Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Pada awal abad ke 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai
retensi dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, mahkota, dan
jembatan gigi hanyalah zinc oksida euglenol dan zinc IosIat semen. Pada abad ke 20,
material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen,
oleh karena itu proses memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa pada gigi
disebut sementasi. Namun menjelang akhir abad ke 20 mulai bermunculan variasi-
variasi material kedokteran gigi yang bersiIat adhesiI. Pada akhir abad ke 20
bermuncuan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti zinc polikarboksilat, glass
ionomer, dan resin modified glass-ionomer semen. Dalam perkembangannya semen
kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi, oleh
karena itu proses menempelkan pada gigi disebut luting bukan lagi sementasi.
Semen gigi yang disiapkan untuk digunakan dalam pelapisan restorasi tidak
langsung pada gigi disebut luting. Sebuah survei tahun 2001 menunjukkan bahwa
banyak dokter sekarang menggunakan resin modified glass ionomer semen sebagai
bahan luting terutama didasarkan pada kemudahan penggunaan, retensi yang baik
supaya tidak menimbulkan sensivitas pascaoprasi.

1.1 Tujuan
%ujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan apa itu semen sebagai
luting, klasiIikasi semen, komposisi semen, siIat-siIat, cara manipulasi, dan
kegunaannya dalam kedokteran gigi.

1.2 anfaat
anIaat dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dapat memahami apa yang
dimaksud dengan semen sebagai luting, apa komposisi yang terdapat pada semen
berdasarkan klasiIikasinya, siIat-siIat yang perlu diketahui, bagaimana cara
memanipulasi semen serta mengetahui apa saja kegunaan semen sebagai luting
dalam kedokteran gigi.



BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Awal Semen sebagai Luting
Pada awal abad ke 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai
retensi dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, crowns, dan
bridges hanyalah :inc oxide eugenol dan :inc phosphate cements. Pada abad ke
20, material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya
semen, oleh karena itu proses memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa
pada gigi disebut sementasi.
Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi
material kedokteran gigi yang bersiIat adhesiI. Pada akhir abad ke 20 juga mulai
bermunculan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti :inc polycarboxylate,
glass ionomer, dan resin modified glass ionomer cements. Dalam
perkembangannya, semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam
menempelkan protesa dengan gigi, oleh karena itu proses menempelkan protesa
pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi sementasi.
2.2 Syarat Semen sebagai Luting
1. iocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam
pemasangan mahkota gigi dan inlays, semen yang digunakan itu akan
menutupi dentin pada gigi. Bahan luting tersebut nantinya juga akan
menjalankan peran yang sama dengan dentin, yakni melindungi pulpa, maka
dari itu bahan semen sebagai luting haruslah material yang biocompatible dan
tidak toksik terhadap pulpa.
Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh permukaan
dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material yang bersiIat anti
bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang merugikan.



2. Retensi
Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada
restorasi. Pada semen dengan bahan dasar air seperti :inc phosphate cement,
retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah dipreparasi, kontrol pada
saat insersi, dan kemampuan dalam memberikan mechanical keying pada
permukaan yang tidak rata.
Kurangnya retensi merupakan penyebab utama kegagalan dalam luting.
Pada proses adisi, bahan adesiI bisa ditambahkan untuk meningkatkan retensi
secara signiIikan dan resin adhesive technologies.
2.3 Sifat Semen sebagai Luting
1. arginal seal
2. Ketebalan (ilm thickness)
. udah digunakan
4. #adiopacity
5. stetik baik
2.4 Prosedur Penggunaan Semen sebagai Luting
1. Pemberian semen
Pada tahap ini, adonan semen dituang ke dalam mahkota kurang lebih
dari volume mahkota. Pemberian semen pada mahkota lebih baik mahkota
agar resiko terjebaknya udara berkurang, mengurangi waktu pemasangan,
mengurangi tekanan yang berlebih saat pemasangan, dan mengurangi waktu
dalam membersihkan sisa semen yang tidak terpakai.
2. Pemasangan / insersi
Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota, mahkota dipasang pada gigi
preparasi. Pada saat pemasangan, perlu tekanan yang cukup kuat dengan jari
agar semen yang berlebih dapat keluar. Ada beberapa cara yang dapat
mempermudah proses pemasangan atau insersi yakni dengan menurunkan
viskositas semen, mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan dengan bantuan
vibrasi saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan berIungsi agar
semen dapat mengalir dengan baik.
. Pengambilan kelebihan semen
Semen yang berlebih setelah pemasangan harus diangkat agar tidak
mengganggu pasien. Pada semen glass ionomer, :inc phosphate cement, dan
resin dapat digunakan petroleum felly sebagai media separasi karena pada
ketiga semen tersebut, perlekatannya terjadi secara kimiawi dan Iisik
sehingga dibutuhkan media separasi sebagai media yang membantu dalam
pengangkatan kelebihan semen.
4. ekanisme retensi
Setelah semen yang digunakan sebagai luting setting, protesa dan
preparasi gigi akan menempel dengan menimbulkan retensi. Retensi yang
terjadi pada luting bisa terjadi secara mekanis, kimia, maupun kombinasi
semen. Pada prinsipnya, retensi kimia perlu didukung dengan retensi
mekanis, dengan kombinasi kimia-mekanis, lapisan semen dapat menahan
aksi kekuatan geser sepanjang interIasial.
Ada beberapa Iaktor yang dapat mempengaruhi retensi protesa, yakni film
thickness, kekuatan semen, perubahan dimensi selama setting, dan semen
yang digunakan. Retensi protesa yang baik dapat diperoleh dengan
memperhatikan film thickness, semen yang digunakan tidak boleh terlalu
tebal karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko kerusakan bagian
dalam yang lebih besar.








DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 200. !hillips Science of Dental aterials 3
rd
Edition.
Saunders Company, Pennsylvania. Hlm. 461- 466.
Craig, Robert G., Powers, John ., Wataha, John C., 2004, Dental aterials !roperties
and anipulation 8
th
Edition, osby lsevier, issouri
c Cabe JF, Walls AWG. 2008. Applied Dental aterials 9
th
Edition. Blackwell
Publisher.
Powers, John . 2006. Craigs #estorative Dental aterials 12
th
Edition.
Sakeguchi RL.
Powers, John & Wattaha, John C. 2008. Dental aterials !roperties and
anipulation 9
th
Edition. osby lsevier.
van Noort, Richard 2007. Introduction to Dental aterials 3
th
Edition, osby
lsevier.

Anda mungkin juga menyukai