Anda di halaman 1dari 14

l

Kata Pengantar

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
kasih sayang-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
'implikasi undang-undang keperawatan terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia, sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan ProIesional. Tak
lupa shalawat serta salam semoga selalu tecurah kepada nabi besar Muhammad
SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih banyak atas
segala bantuan yang telah diberikan.
Semoga makalah ini dapat bermanIaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.




Bandung, November 2011


Penyusun







ll

DAFTAR ISI
[Z`WZ`_
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II 2
LANDASAN TEORI 2
2.1 Pendidikan Keperawatan dalam Rancangan Undang-undang Keperawatan 2
2.2 Pendidikan Keperawatan di Indonesia 3
BAB III 7
PEMBAHASAN 7
3.1 Implikasi Rancangan Undang-undang Keperawatan Terhadap Perkembangan
Pendidikan Keperawatan di Indonesia 7
3.2 Faktor-Iaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Keperawatan di
Indonesia. 8
3.3 Dampak PositiI Rancangan Undang-undang Keperawatan terhadap
perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia 9
3.4 Dampak NegatiI Rancangan Undang-Undang Keperawatan terhadap
Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia 10
BAB VI 10
PENUTUP 10
4.1 Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 11


1

A I
PENDAHULUAN

1.1 Latar 0akang

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan merupakan
proIesi yang memiliki peran dan Iungsi yang sangat strategis dalam pembangunan
di bidang kesehatan. Pemberian pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab
dan akuntabel serta sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, harus diberikan
kepada masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan. Perawat, dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan harus senantiasa
mengembangkan pengetahuan, kemampuan maupun keterampilannya. Hal ini
sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus
meningkat, tuntutan globalisasi, dan perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Namun, yang terjadi saat ini adalah peningkatan jumlah tenaga perawat tanpa
memperhatikan kualitas yang dimiliki. Maka, dalam hal ini diperlukan suatu
pengaturan mengenai pengembangan pelayanan keperawatan. Untuk mengatur
pengembangan proIesi keperawatan ini, maka dibuatlah suatu undang-undang.
Pembuatan undang-undang ini tentu saja berdampak terhadap pendidikan proIesi
keperawatan.

1.2 Rumusan Masaah
Apa implikasi undang-undang keperawatan terhadap pendidikan proIesi
keperawatan?

1.3 Tujuan
Mengetahui implikasi undang-undang keperawatan terhadap pendidikan
keperawatan.

2

A II
LANDASAN TEORI

2.1 P0ndidikan K050rawatan daam Rancangan Undang-undang
K050rawatan
Standar pendidikan keperawatan diatur dalam rancangan undang-undang
keperawatan pada bab V tentang standar pendidikan ProIesi keperawatan pada
pasal 25, sedangkan pendidikan berkelanjutan diatur dalam bab VI tentang
pengembangan keproIesian berkelanjutan pada pasal 26 dan 27.
Bab V Standar Pendidikan ProIesi Keperawatan, pada bab ini tercantum,
pasal 25 (1) standar pendidikan proIesi keperawatan disusun oleh kolegium
keperawatan bersama asosiasi pendidikan keperawatan (2)standar pendidikan
proIesi keperawatn dimaksud ayat (1): a. untuk pendidikan proIesi Ners disusun
oleh kolegium Ners dengan bersama asosiasi institusi pendidikan keperawatan. b.
untuk pendidikan proIesi Ners Spesialis disusun oleh kolegium Ners Spesialis
dengan bersama asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
Sedangkan pada bab VI dibahas mengenai Pengembangan KeproIesian
Berkelanjutan yaitu, pasal 26, Pengembangan keproIesian berkelanjutan
keperawatan dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi perawat dan
dilaksanakan sesuai dengan standar pengembangan keproIesian berkelanjutan
bagi perawat yang diatur oleh organisasi proIesi. Dan pada Pasal 27, (1) Setiap
perawat yang berpraktik harus meningkatkan kompetensinya melalui
pengembangan keproIesian berkelanjutan keparawatan. (2) Pengembangan
keproIesian keperawatan berkelanjutan bagi perawat mencakup: a. Kegiatan
praktik proIessional b. Pendidikan dan pelatihan c. Pengembangan ilmu
pengetahuan d. Pengabdian masyarakat. (3) Pendidikan dan pelatihan
keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir b dalam
bentuk program sertiIikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan
berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi proIesi. (4) Penyelenggara
pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan adalah organisasi proIesi
atau lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi proIesi. (5) Pemerintah,
3

pemerintah daerah dan atau sarana kesehatan yang memakai jasa perawat wajib
mwmIasilitasi dan menyediakan anggaran untuk peningkatan kompetensi dan
sertiIikasi perawat.
2.2 P0ndidikan K050rawatan di Indon0sia
Sistem pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini,
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan terwujudnya
keperawatan sebagai proIesi dalam kesehatan di masa depan dan terwujudnya
keperawatan sebagai proIesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di
Indonesia mencakup
1. Pendidikan Vokasional
Yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki
keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.
2. Pendidikan Akademik
Yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
3. Pendidikan ProIesi
Yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Sedangkan
jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis dan doktor.
a. 0njang P0ndidikan K050rawatan
Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
kesehatan di masa datang, serta memperhatikan tuntutan pembangunan
keperawatan sebagai suatu proIesi yang mandiri, sistem pendidikan keperawatan
(dengan pengertian dalam tatanan sistem pendidikan tinggi), dikembangkan
dengan berbagai jenis dalam berbagai jenjang pendidikan. Selaras dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan keperawatan tahap demi tahap
mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan


keperawatan yang dahulu hanya merupakan pendidikan dasar atau menengah, kini
telah ditingkatkan pada jenjang pendi di kan t i nggi .
a. Program pendidikan diploma III keperawatan
Penyelenggaraan program diploma tiga keperawatan merupakan salah
satu upaya antisipasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan. Program ini
pertama-tama diselenggarakan pada tahun 1960-an, yaitu dengan berdirinya
Akper Bandung. Program pendidikan D-III keperawatan, menghasilkan ahli
madya keperawatan sebagai proIesional pemula atau tenaga proIesi pemula, yang
memiliki sikap, tingakah laku, dan kemampuan melaksanakan praktik
keperawatan proIesional dasar sederhana (Basic profesional nursing practice).
Dalam rancangan undang-undang keperawatan, program diploma III keperawatan
dikategorikan sebagai perawat vokasional.
b. Program pendidikan sarjana keperawatan
Pendidikan pada tahap ini bersiIat pendidikan akademik proIesional
(pendidikan keproIesian), menekankan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu
ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan sikap
dan keterampilan proIessional dalam keperawatan. Pada jenjang pendidikan ini,
menghasilkan perawat generalis, terdapat dua tahap program, yaitu tahap program
akademik yang pada akhir pendidikan mendapat gelar akademik Sarjana
Keperawatan (S.Kp.) dan tahap program keproIesian yang pada akhir pendidikan
mendapat sebutan proIesi 'Ners (Ns).
Penyelenggaraan program sarjana keperawatan pada awalnya merupakan
perwujudan dariPeraturan Pemerintah No. 27/1991, SK Mendikbud No.
0211/V/1982 dan 0212/U/1982 sertaDirektorat Pendidikan Tinggi
No.048/DJ/Kep/1982, yang menyatakan tentang Pendidikan Tinggi.
Penyelenggaraan ini juga sesuai dengan hasil salah satu lokakarya nasional, yaitu
di bulan Januari 1983 yang menghasilkan consensus nasional tentang perawat
sebagai proIesi, sehingga tenaga keperawatan harus disiapkan melalui pendidikan
tinggi.
c. Program magister keperawatan


Untuk mencetak perawat dengan kemampuan kepemimpinan, manajerial dan
penelitian yangandal,, Universitas Indonesia melalui Program Studi Magister Ilmu
keperawatan juga telahmenawarkan Program S2 dengan kekhususan
kepemimpinan dan manajemen keperawatan.Lama program ini adalah dua tahun
(empat semester). Di masa mendatang kita berharap bahwa universitas di tanah air
juga mampu menyelenggarakan program S2 keperawatan inidengan berbagai
peminatan termasuk peminatan klinis guna menyiapkan perawat dengan
kompetensi klinis tingkat tinggi (advanced nursing practice).
d. Program pendidikan spesialis bidang keperawatan
Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan
pembangunankesehatan di masa depan, dan bertolak pada pandangan bahwa
setiap saat dan tahap pengembangan perlu diupayakan untuk meningkatkan
relevasi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat, maka dikembangkan
pendidikan keperawatan pada jenjang spesialis. Pendidikan jenjang ini lebih
merupakan pendidikan yang memperdalam pengetahuan dan keterampilan
keproIesian. SiIat memperdalam ilmu pengetahuan keperawatan, walaupun lebih
mengutamakan ilmu keperawatan klinik, namun tidak dapat dipisahkan
sepenuhnyadengan perkembangan kelompok-kelompok ilmu dasar dan
penunjang, termasuk ilmu dasar keperawatan. Jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan ini didasarkan pada tuntutan kebutuhan pelayanan keperawatan, dan
perkembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan klinis.
e. Program pendidikan doktoral
Program pendidikan doktoral ini baru terdapat di Universitas Indonesia. Program
ini dikembangkan unutk meningkatkan penelitian di bidang keperawatan.









-. P0ndidikan K050rawatan 0rk0anjutan
Perawat diwajibkan mempertahankan kemampuannya dalam
menjalankan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi sesuai dengan
perkembangan ilmu dan pengetahuan terbaru, menyesuaikan dengan perubahan
peran dan Iungsi sesuai dengan kewenangan keperawatan, mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan baru dan memodiIikasi perilaku dan pemahaman
proIesionalismenya. Untuk itu, setiap perawat yang masih aktiI menjalankan
tugasnya harus senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya
antara lain dengan mengikuti pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Pendidikan keperawatan berkelanjutan pada prinsipnya tidak selalu harus
ditempuh dengan pendidikan Iormal, tetapi dapat pula ditempuh dengan
mengikuti kursus jangka pendek atau pelatihan yang diselenggarakan oleh
institusi pendidikan tinggi atau belajar mandiri/inIormal dengan mengikuti
berbagai kesempatan yang diberikan oleh organisasi proIesi atau badan lain yang
berwenang.














7

A III
PEMAHASAN

3.1 Im5ikasi Rancangan Undang-undang K050rawatan T0rhada5
P0rk0m-angan P0ndidikan K050rawatan di Indon0sia
Pembentukan undang-undang keperawatan bertujuan untuk mengatur
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui pengembangan proIesi
keperawatan. Selain itu, undang-undang ini dirancang sebagai perlindungan dan
kepastian hukum bagi masyarakat maupun perawat dalam pelaksanaan praktik
keperawatan.
Pengembangan proIesi keperawatan ke arah proIesional diatur dalam pasal
25 tentang standar pendidikan proIesi keperawatan yang berisi ayat 1 yaitu,
standar pendidikan proIesi keperawatan disusun oleh kolegium keperawatan
bersama Asosiasi pendidikan keperawatan, dan bab 5, pasal 25 ayat 2 yaitu,
standar pendidikan proIesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):
a. untuk pendidikan proIesi Ners disusun oleh Kolegium Ners dengan
bersama asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
b. untuk pendidikan proIesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners
Spesialis dengan bersama asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
Standar ini dibuat dengan berdasarkan pada rancangan undang-undang
keperawatan pada bab 1, pasal 1, ayat 5 yang menyebutkan bahwa perawat terdiri
dari perawat vokasional dan perawat proIesional. Dan pada bab 1, pasal 1 ayat 6
disebutkan bahwa perawat proIesional terdiri dari ners, ners spesialis dan ners
konsultan. Diharapkan bahwa melalui standar ini pendidikan keperawatan di
Indonesia menuju arah yang proIesional dan dapat mengikuti standar global.
Dari sini bisa kita melihat bahwa jika rancangan undang-undang ini
disahkan, pendidikan minimal untuk menjadi seorang perawat proIesional adalah
sarjana keperawatan ditambah dengan proIesi. Sedangkan program DIII
keperawatan disebut sebagai perawat vokasional. Yang membedakan antara
perawat proIesional dan perawat vokasional adalah pengarahan pendidikan yang
diberikan untuk Skep Ners lebih banyak pada manajerial dibandingkan
8

keterampilan. Sedangkan untuk program DIII keperawatan pengarahan
pendidikannya lebih banyak pada keterampilan dibandingkan manajerial.
Selanjutnya, para perawat dalam meningkatkan keahlian dan
keterampilannya untuk menuju proIesionalisme dapat mengikuti pendidikan
berkelanjutan sesuai dengan standar pengembangan keproIesian berkelanjutan
yang diatur dalam bab VI pasal 26 dan pasal 27. Pengembangan keproIesian
berkelanjutan ini bisa dilakukan melalui kegiatan seperti yang tercantum dalam
pasal 27 ayat 2, yaitu kegiatan praktik proIesional, pendidikan dan pelatihan,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan pengabdian masyarakat. Pengembangan
keproIesian berkelanjutan ini bisa dilakukan secara Iormal maupun non-Iormal.
Misalnya saja, seorang Skep Ners bisa melakukan pendidikan berkelanjutan
Iormal dengan mengikuti pendidikan S2 dan S3. Dan mengikuti berbagai kegiatan
non-Iormal seperti seminar, pelatihan simposium, dan lain-lain.
Pembentukan rancangan undang-undang keperawatan ini tentu saja
menimbulkan berbagai dampak terhadap pengembangan standar pendidikan
keperawatan, baik dampak positiI maupun dampak negatiI.
3.2 Faktor-faktor yang M0m50ngaruhi P0rk0m-angan P0ndidikan
K050rawatan di Indon0sia.
1. Kebutuhan proIesi
Dibuatnya rancangan undang-undang keperawatan meningkatkan
kebutuhan proIesi akan perawat-perawat yang berkualitas dan
berkompeten dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.
2. Tuntutan masyarakat
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka para perawat harus meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya sehingga sistem pendidikan bagi
perawat pun harus ditingkatkan.
3. Globalisasi
Meningkatnya standar pendidikan bagi perawat secara global, langsung
maupun tidak langsung mengharuskan kita unutk mengikuti arus
perkembangan. Sehingga dengan peningkatan standar pendidikan di
9

Indonesia diharapkan dapat menghasilkan perawat-perawat yang
berkualitas.
4. Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi menimbulkan kemajuan di berbagai bidang
kesehatan. Sehingga perawat sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk
dapat mengikuti perkembangan tersebut agar dapat memberikan pelayanan
yang memuaskan untuk masyarakat.
5. Perubahan penyakit
Perubahan penyakit inIeksi menjadi penyakit degeneratiI yang lebih
membutuhkan perawatan dari tenaga yang berkualitas.

3.3 Dam5ak Positif Rancangan Undang-undang K050rawatan t0rhada5
50rk0m-angan P0ndidikan K050rawatan di Indon0sia
Melihat kenyataaan sekarang bahwa jenjang kompetensi dalam sistem
pendidikan keperawatan di Indonesia masih belum jelas, maka jika rancangan
undang-undang praktik keperawatan ini disahkan, standar dan jenjang pendidikan
keperawatan di Indonesia akan lebih rapi dan seragam.
Meningkatnnya jenjang pendidikan keperawatan proIesional seperti yang
disebutkan dalam bab V pasal 25 rancangan undang-undang keperawatan di
Indonesia akan mendorong terjadinya kemajuan keilmuan keperawatan sesuai
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Sehingga diharapkan
terciptanya pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Setiap perawat yang akan melaksanakan praktik keperawatan harus
melakukan uji kompetensi sebelum melakukan registrasi. Sehingga mau tidak
mau ini menjadi tugas bagi semua institusi pendidikan keperawatan untuk
meningkatkan kualitas mahasiswa keperawatan, agar dapat bersaing secara
nasional maupun internasional. Menjadi tugas Departemen Pendidikan,
Departemen Kesehatan serta Organisasi proIesi untuk melakukan pembinaan
dalam proses pendidikan keperawatan.
Perguruan-perguruan tinggi keperawatan yang tidak terakreditasi akan
hilang, seiring dengan tuntutan yang tinggi terhadap kualitas lulusan-lulusan yang
10

akan dicetak. Jadi diharapkan hanya pelayanan keperawatan yang berkualitaslah
yang diberikan kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas perawat hendaknya perawat menambah
pengetahuan, keahlian dan keterampilannya dengan cara mengikuti pendidikan
berkelanjutan, baik Iormal maupun nonIormal, baik di dalam negeri atau pun luar
negeri. Institusi pendidikan keperawatan hendaknya memenuhi standar
pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga menghasilkan
perawat perawat yang kompeten dan proIesional.

3.4 Dam5ak N0gatif Rancangan Undang-Undang K050rawatan t0rhada5
P0rk0m-angan P0ndidikan K050rawatan di Indon0sia
Selain menimbulkan dampak positiI, rancangan undang undang
keperawatan ini juga dapat menimbulkan dampak negatiI yakni akan banyak
perawat yang tidak bisa bekerja karena kurang atau tidak kompeten, organisasi
proIesi harus bekerja keras dalam penyusunan kurikulum standar pendidikan di
semua institusi keperawatan yang dapat memakan waktu yang lama, kerugian
mungkin juga dialami oleh perawat senior yang berijazah D3 karena jika
rancangan undang-undang ini disahkan maka tingkat pendidikan minimal untuk
perawat adalah sarjana (S1). Jika melanjutkan pendidikan, mereka harus
membutuhkan banyak biaya untuk itu, kalau pun dibiayai pemerintah, pemerintah
harus membiayai ratusan perawat D3 yang membutuhkan banyak biaya dan
waktu. Lebih dari itu, kurangnya tenaga ahli dalam mendidik mahasiswa
keperawatan karena belum banyaknya tenaga pengajar yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi di Indonesia.


A VI
PENUTUP

11


4.1 K0sim5uan
Rancangan undang-undang dibuat dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat. Peningkatan kualitas
ini disusun berdasarkan standar-standar yang mengarah pada pemberian
pelayanan yang proIesional. Dalam standar yang terdapat dalam rancangan
undang-undang ini, perawat dapat mengembangkan proIesinya melalui berbagai
cara yaitu, mengikuti pendidikan keperawatan maupun pengembangan
keproIesian berkelanjutan. Pengembangan keproIesian berkelanjutan ini bisa
dilakukan secara Iormal maupun non-Iormal. Tentu saja hal ini harus diimbangi
dengan perubahan standar pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

12

Ali, Zaidi. 2001. asar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.
Kusnanto,S.Kp, M.Kes. 2003. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta:EGC
Priharjo, Robert. 2008. Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC
http://www.inna-
ppni.or.id/index.php?optioncomcontent&viewarticle&id13&Itemid16

Anda mungkin juga menyukai