perencanaan Keperawatan DP.1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme. HYD: Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan BB meningkat dalam waktu 5 hari. Intervensi: a. Auskultasi bising usus. R/ Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan peristaltik.. b. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang BB serta laporkan adanya penurunan. R/ Penurunan BB terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid. c. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makanan dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah diserap. R/ Membantu menjaga pemasukan kalori untuk menambah kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh hipermetabolisme. d. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus seperti: kopi, teh, dan makanan berserat lain. R/ Peningkatan peristaltik saluran cerna mengakibatkan diare dan gangguan absorbsi usus. e. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemberian diit TKTP dan vitamin. R/ Menjamin pemasukan makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai. f. Kolaborasi dengan dokter pemberian glukosa, vitamin B kompleks. R/ Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah hipoglikemia. DP.2. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan hipermetabolisme. HYD: Klien Intervensi: mampu menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas dalam waktu 5 hari.

10

a. Observasi TTV dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas. R/ Nadi meningkat bahkan saat istirahat mungkin ditemukan pada orang hipertiroid. b. Berikan atau ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulus sensori seperti cahaya. R/ Menurunkan stimulus yang dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif dan insomnia. c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur. R/ Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme. d. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/massage. R/ Menurunkan energi dalam saraf dan meningkatkan relaksasi. e. Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang seperti: membaca, mendengar radio, nonton TV. R/ Menurunkan ansietas. f. Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau mengancam pasien. R/ Peningkatan kepekaan dalam SSP menyebabkan mudah tersinggung, emosi. g. Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil. R/ Dorongan dan saran orang terdekat untuk berespon secara positif dan berikan dukungan terhadap pasien. h. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedativa. R/ Untuk mengatasi keadaan gugup, hiperaktif dan insomnia. DP.3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh. HYD: Suhu dalam batas normal (36-37 oC), akral hangat, dalam waktu 5 hari. Intervensi: a. Observasi TTV (Suhu, N, P). R/ Hipertermi menunjukkan tanda-tanda peningkatan metabolisme. b. Beri kompres hangat.

11

R/ Membantu mengurangi demam. c. Beri banyak minum air putih (2-3 liter/hari) bila tidak ada KI. R/ Ganti cairan yang hilang melalui keringat dan proses evaporasi. d. Anjurkan menggunakan baju tipis dan menyerap keringat. R/ Perpindahan panas melalui e. Anjurkan pasien untuk istirahat di tempat tidur. R/ Aktivitas berlebihan menimbulkan peningkatan metabolisme. f. Dekatkan kipas angin di sekitar pasien. R/ Perpindahan panas melalui konveksi. g. Kolaborasi medik pemberian antipiretik. R/ Untuk menurunkan panas. DP.4. Cemas berhubungan dengan status hipermetabolik. HYD: Kecemasan berkurang yang ditandai dengan tampak rileks dalam waktu 2 hari. Intervensi: a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas. R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsangan dan insomnia, ansietas berat berkembang dalam keadaan panik. b. Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi. R/ Efek kelebihan tiroid menimbulkan tanda dan gejala seperti di atas. c. Jelaskan pada pasien sebelum melakukan tindakan. R/ Informasi dapat menurunkan kesalahan interpretasi reaksi cemas/ketakutan. d. Kurangi stimulus dari luar: tempat pasien pada ruang yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, dan kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien. R/ Menciptakan lingkungan yang terapeutik, aktivitas yang banyak meningkatkan ansietas pasien. e. Bicara dengan pasien menggunakan kata-kata yang singkat dan sederhana. R/ Rentang berkurang. f. Dampingi pasien dan mempertahankan sikap yang tenang. perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi

12

R/ Menegaskan kepada pasien/orang terdekat bahwa perasaan pasien di luar kontrol, lingkungan tetap aman. DP.5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan, spasme laringeal. HYD: Jalan nafas efektif dalam waktu 2-3 hari. Intervensi: a. Pantau frekuensi, pernafasan, kedalaman, dan kerja pernafasan. R/ Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat tetapi berkembangnya distres pada pernafasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan. b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi. R/ Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat. c. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara. R/ Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat. d. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokong kepala dengan bantal. R/ Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan. e. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan batuk efektif sesuai indikasi. R/ Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan ventilasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang hebat, tetapi hal itu perlu untuk bersihan jalan nafas. f. Kolaborasi dengan dokter pemberian inhalasi uap. R/ Menurunkan rasa tidak nyaman karena sakit tenggorokan dan edema jaringan dan meningkatkan pengenceran sekresi. DP.6. Nyeri berhubungan dengan edema pasca operasi. HYD: Nyeri berkurang dengan skala 2-3. Intervensi: a. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal. R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi.

13

b. Berikan posisi semifowler dan sokong kepala/leher dengan bantal pasir/bantal kecil. R/ Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan. c. Dekatkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah. R/ Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi. d. Berikan makanan yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim/sejenisnya. R/ Menurunkan nyeri tenggorokan, tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan. e. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif. R/ Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif. f. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik dan analgetik sprei tenggorokan sesuai dengan kebutuhannya. R/ Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan kebutuhan istirahat. DP.7. Resiko tinggi penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan. HYD: CO adekuat, ditandai dengan: tidak ada tanda perdarahan, TTV stabil, tidak ada takikardi dan aritmia. Intervensi: a. Monitor tanda-tanda vital tiap 15 menit setelah operasi selama 6 jam. R/ Deteksi dini tanda-tanda shock dan hipotensi. b. Monitor tingkat kesadaran. R/ Mengetahui sirkulasi darah ke otak. c. Ukur cairan masuk dan keluar. R/ Deteksi dini tanda-tanda hipovolemik syok. d. Monitor irama jantung. R/ Mengetahui adanya gangguan sirkulasi darah ke jantung.

14

4. Perencanaan Pulang Rencana dan pendidikan yang penting diberikan kepada pasien, bila akan pulang dari rumah sakit: a. Berikan penjelasan mengenai cara minum obat dan dosisnya. b. Berikan penjelasan tentang efek samping obat. c. Berikan penjelasan kapan kontrol ulang dan kemana harus kontrol. d. Berikan penjelasan agar selalu menjaga lingkungan yang sejuk dengan AC atau kipas angin. e. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga agar mendampingi pasien saat melakukan aktivitas. f. Berikan penjelasan agar pasien menjaga lingkungan rumah tetap tenang untuk mencegah stresor yang dapat menimbulkan kecemasan. g. Berikan rangkuman semua pendidikan di atas dalam sebuah catatan agar pasien dan keluarga tidak lupa.

15

16

BAB III PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2005 dari jam 07.00 sampai jam 12.00 WIB pada klien Ny. M usia 31 tahun, beragama Katolik, pekerjaan ibu rumah tangga, dirawat di unit Yohanes PKSC kamar 202-6 sejak tanggal 3 Agustus 2005 dengan diagnosa medik Struma Tumor atau hipertiroid. Pasien mengatakan sakit hipertiroid sejak mengandung anak kedua 3 tahun yang lalu tahun 2002 dengan adanya benjolan di leher yang kian membesar setiap bulannya. Pasien tidak ada keluhan pada saat itu, dan tidak melakukan pemeriksaan, pasien tidak ada diit khusus yang dijalani, pasien merasa biasa dengan adanya keadaan itu, dan melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien pernah dirawat 7 bulan yang lalu setelah melahirkan anak ketiga secara caesar pasien mengalami kejang dan langsung masuk UPI-U selama 4 hari, kemudian kembali ke ruang perawatan selama 6 hari. Sejak 3 hari yang lalu pasien mengatakan sesak nafas, ada demam, batuk sepanjang malam, badan terasa pegal, linu, lemas, tidak ada nafsu makan, observasi TTV: keadaan umm tampak sesak, kesadaran compos mentis, HR: 116 x/mnt, N: 80 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, S: 38 oC, P: 30 x/mnt, dianjurkan untuk dirawat, dipasang O2 3 liter/menit, diberi terapi Combivent, Pulmicort, Bisolvon, Panadol, Inthesa 1 ampul IV, infus 0,9% dan aminophilin 12 jam/kolf. Pada saat pengkajian, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, akral hangat, hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu TTV: 36,4oC, per axila, TD: 120/70 mmHg, nilai MAP: 86,7 mmHg, dengan kesimpulan perfusi ginjal memadai, N: 74 x/menit, P: 24 x/menit, HR: 114 x/menit, lingkar lengan atas: 20 cm, BB: 32 kg, 150 cm, IMT 13,3 dengan kesimpulan tubuh kurang pangan, bantalan lemak sedikit kulit tampak kering, konjungtiva agak anemik, rambut sedikit rontok, kelenjar tiroid tampak ada pembesaran pada kiri dan kanan dengan diameter 5 cm, agak keras, ADL dibantu Dari hasil pengkajian autoanamnese didapat data-data subyektif : pada pola persepsi kesehatan: pasien tidak pernah memeriksakan diri terhadap benjolan di leher, mengalami penurunan berat badan. Pada pola aktivitas dan latihan: pasien mengatakan masih sesak, masih lelah, dada berdebar-debar, kesemutan pada ekstremitas tangan, masih ada batuk tenggorokan terasa gatal.

17

Pada pola persepsi kognitif, pasien mengeluh pusing, sakit kepala, nyeri dada bila batuk, pola persepsi dan konsep diri: pasien mengatakan tidak percaya dengan apa yang dialami, pasien berharap bila operasi mudah-mudahan berjalan lancar dan tidak ada halangan, pola hubungan dengan sesama: pasien mengatakan masih malu bertemu dengan tetangga. Pola mekanisme koping: pasien mengatakan merasa cemas dengan rencana operasi. Hasil laboratorium pada tanggal 3 Agustus 2005: Hb: 10,7, Ht: 32, leukosit: 11.600, trombosit: 100.000, natrium 128, kalium 3,1, AGD: pH: 7,35, PCO2: 51,2, PO 2: 1900, HCO 3 27,2, total CO2: 28,2, BE: 1,8, saturasi O 2: 99,4. Hasil pemeriksaan thorax tanggal 3 Agustus 2005: kesan tumor mediastinum, pembesaran kelenjar getah bening. Hasil CT Scan leher pembesaran hebat kelenjar tiroid lobus kanan, kiri, dan isthmus sampai masuk ke mediastinum superior anterior, sedikit menggeser trakea ke kanan dan sangat menyempitkan lumen trakea (terkecil berdiameter < 5 cm setinggi apertura thorcis superior). Dicurigai malignitas. Selama dirawat, pasien mendapat terapi antara lain obat oral Bisolvon 3x1 sendok makan, obat injeksi Cefovel 3x1 gram, Medixon 2x125 mg, Gastridine 3x1 ampul, Obat Ventolin 3x1 dan Flexotid 3x1. Masalah keperawatan yang ditemui yaitu: perubahan pola nafas tidak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas, Cemas berhubungan dengan rencana operasi, Resiko tinggi infeksi, Resiko tinggi perdarahan.

18

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan kasus pada Ny. M di lapangan, didapat persamaan dan perbedaan antara teori dan kasus yang meliputi: 1. Pengkajian Penyebab hipertiroid pada teori yaitu penyakit graves karena tercetusnya respon imun saat kehamilan, terutama post partum, kelebihan iodium, adanya kanker tiroid, pengguna hormon tiroid yang berlebihan, penyakit goiter, tumor tiroid. Pada pasien ini penyebabnya yaitu tercetusnya respon imun saat kehamilan terutama post partum, sehingga produksi hormon ini terutama tiroksin berlebihan, adanya faktor genetik, pasien berasal dari daerah yang kekurangan yodium (defisiensi yodium) sehingga kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Pada tanda dan gejala pasien ada cemas, tidak tenang, palpitasi, banyak keringat, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri dada bila batuk, insomnia, penurunan bantalan lemak, kulit tipis teraba hangat. Tanda dan gejala yang tidak ditemukan pada pasien ini seperti pada teori yaitu takikardi, mata menonjol (exoptalmus), amenorhoe, diare/konstipasi, demam. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu serum T3 dan T4, menurun, sementara di teori harusnya meningkat. Pemeriksaan EKG: tidak ditemukan adanya atrial fibrilasi, CT leher: ada pembesaran hebat kelenjar tiroid lobus kanan kiri sampai mediastinum, menggeser trakea dan menyempitkan lumen trakea sehingga pasien mengalami sesak nafas karena jalan nafas tertekan, dan ditemukan suara bronkial pada auskultasi di daerah trakea dan ronki di daerah bronkus. 2. Diagnosa Keperawatan Hampir semua diagnosa sama antara teori dan kasus antara lain: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan pasien mengalami penurunan berat badan dengan IMT: 13,3 kg/m 2, tubuh kurang pangan, pasien tidak ada nafsu makan, Hb: 10,7, Ht: 32, kulit tampak tipis dan bantalan lemak sedikit, rambut rontok, perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

53

penumpukan sekret dan penekanan jalan nafas karena hipertiroid yang ditandai dengan pasien tampak sesak, ada batuk, ada suara nafas bronkial dan ronki pada daerah trakea, hasil CT Scan leher ada pembesaran tiroid kedua lobus. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan cardiac output yang ditandai dengan pasien duduk saja di tempat tidur, hasil laboratorium trombosit: 100.000, Hb: 10,7, Ht: 32, HR: 114 x/mnt, Natrium 128, Kalium: 3,1. Cemas berhubungan dengan adanya rencana operasi yang ditandai dengan pasien mengatakan takut menghadapi operasi besar, pasien cemas memikirkan biaya operasi yang kurang, pasien mengatakan takut terjadi sesuatu saat operasi berlangsung. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor-faktor pembekuan darah yang ditandai dengan trombosit: 100.000, Hb: 10,7, Ht: 32. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan daya tahan tubuh yang ditandai dengan brat badan pasien: tubuh kurang pangan, leukosit: 11.600, demam sudah tidak ada. Dua diagnosa terakhir tidak diintervensikan karena belum terjadi dan harus tetap dipantau secara teliti. 3. Rencana Keperawatan Adapun rencana keperawatan pada kasus yaitu perubahan pola nafas: observasi frekuensi pernafasan, kedalaman, auskultasi suara nafas (ronki, bronkial), kaji adanya dispnea, sianosis, kualitas suara, beri posisi yang nyaman untuk pasien, anjurkan banyak minum, ajarkan pasien latihan nafas dalam, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi mukolitik, kolaborasi untuk pengadaan operasi tiroidektomi. Diagnosa perubahan nutrisi: rencananya : pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan, beri support untuk pasien saat makan, dampingi pasien saat makan, beri makanan porsi kecil tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit TKTP dan vitamin. Diagnosa intoleransi beraktivitas, rencananya observasi TTV: HR, N, P, anjurkan pasien untuk tidak beraktivitas bila badan lemas, dada berdebardebar. Beri lingkungan yang tenang untuk beristirahat, jauhkan stimulasi yang menimbulkan stresor pada pasien. Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang seperti membaca, mendengar radio. Diagnosa cemas berhubungan dengan rencana operasi, rencananya antara lain: jelaskan proses berlangsungnya operasi pada pasien, jelaskan komplikasi yang

54

mungkin terjadi, beri support untuk pasien agar tidak cemas, jelaskan tentang biaya operasi, jelaskan persiapan untuk operasi dan perawatan setelah operasi. 4. Pelaksanaan Berhubung adanya keterbatasan waktu maka pelaksanaan yang dapat dilakukan antara lain memberikan terapi mukolitik, anjurkan pasien banyak minum dan beri posisi duduk yang nyaman, ajarkan pasien latihan nafas dalam, observasi pernafasan, auskultasi suara nafas, membantu pasien mandi di kamar mandi, merapihkan tempat tidur, dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien, memberikan kesempatan klien istirahat, memberikan suasana yang tenang, memantau pemasukan makanan, memberi support saat pasien makan, mendampingi pasien saat makan, menganjurkan pasien untuk makan apa saja agar lambung tidak kosong, memberikan terapi antasida, menjelaskan pada pasien mengenai biaya operasi, menjelaskan secara umum mengenai persiapan operasi. 5. Evaluasi Pada evaluasi ditemukan data bahwa sesak sudah berkurang, pasien mengatakan merasa lebih enak dengan posisi duduk, ronki berkurang, setelah diberi obat mukolitik pasien mengatakan batuk berkurang, setelah banyak minum pasien mengatakan lendir banyak keluar dan nafas lebih lega, pasien mengatakan masih kurang nafsu makan, lemas sudah berkurang, pusing berkurang, pasien mengatakan akan paksa makan walaupun tidak suka, pasien mengatakan akan berupaya menaikkan berat badannya. Pasien mengatakan lebih mengerti tentang persiapan operasi dan cemas sudah berkurang, pasien mengatakan keluarganya akan membantu tambahan biaya operasi.

55

BAB V KESIMPULAN

Hipertiroid merupakan kelebihan produksi hormon tiroid berupa tiroksin dan triiodotironin sehingga mengakibatkan pembesaran pada kelenjar tiroid. Pada Ny. M, 31 tahun menderita hipertiroid akibat tercetusnya respon imun pada penyakit graves : kehamilan terutama pada post partum, dimana terjadi proses mengejan dimana kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid secara berlebihan dan gejala yang menyertai penurunan berat badan yang bertahap, dan gejala cemas, tidak tenang, palpitasi, banyak keringat, insomnia. Penyuluhan yang dilakukan antara lain persiapan secara umm tentang persiapan operasi dan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi antara lain hipertiroid, gagal jantung, kerusakan saraf laringeus, kerusakan kelenjar paratiroid. Untuk itu perlu dipantau secara ketat pada saat operasi dan post operasi. Dengan demikian komplikasi yang mungkin terjadi dapat segera diketahui dan diatasi.

56

DAFTAR PUSTAKA

Augustinus, Andy Santosa (199 Jakarta. STIK Sint Carolus.

). Physical Assessment/Pemeriksaan Fisik.

Doengoes, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta EGC. Guyton, Arthur (1997). Textbook of Medical Physiology . Alih bahasa: Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta EGC. Ignatavicius, Donna D (1991). Medical Surgical Nursing. London. W.B. Saunders Company. Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby Company. Price, Sylvia Anderson (1995). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes. Alih bahasa: Peter Anugerah. Edisi 4. Jakarta. EGC. Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing . Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.

57

C. C. Patoflowdiagram
Penyakit graves Tumor tyroid Ca tyroid Genetik Peningkatan produksi hormon tiroid Hipertiroid Hipermetabolisme Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik/parasimpatik Pembesaran kelenjar Tiroidektomi DP. Nyeri DP. Gangguan pola nafas DP. Gangguan body image DP. Resti perdarahan DP. Perubahan nutrisi

Peningkatan metabolisme

Kardiovaskuler [ Meningkatnya reseptor adrenergik Peningkatan hormon katekolamin

Pencernaan Peningkatan peristaltik usus Diare Konstipasi DP. Perubahan pola eliminasi

Neurologis Keterlambatan kelopak mata mengikuti gerakan mata Otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit dan sel mast Eksoftalmus Mudah teriritasi Kornea kering Penglihatan kabur DP. Resti injuri

Lemak Penurunan serum lipid

Karbohidrat Kekurangan energi

Protein Balance nitrogen negatif

Penurunan bantalan lemak * Kelemahan otot yang Defisiensi nutrisi kulit abnormal Penurunan massa otot DP. Intoleransi Penurunan BB beraktivitas Rambut tipis/halus Penurunan BB DP. Perubahan nutrisi Kulit tipis/hangat/ kurang dari kebutuhan merah tubuh

DP.

Perubahan kurang kebutuhan

nutrisi dari

CO meningkat TD Meningkat Takikardia Palpitasi Pusing, sakit kepala Peningkatan beban jantung DP. Perubahan perfusi jaringan serebral Gagal jantung DP. Penurunan cardiac output

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Cory File MMDST
    Cory File MMDST
    Dokumen15 halaman
    Cory File MMDST
    Khatarina Heldira Cory
    Belum ada peringkat
  • Askep TBC
    Askep TBC
    Dokumen46 halaman
    Askep TBC
    Khatarina Heldira Cory
    Belum ada peringkat
  • Tugas Anak Makalah Cory Bab 1-5
    Tugas Anak Makalah Cory Bab 1-5
    Dokumen19 halaman
    Tugas Anak Makalah Cory Bab 1-5
    Khatarina Heldira Cory
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningitis
    Askep Meningitis
    Dokumen5 halaman
    Askep Meningitis
    Eko Nor Apriyatna Permana
    Belum ada peringkat
  • DIC
    DIC
    Dokumen9 halaman
    DIC
    doraemon tembem
    Belum ada peringkat
  • KID40
    KID40
    Dokumen4 halaman
    KID40
    Khatarina Heldira Cory
    Belum ada peringkat