Anda di halaman 1dari 3

liberalisme ingin menciptakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan dalam suatu kebebasan, baik itu kebebebasan

dalam berpikir, kebebasan berpendapat, beragama berpikir bagi para individuserta kebebasan pers. Liberalisme lalu
berdampak pada aspek politik yang berwujud pada sistem Demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama
mendasarkan kebebasan mayoritas.Walaupunkita tidak bisa selalu mengidentikkan bahwa Demokrasi sudah pasti
Liberal. Demokrasi, sampai detik ini, merupakan sistem politik terbaik yang dipunyai oleh peradaban manusia
karena menghargai perbedaan dari setiap manusia, dan menjunjung penyama-rataan hak-hak politik masyarakat dan
kebebasan beropini rakyat. Liberalisme di sisi lain juga berdampak pada aspek ekonomi, dalam wujud kapitalisme.
Suatu sistem ekonomi yang sangat menekan campur tangan pemerintah dan bergantung pada mekanisme pasar demi
'nilai-nilai kebebasan yang tadi disebutkan.Juga demi memacu daya saing manusia dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Sangatlah masuk akal memang, jika manusia akan sangat terpacu untuk pemenuhan kebutuhan
ekonomi mereka jika diberi kepemilikan hak milik pribadi dan kebebasan mengelola dan mendaya gunakannya
secara maksimal dan bebas.Dengan kebebasan yang diberikan kepada setiap individu dapat mengakibatkan individu
tersebut melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber produksi yang ada. Kebebasanyang bertanggung jawab ala
liberalisme tidak melihat kebebasan secara keseluruhan sebagai kebaikan.Suara sebagian besar (yang belum tentu
benar) menjadi hukum yang berlaku.batas-batasyang besar dari kebebasan individu bisa jadi merugikan kebebasan
secara umum , dalam skala luas. Kebebasan yang diberikan sebagai individu yang bebas membiarkan manusia akan
begitusaja membuat peraturan, akan memangsa manusia yang lemah.
Hobbes menganggap bahwa manusia memiliki siIat egois dan licik yang akan sangat membahayakan jika dibiarkan
terus menerus. Ia berpendapat bahwa dalam keadaan alamiah dan bebas, manusia adalah serigala bagi manusia
lainnya. Montesquieu, mengatakan bahwa kemerdekaan mutlak individu mempunyai kemungkinan yang sangat
besar untuk mengancam kebebasan individu lain, sehingga harus ada pembatasan yang cukup oleh hukum dan
Undang-Undang dari pemerintah. Pada dasarnya dalam liberalisme melahirkan berbagai dengan kelemahan dan
kekuatannya masing-masing.Oleh karena itu, tidak bisa kita anut secara penuh dan menyeluruh jika diterapkan di
Indonesia. Nilai-nilai kebebasan, walau bagaimana pun, harus dibatasi, bukan dikekang secara tegas sesuai dengan
kesepakatan nilai-nilai serta norma di Negara yang telah terbentuk akibat kultur, karena manusia hidup dalam
lingkungan kemasyarakatan sebagai lingkup kecil, dan identitas bernama Negara dalam lingkup besar, sehingga
kebebasan yang ia punya tidak bersinggungan dengan hak-hak yang juga dimiliki orang lain agar tercipta suatu
kerukunan dan keadilan yang sebenar-benarnya. Indonesia sendiri yang lebih menganut paham demokrasi Pancasila,
yang mempunyai nilai-nilai yang luhur mengenai konsep-konsep kerja sama, kerukunan, dan gotong-royong yang
menurut penulis merupakan nilai-nilai yang paling mulia dan memiliki makna 'keadilan dan penghargaan hak-hak
individu dalam arti sesungguhnya oleh karena itu tidaklah cocok dengan liberalisasi di segala bidang, terutama
bidang ekonomi. Di bidang ekonomi, Indonesia mempunyai ciri khas yang sangat mencerminkan kesahajaan dalam
bentuk Pertanian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).Pertanian bahkan bisa menjadi ujung tombak
perekonomian dengan keadaan alam Indonesia yang sangat subur dan mendukung. Jika kita lihat dari konstitusi
Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Liberalisasi di segala bidang juga amat tidak relevan dengan tujuan
Negara dan pemerintah untuk membantu orang-orang terlantar dan tidak mampu untuk hidup berkecukupan serta
untuk mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia dengan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan yang
seharusnya dipunyai oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu sebagai Indonesia sebagai negara yang berdaulat tidak
menjadikan segala sesuatu yang datang dari Barat sebagai anutan secara berlebihan, terlebih meniru secara
menyeluruh, karena Bangsa kita tidak kalah hebat, bahkan sebenarnya jauh lebih hebat dibandingkan Negara-negara
Barat tersebut.
Nilai-nilai yang kita punya, yang terbentuk melalui proses yang panjang dan dilatarbelakangi oleh penyesuaian
karakteristik iklim, karakteristik keadaan alam, maupun karakteristik sosiologis-kemasyarakatan, membentuk
budaya, norma, dan nilai-nilai yang patut kita acungkan jempol dan tentu saja paling sesuai dengan diri kita sebagai
masyarakat Indonesia. Ideology liberalisme juga mempunyai kelemahan jika diterapkan di Indonesia, Kelemahan
utama liberalisme adalah kurangnya perhatian terhadap nasib kaum miskin, buruh dan lainnya.Mereka menganggap
siapa yang miskin itu yang hidupnya malas.Sangat ekstrem.Tapi anggapan itu tidak berlaku untuk kondisi Indonesia.
Jadi, penerapan liberalisme pada dasarnya tidak cocok diterapkan di Indonesia secara penuh.Indonesia sendiri
dikenal dengan Negara yang selalu menggunakan system campuran. Sehingga, hal-hal yang positiI dapat diikuti
namun tetap merajuk pada budaya dan adat istiadat Negara kita, karena pada dasarnya manusia dilahirkan secara
bebas namun norma dan adat istiadat yang masih terus dijaga oleh masyarakat Indonesia tetap mengikat kita sebagai
manusia. ndonesia memiliki 17.667 buah pulau, baik besar maupun kecil. Sebagian besar adalah
perairan, sedangkan luas wilayah daratannya hanya 735.000 mil persegi (seluas Alaska). Di sekian
banyak pulau yang ditempati penduduk ndonesia tersebut, terdapat lebih dari 300 kelompok etnis dan 50
bahasa yang sangat berbeda. Dan sistem sosialnya juga berbeda-beda, dari desa-desa kecil yang
terpencil sampai kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Maka wajar saja kalau negara kita
ini memiliki semboyan Bhinneka Tunggal ka, beraneka ragam namun satu jua. Semboyan ini
sesungguhnya sudah sangat mewakili gambaran masyarakat ndonesia. Meski keberagaman itu banyak
sekali, namun semuanya itu masih tetap berada di bawah satu atap, yaitu negara Republik ndonesia.
Keragaman yang ada bukanlah suatu hambatan bagi masyarakat ndonesia untuk bersosial dan
berinteraksi. Ketika semboyan ini diserukan, seketika itu juga jiwa persatuan itu tumbuh. Akan tetapi
permasalahannya tidak hanya sampai di situ saja. Ternyata di balik semboyan ini juga tersirat suatu
peringatan yang penting bagi masyarakat ndonesia agar selalu menjaga integritas bangsa. Dengan kata
lain, sebenarnya semboyan tersebut sangatlah sensitif terhadapat keutuhan tanah air. Jika keberagaman
tersebut tidak dapat dijembatani dengan baik, maka dengan mudahnya masyarakat ndonesia akan
pecah. Terbukti dengan kasus bercerainya Timor Timur dari NKR, adanya Gerakan Aceh Merdeka
(GAM), perang suku yang terjadi di Sambas, kericuhan antara umat slam dan Kristen di Poso, dan lain
sebagainya. Tentu saja ini menjadi catatan dan perhatian yang serius bagi kita semua. Keutuhan NKR
bagaimanapun harus tetap dijaga dan dipertahankan. Namun bukan berarti untuk mempertahankannya
itu, kita harus mengorbankan keberagaman yang ada. Bukan berarti juga keberagaman itu yang menjadi
sebab utama perpecahan yang ada. Karena keberagaman yang ada memang sudah menjadi
sunnatullah. Bahkan dengan adanya perbedaan tersebut, bisa menjadikan rahmat bagi umat.
UjianIiberaIisme
Sekarang keberagaman yang ada di ndoneisa, khususnya keberagaman budaya, tengah menghadapi
ujian yang cukup besar. Ujian itu datang melalui arus yang diberi nama dengan liberalisasi. Arus ini
seolah menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi keberagaman tersebut. Kebebasan menjadi
alternatif persamaan atas perbedaan. Sebab inilah mengapa liberalisasi itu dikatakan sebagai ujian bagi
keberagaman ndonesia. Bahkan liberalisasi tidak hanya sebagai ujian saja bagi kebhinekaan nusatara,
namun lebih dari itu ia juga menjadi pengkhianat bagi kultur budaya ndonesia. Liberalisasi telah menjadi
musuh dalam selimut bangsa. Salah satu buktinya adalah ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi
dilayangkan, banyak para liberalis yang mengatasnamakan keberagaman budaya untuk menolaknya.
Gesekan budaya ndonesia dengan budaya Barat sudah sejak lama muncul. Yaitu ketika mulai
masuknya kolonial bangsa Barat ke ndonesia. Bangsa Barat ketika menjajah ndonesia, tentu saja tidak
hanya karena mengeksplorasi rempah-rempah atau kekayaan alam ndonesia belaka. Di samping itu
juga terdapat visi lain, yaitu penyebaran ajaran kepercayaan dan kebudayaan Barat.

Orang ndonesia yang hidup di zaman kolonial ini tentu sangat merasakan bagaimana gesekan budaya
pribumi dengan budaya Barat itu terjadi. Dengan kekuasaannya, Barat sangat mudah memaksakan
budaya dan pemikirannya kepada masyarakat ndonesia. Hasilnya adalah modernisasi adat dan budaya
itu sendiri. Tapi yang seharusnya menjadi pertanyaan mendasar bagi kita adalah, apakah cocok budaya
dan pemikiran Barat itu jika diterapkan pada masyarakat ndonesia? Pada dasarnya kultur Barat dan
ndonesia sangat berbeda. Kultur Barat dengan kapitalismenya memiliki sifat seperti berikut; adanya
minat yang tinggi terhadap hal yang baru, adanya semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal
yang baru tersebut, tingginya individualisme, dan pengagungan kepada materi. Sifat seperti ini tidak
mudah untuk ditanamkan di tempat lain. barat suatu bibit tanaman, maka sifat-sifat yang ada pada Barat
ini membutuhkan lahan yang sesuai dengannya, agar ia bisa tumbuh subur. Agar lahan itu cocok dengan
bibitnya, maka setidaknya ada persyaratan yang harus dimiliki. Salah satu syarat untuk lahan tersebut
adalah, adanya suatu suatu kelas yang kuat dari kaum urban yang terdiri dari orang-orang yang relatif
bebas serta mandiri. Namun sayangnya ndonesia belum memiliki kelas seperti itu. Seperti realita
sekarang, di ndonesia masih memiliki keragaman sosial.
Konsep pemerintahan yang menjadi faktanya. Ada pemerintahan kota, ada juga pemerintahan desa. Dan
keragaman seperti ini telah melekat dengan budaya ndonesia, serta masuk dalam konsep Bhinneka
Tunggal ka. Salah satu bukti untuk menguatkan pendapat ini adalah kebijaksanaan kolonial Belanda di
bidang perdagangan pada abad ke-17 dan ke-18, bahkan di abad ke-19, hanya mampu membawa sedikit
perubahan di bidang kehidupan ekonomi. Kebijakan ekonomi Belanda ternyata tidak mampu mengubah
struktur sosial masyarakat ndonesia secara berarti. Sekiranya ini sudah cukup untuk membuktikan kalau
budaya pemikiran Barat itu tidak cocok jika diterapkan di ndonesia. Negara ini bukan lahan yang pantas
bagi bibit-bibit Barat seperti liberalisme. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kultur Barat dan
ndonesia, yang menyebabkan ketidakcocokan itu. Selanjutnya, ada catatan penting yang harus
disampaikan di sini. Kolonialisme Barat ternyata masih belum berakhir. Sampai sekarang gaungnya
masih dapat didengarkan, meskipun masih sayup-sayup. Jika dulu kolonialisme adalah dengan cara
pendudukan pemerintahan dan mengambil segala kekayaan alam yang ada di ndonesia, namun
sekarang gerakan kolonialisme itu berbentuk ekspansi pemikiran Barat ke dalam masyarakat kita. Akan
tetapi tujuan utama dari kolonialisme kuno dan sekarang tetap sama, yaitu menguasai negara dan dunia.
Jika itu di ndonesia, niscaya ia akan mengusai ndonesia. Maka di sinilah letaknya peranan kebudayaan
beragam ndonesia dalam membasmi bibit-bibit Barat yang kolonialis dan liberalis. Keragaman budaya ini
jangan mau dirasuki begitu saja oleh paham-paham seperti ini. Konsep pemikiran Barat seperti
liberalisme itu bukan malah menjadi perantara untuk menjembatani kebhinnekaan ndonesia, akan tetapi
justru menjadi bumerang yang nantinya menimbulkan kekacauan Bhinneka Tunggal ka itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartu Stock
    Kartu Stock
    Dokumen1 halaman
    Kartu Stock
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • KARTOGRAFI PETA
    KARTOGRAFI PETA
    Dokumen17 halaman
    KARTOGRAFI PETA
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • 6 A. Daftar Isi
    6 A. Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    6 A. Daftar Isi
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Pasut
    Pasut
    Dokumen10 halaman
    Pasut
    Siti Rahmi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Edy
    Edy
    Dokumen50 halaman
    Edy
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Dispo
    Dispo
    Dokumen13 halaman
    Dispo
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Pemeruman Baru
    Pemeruman Baru
    Dokumen14 halaman
    Pemeruman Baru
    hayuriana
    Belum ada peringkat
  • 01 Batimetri
    01 Batimetri
    Dokumen8 halaman
    01 Batimetri
    daniagusto92
    Belum ada peringkat
  • Pencemaran Limbah Industri
    Pencemaran Limbah Industri
    Dokumen13 halaman
    Pencemaran Limbah Industri
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ekola
    Tugas Ekola
    Dokumen1 halaman
    Tugas Ekola
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Radionuklide Fukushima
    Radionuklide Fukushima
    Dokumen5 halaman
    Radionuklide Fukushima
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Definisi Pencemaran
    Definisi Pencemaran
    Dokumen8 halaman
    Definisi Pencemaran
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Rundown Raster
    Rundown Raster
    Dokumen3 halaman
    Rundown Raster
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Arus
    Arus
    Dokumen15 halaman
    Arus
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI KAMUS
    OPTIMASI KAMUS
    Dokumen186 halaman
    OPTIMASI KAMUS
    Rheza Bandicotz
    Belum ada peringkat
  • DAFTARPUSTAKA12
    DAFTARPUSTAKA12
    Dokumen2 halaman
    DAFTARPUSTAKA12
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • 12permohonan Beasiswa Undip
    12permohonan Beasiswa Undip
    Dokumen1 halaman
    12permohonan Beasiswa Undip
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Peta Dan Kegunaanya
    Peta Dan Kegunaanya
    Dokumen11 halaman
    Peta Dan Kegunaanya
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • PENCEMARAN LINGKUNGAN
    PENCEMARAN LINGKUNGAN
    Dokumen26 halaman
    PENCEMARAN LINGKUNGAN
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Peta Lokasi Penelitian
    Peta Lokasi Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Peta Lokasi Penelitian
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Peta Dan Kegunaanya
    Peta Dan Kegunaanya
    Dokumen11 halaman
    Peta Dan Kegunaanya
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Susunan Kepanitiaan Rasters
    Susunan Kepanitiaan Rasters
    Dokumen2 halaman
    Susunan Kepanitiaan Rasters
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Sirkulasi Hadley
    Sirkulasi Hadley
    Dokumen2 halaman
    Sirkulasi Hadley
    Dani Agusto
    0% (1)
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Artikel Salah
    Artikel Salah
    Dokumen2 halaman
    Artikel Salah
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • LRK Dani Agusto
    LRK Dani Agusto
    Dokumen3 halaman
    LRK Dani Agusto
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat
  • Geologi
    Geologi
    Dokumen19 halaman
    Geologi
    Dani Agusto
    Belum ada peringkat