Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah Sejak adanya manusia dumuka bumi ini, sejak itu pula mulailah sesenbahan, tempat yang dipuja dan dipuji, tempat yang dianggap suci, karena manusia tahu, bahwa di luar dia ada berdiri satu kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar, lebih sempurna dari pada kekuatan dan kekuasaan yang ada pada dirinya. Orang menyembah batu dan kayu, menyembah tanah dan air, menyembah api dan angin, singkat nya macam-macam akal dan daya upaya manusia untuk mencari perlindunga, mencari keselamatan bagi dirinya dan semasa hidupnya. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan secara singkat tentang fungsi agama dalam kehidupan B. Rumusan masalah 1. Apakah pengertian agama? 2. Apakah fungsi agama dalam kehidupan?

BAB II PEMBAHASAN
Secara umum agama adalah satu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memerangi peraturan itu dengan kehendaknya sendiri untuk mwncapai kebaikan hidup dan kebahagiaan di akhirat kelak. A. Definisi Agama Dengan singkat agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agamaagama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya. Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaankepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal. Dan menurut ensiklopledy adalah: hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap suci, kudus atau ilaihi. Sedangkan menurut pendapat Hendro puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu: 1. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual 2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri

3.

Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural

B. Ruang Lingkup Agama Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup : 1. Hubungan manusia dengan tuhannya Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada tuhannya. 2. Hubungan manusia dengan manusia Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia. 3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan kehidupannya. C. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Dewasa ini peran agama seakan terlihat berjarak jauh dengan perilaku masyarakat penganutnya, di negara yang dihuni komunitas yang bisa dikatakan taat beragama seperti Indonesia, mengapa tindakan-tindakan negatif lebih dominan. Seperti halnya saja kasus korupsi tetap saja merajalela, ketidakdisiplinan, pengedar dan pemakai narkoba seakan-akan tidak pernah habis diberantas, kita lihat di televisi bermunculan wajah-wajah baru, tidak kenal apapun statusnya, mulai dari preman, ibu rumah tangga, kalangan artis hingga kakek yang sudah berusia senja. Karena makin meningkatnya kasus negatif, ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :

1. Karena Agama Merupakan Sumber Moral Sejak masa kenabian sampai saat ini, Islam tetap diakui sebagai ajaran (risalah) agama yang sangat compatible dengan cita-cita kemajuan ilmu pengetahuan dan pembentukan peradaban ummat. Di pandang dari segi teologis, Islam memiliki sistem ketuhanan yang sempurna, yang mengatur kehidupan alam semesta ini secara totalitas. Singkatnya, kehadiran Islam selain mengajarkan bagaimana membangun transendensi yang kokoh, tetapi juga memberi implikasi praksis-empiris, yakni membawa misi kerahmatan bagi semesta alam. Menurut Muslim A. Kadir saat ini perlu gagasan dan paradigma baru bahwa tentang pentingnya ilmu Islam terapan (`amali) sebagai jawaban terhadap kesenjangan literatur keagamaan selama ini. Sebab, warisan khazanah pemikiran yang banyak kita kaji sebelumnya hanya berkisar pada tataran konseptual yang cenderung bersifat abstrak dan bernuansa eskatologis. Pengembangan ilmu dalam Islam harus mencapai tahap yang mampu berdaya untuk memberikan manfaat konkret bagi umat Islam khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya. Salah satu upaya untuk menjembatani kesenjangan tersebut -kata Kadir- harus dilakukan faktualisasi. Yakni suatu proses yang mengubah ide dalam agama menjadi fakta dalam keberagamaan pemeluk. Sebagaimana digagas oleh para ilmuan Muslim terdahulu, kita dapat menjumpai sebuah termenologi "ideal moral" dan "legal formal" untuk merumuskan tabiat keberagamaan dalam sumber ajaran Islam. Gagagasan tentang ilmu Islam amali berangkat dari kenyataan bahwa masalah-masalah kontemporer saat ini tidak dapat dijelaskan dan dijawab dengan mewarisi intelektual Islam (kondisi moral keagamaan mereka) begitu saja. Sebab bukan tidak mungkin warisan khazanah mengalami suatu tahap anomali. Jadi pembongkaran ulang terhadap pemikiran sebelumnya sangat mungkin untuk dilakukan, dan jalan keluarnya adalah merumuskan paradigma baru. Kerangka paradigma di atas, merupakan kunci pokok untuk memperoleh universalitas pesan moral dan nilai kemanusiaan yang terkandung dalam kitab suci maupun dari sunnah Rasulullah. Di sinilah faktualisasi itu bergerak menuju kondisi sosial

yang saat ini berkembang sebagaimana substansi ajaran agama itu diturunkan di muka bumi ini. Jadi tidak ada kesulitan yang berarti, jika ada upaya untuk menafsirkan dan menta'wilkannya dengan secara kritis. Karena secara epistemologis, upaya melakaukan hal itu selaras dengan pandangan al-qur'an yang sangat tinggi menghargai kedudukan akal. Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta adannya perintah dan larangan dalam agama 2.Agama Merupakan petunjuk kebenaran Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.Itulah agama islam merupakan Petunjuk Kebenaran 3. Agama Merupakan Sumber Informasi Tentang Masalah Metafisika Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, danhal-halgaiblainnya.

Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup 4. Agama Memberikan Bimbingan Rohani Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik. Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi, kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosadosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terus-menerus. Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya. Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-

hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah atau kebaikan. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatankekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. 5. Memberi Pandangan Dunia Kepada satu-satu budaya manusia. Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT 6. Menjawab Berbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.

BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan


1. Dalam konteks sosiokultural, antara ajaran agama dan kemajuan sains harus dapat berjalan seiring dan seirama. Secara sosiologis keduanya sama-sama memiliki fungsional untuk membentuk 2. Manusia membutuhkan agama, karena fungsi agama merupakan petunjuk manusia sebagai mana manusia membutuhkan makanan dan membutuhkan pemenuhan kebutuhan biologisnya B. Saran Kemajuan zaman dan perkembangan terknologi telah memberikan gambaran yang sangat terang kepada kita bahwa memang sebenarnya manusia itu membutuhkan agama. Karena demikian saya mengajak se ua pihak yang telah beragama agar terus berpegang dengan agama dan terus berusaha untuk selalu hidup sesuai dengan tuntunan agama. Karena selama ini kita melihat fenomena yang sangat menggelikan dimana para atheis sedang sedang mengetuk pintu ingin memasuki rumah yang beragama, namun di lain pihak agaknya mereka yang telah beragama sedang mengetuk pintu ingin keluar dari agama. Hal ini terlihat dari semangat beragama yang semakin rapuh.

DAFTAR PUSTAKA
Thomas F.odea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta, CV. Rajawali Elizabet K. Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu pengantar Sosiologi Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, Jogyakarta, Tiara Wacana, 1995. Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Bahtiar Efendi, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan: Perbincangan Press, 1985. agama, Jakarta, CV. Rajawali Press, 1985

Jakarta, CV. Rajawali Press, Cet.2, 1984. Mengenai Islam, Masyarakat Madani dan Etos Kewirausahaan, Jogjakarta, Galang Press, 2001. Abdul Munir Mulkan, Dilema Manusia Dengan Diri dan Tuhan kata pengantar dalam Th. Sumartana (ed.), Pluralis, Konflik, dan Pendidikan Agama Di Indonesia, Jogjakarta, Pustaka Pelajar, 2001.

Anda mungkin juga menyukai