Anda di halaman 1dari 5

BAB

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepela adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik
secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada
gangguan fungsi neurologis,fungsi fisik,kognitif,psikososial,bersifat temporer atau
permanent.Menurut Brain njury Assosiation of America,cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala,bukan bersifat congenital ataupun
degenerative,tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar,yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Angka kejadian cedera kepala pada laki-laki (58%) lebih banyak
dibandingkan perempuan. ni diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan
usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih
rendah disamping penanganan pertama yang belum benarbenar rujukan yang
terlambat (Smeltzer, 2002).
Soetom (2002), cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh
kematian akibat trauma. Karena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan
yang ada, khususnya puskesmas dan rumah sakit sebagai pelayanan terdepan
kesehatan, dapat melakukan penanganan yang optimal bagi penderita cedera
kepala. Seperti negara-negara berkembang lainnya, kita tidak dapat memungkiri
bahwa masih terdapat banyak keterbatasan, di antaranya keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan, keterbatasan alat-alat medis,
serta kurangnya dukungan sistem transportasi dan komunikasi.Hal ini memang
merupakan tantangan bagi kita dalam menangani pasien dengan trauma,
khususnya trauma kepala. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh
karena itu, setiap petugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan dan
keterampilan praktis untuk melakukan penanganan pertama.Diharapkan dengan
penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan mortalitasnya.
Penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan
keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya kemungkinan
pemulihan fungsi.
Mengingat banyaknya masalah yang bisa terjadi pada cedera kepala
maka perhatian dan perawatan pada penderita cedera kepala tidak boleh
diabaikan agar masalah tidak semakin berat dan terhindar dari
komplikasi.Berdasarkan kondisi tersebut maka perawat perlu mengetahui
tentang penatalaksanaan pada cedera kepala untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang berkelanjutan.
Perawat kedaruratan harus dapat mengkaji secara adekuat pasien cedera
kepala dan memulai tindakan perawatannya.Meskipun peranan perawat dalam
program pencegahan amat penting,peranannya dalam mengenali dan merawat
cedera otak juga tidak kala penting.(Kathleen S.Oman 2008)
Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa trauma kepala perlu
mendapat oerhatian dan penanganan yang serius,mengingat jumlah kasus yang
semakin meningkat.Oleh karena itu,maka perlu dilakukan penelitian tentang
peran perawat UGD pada penatalaksanaan klien dengan trauma kepala di
RS kota malang.


1.2 Rumusan masalah
Bagaimana peran perawat UGD pada penatalaksanaan klien trauma kepala di RS
kota malang tahun 2011.

1.3 Tujuan penelitian
Untik mengetahui peran perawat UGD pada penatalaksanaan klien trauma
kepala di RS kota malang tahun 2011.
1.4 manfaat penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya yang bertugas di UGD
dalam mengelola perawatan klien dengan trauma kepala.
1.4.2 Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan penatalaksanaan klien dengan trauma kepala.
























BAB TNJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep perawat
2.1.1 Pengertian perawat
Perawat (Nurse) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
nutrix yang berarti merawat atau memelihara.Kata ini pertama kali
digunakan oleh Ellis dsn Hertley (1982) ketika mereka menjelaskan
pengertian dasar,seorang perawat yaitu seorang yang berperan
dalam merawat atau memelihara,membantu dan melindungi
seseorang karena sakit,cedera dan proses penuaan
(Gaffar,L.J,1999)
Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam
memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik
sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik,psikis,social
agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan
kemampuan yang ada pada individu,mencegah,memperbaiki dan
melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit
oleh individu (Nursalam,2003).
2.1.2 Peran perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam
system,di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari
profesi maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat
konstan.peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 terdiri dari:
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan agar bias direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia,kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.Asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
b. Peran perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien,juga dapat berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaik-baiknya,hak atas informasi tentang
penyakitnya,hak atas privasi,hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran perawat sebagai edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,gejalah penyakit
bahkan tindakan yang diberikan,sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidika kesehatan.
d. Peran perawat sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Peran perawat sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter,fisioterapis,ahli gizi dan lain-
lain
f. Peran perawat sebagai konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan.peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peran perawat sebagai pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan,kerja sama,perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
2.1.3 Peran perawat gawat darurat
1. Melakukan triage,mengkaji dan menetapkan dalam spectrum yang
lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang
bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi klinis.
2. Mengkaji dan memberikan asuhan keperwatan terhadap individu-
individu dari semua umur dan berbagai kondisi.
3. Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.
4. Memberikan dukungan emosional terhadap pasien dan
keluarganya.
5. Mempasilitasi dukungan spiritual.
6. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan
memberikan pelayanan secara multi disiplin.
7. Dokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang pelayanan
yang telah diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut.
8. Mempasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah
kegawat daruratan.
9. membantu individu beradaptasi terhadap kegiatan sehari-hari.
10.mempasilitasi tindak lanjut perawatan dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada di masyarakat.
11.Menyiapkan persiapan pemulangan pasien secara aman melalui
pendidikan kesehatan dan perencanaan pasien (discharge
planning).
12.Mengkoordinasikan dan melaporkan kepada institusi terkait
terhadap kejadin-kejadian yang dianggap perlu(kejadian
kriminal,penyakit DBD,Diare,kecelakaan lalu lintas,bencana/KLB dan
lain-lain)
13.Jika terjadi KLB/bencana komunikasi kepada seluruh tim
pelayanan gawat darurat terkait,baik pelayanan pra rumah sakit
maupun intra rumah sakit.
14.Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap bencana
yang terdapat di komunitas dan institusi.(musliha,2010)

Anda mungkin juga menyukai