i. Abstention from involvement in any conflict of powers outside the zone from
entering into any agreement which would be inconsistent with the objectives of
the zone;
j. The absence of foreign military bases in the territories of zonal states;
k. Prohibition of the use, storage, passage or testing of nuclear weapons and their
components within the zone;
l. The right to trade freely with any country or international agency irrespective of
differences in socio-political systems;
m. The right to receive aid freely for the purpose of strengthening national resilience
except when the aid is subject to conditions inconsistent with the objectives of
the zone; and
n. Effective regional cooperation among the zonal states.
Traktat Persaabatan dan erjasa2a (Treaty Of Amity And Cooperation/TAC
Salah satu instrumen penting dalam upaya mewujudkan ZOPFAN dan
menciptakan stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara adalah TAC.
Pada dasarnya prinsip-prinsip yang terkandung di dalam TAC juga tercermin di
dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) antara lain prinsip non-
interference' dan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan konflik yang
timbul diantara negara-negara penandatangan TAC.
Protokol ke-2 Amandemen TAC yang ditandatangani para Menteri Luar Negeri
ASEAN dan Papua New Guinea di Manila, 25 Juli 1998 menjadi titik awal perluasan
TAC ke luar ASEAN. Upaya ASEAN untuk mempertahankan perdamaian dan
stabilitas regional mengalami kemajuan pesat pada bulan Oktober 2003 dengan
aksesi China dan ndia pada TAC, pada KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003. Jepang dan
Pakistan mengaksesi TAC tanggal 2 Juli 200 saat AMM ke-37 di Jakarta.
Sedangkan Rusia dan Korea Selatan mengaksesi pada Pertemuan Tingkat Menteri
(PTM) ASEAN-Rusia dan PTM ASEAN-Korsel, pada Nopember 200 di Vientiane,
Laos. Selandia Baru dan Mongolia pada AMM ke-38 mengaksesi TAC pada bulan
Juli 2005 di Vientiane. Australia mengaksesi TAC pada bulan Desember 2005 di
Kuala Lumpur sebelum penyelenggaraan KTT ke-11 ASEAN.
Pada KTT ke-12 ASEAN, Perancis dan Timor Leste mengaksesi TAC. Aksesi
Perancis ke dalam TAC merupakan pengakuan penting salah satu negara Uni Eropa
(UE) terhadap eksistensi ASEAN dan pentingnya pengembangan kerjasama dengan
ASEAN. Uni Eropa juga telah menyatakan niatnya untuk mengaksesi TAC yang
menandakan kemajuan ASEAN sebagai organisasi regional yang signifikan,
khususnya bagi perkembangan kerjasama kedua kawasan. Proses lebih lanjut
menyangkut aksesi Uni Eropa ini masih berkembang.
Aksesi China, Rusia dan Perancis, yang merupakan negara anggota tetap
Dewan Keamanan PBB, menandakan dukungan yang signifikan terhadap TAC
sebagai suatu tata tertib (code of conduct) dalam menjalankan hubungan antar
negara di dalam dan luar kawasan ASEAN. ASEAN terus mendorong negara-negara
lain di luar kawasan untuk mengaksesi TAC.
Pada AMM ke-1 bulan Juli 2008, telah dilaksanakan aksesi Korea Utara
terhadap Treaty of Amity and Cooperation (TAC).
Berdasarkan usulan dari Parlemen ndonesia dalam Sidang Umum APO ke-27
di Cebu, Filipina, 10-15 September 2006, APO berganti nama menjadi ASEAN Inter-
Parliamentary Assembly (APA). Pergantian nama ini dimaksudkan untuk
mendorong proses transformasi APA dalam mendukung upaya perwujudan
Komunitas ASEAN.
Meskipun APA bukan badan ASEAN karena ASEAN merupakan organisasi
antar-pemerintah, namun APA memiliki status konsultatif dengan ASEAN. APA
melakukan dialog dengan anggota parlemen dari negara-negara Mitra Wicara
ASEAN yang bertindak sebagai Observers seperti Australia, Kanada, China, Uni
Eropa, Jepang, Selandia Baru, Papua New Guinea, Rusia, dan Korea Selatan.
Upaya Pe2bentukan Mekanis2e HAM ASEAN
Para Menteri Luar Negeri ASEAN pada AMM Ke-26 di Singapura, Juli 1993
menyepakati perlunya mempertimbangkan pendirian mekanisme HAM regional yang
sesuai di ASEAN. Hal ini merupakan tanggapan ASEAN terhadap Vienna
Declaration and Programme of Action (1993) mengenai antara lain pendirian
mekanisme HAM regional untuk mendukung promosi dan perlindungan HAM global.
APA di tahun yang sama mengeluarkan Human Rights Declaration yang
mencantumkan himbauan kepada kepada pemerintah negara-negara ASEAN untuk
membentuk mekanisme HAM ASEAN.
Mekanisme HAM, pada umumnya terdiri atas 2 (dua) komponen, yaitu;
instrumen hukum (deklarasi atau konvensi) dan badan (komisi atau pengadilan
HAM). Pada saat ini, Asia Pasifik (termasuk ASEAN) merupakan satu-satunya
kawasan yang belum memiliki mekanisme HAM regional.
Sebagai upaya awal merintis suatu mekanisme HAM di ASEAN, telah dibentuk
Working Group on ASEAN Human Rights Mechanism (WGAHRM) yang
beranggotakan tokoh-tokoh Asia Tenggara baik dari sektor pemerintahan maupun
civil society. WGAHRM terdiri dari beberapa kelompok kerja nasional di ndonesia,
Malaysia, Thailand, Kamboja, Singapura, dan Filipina. Walaupun bukan merupakan
badan resmi ASEAN, WGAHRM telah bekerjasama dengan pemerintah beberapa
negara anggota ASEAN dan menyelenggarakan beberapa workshop dan roundtable
discussion untuk mempelajari kemungkinan pembentukan mekanisme HAM ASEAN
dan memberikan rekomendasi ke pemerintah negara-negara ASEAN.
Pada AMM ke-1 bulan Juli 2008, telah dimandatkan oleh Para Menteri Luar
Negeri pembentukan High Level Panel on an ASEAN Human Rights Body . Setiap
negara anggota mengirimkan satu wakil untuk membahas kerangka acuan (terms of
reference/TOR) dari Badan HAM ASEAN yang akan dibentuk. High Level Panel
tersebut sepanjang semester kedua 2008 secara berkala telah mengadakan
pertemuan untuk melaksanakan mandat tersebut. ndonesia telah menjadi tuan
rumah pada Pertemuan Kelima High Level Panel tersebut di Nusa Dua, Bali,
November 2008.
Diharapkan, sesuai dengan mandat dari Para Menlu pada AMM ke-1 Juli
2008 Higk Level Panel dapat memberikan draft awal dari Badan HAM ASEAN pada
bulan Desember 2008 kepada Menteri Luar Negeri dan menyampaikan draft akhir
pada Juli 2009.
Berkaitan pula dengan HAM, telah pula dilakukan upaya awal perlindungan
atas pekerja migran melalui penandatanganan ASEAN Declaration on the Protection
and Promotion of the Rights of Migrant Workers pada KTT Ke-12 ASEAN.
B. ERJASAMA EONOMI
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,
negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu
agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi
difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential
trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi
(complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak
swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976),
Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation
scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced
Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika
negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk
menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN
menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka
perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.
Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani
Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus
menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari
1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme
utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk pengurangan dan
eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap
kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak
hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan
jasa dan investasi.
KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan komunitas
ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC
bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai
dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan
perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan sektor-sektor
prioritas yang akan diintegrasikan, yaitu: produk-produk pertanian, otomotif,
elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari karet, tekstil dan pakaian, produk-
produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-ASEAN (TC), kesehatan, dan
pariwisata. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 jasa logistik dijadikan sektor
prioritas yang ke-12.
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 200 antara lain menyepakati Vientiane
Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi
pencapaian AEC di tahun 2020.
Prinsip, strategi dan modalitas untuk liberalisasi jasa tersebut ditujukan guna
mewujudkan realisasi bebasnya arus perdagangan jasa ASEAN dalam
rangka pembentukan kawasan ekonomi terintegrasi "Komunitas Ekonomi
ASEAN tahun 2015. ntegrasi perdagangan jasa ASEAN akan dilaksanakan
dengan mengacu pada Cetak Biru Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN
yang juga telah disepakati pimpinan ASEAN pada kesempatan KTT ASEAN
tersebut.
Disamping itu juga telah ditandatangani ASEAN Multilateral Agreement on
the Full Liberalisation of Air Freight Services and the ASEAN multilateral
Agreement on Air Services pada pertemuan ke-1 ASEAN Transport
Ministers' Meeting pada bulan November 2008.
2 Integrasi Sekt4r Jasa Pri4ritas Menjeang Reaisasi 42unitas Ek4n42i
ASEAN 2015
ASEAN telah menetapkan 5 (lima) sektor jasa prioritas dari 12 sektor
prioritas integrasi barang dan jasa yang akan diliberalisasi menjelang
pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015, yaitu: Jasa Kesehatan, Jasa
Pariwisata, e-ASEAN, Jasa Logistik dan Jasa Transportasi Udara.
Target penghapusan hambatan dalam perdagangan bidang jasa di empat
sektor prioritas bidang jasa adalah tahun 2010 untuk jasa perhubungan
udara, e-ASEAN, kesehatan, dan pariwisata dan tahun 2013 untuk jasa
logistik. Adapun liberalisasi bidang jasa seluruhnya ditargetkan pada tahun
2015.
Masing-masing sektor prioritas tersebut telah dilengkapi peta kebijakan
(roadmaps) yang mengkombinasikan inisiatif-inisiatif khusus dengan inisiatif
yang lebih luas secara lintas sektor seperti langkah-langkah fasilitasi
perdagangan.
3 Jasa Angkutan Udara (Air Transport Services)
Sidang ke 18 ASEAN Air Transport Working Group (ATWG) di Kuala
Lumpur tanggal 12 1 Agustus 2008 membahas berbagai hal terkait
dengan upaya liberalisasi jasa angkutan udara ASEAN, termasuk ASEAN
Multilateral Agreement on the Full Liberalisation of Air Freight Services,
ASEAN Multilateral Agreement on Air Services, ASEAN Single Aviation
Market (SAM) dan Kerjasama Angkutan Udara dengan Mitra Dialog.
4 Jasa Angkutan Laut (Maritime Transport Services
Sidang ke-16 ASEAN Maritime Transport Working Group (MTWG) di Nha
Trang, Viet Nam tanggal 9-11 September telah membahas langkah-langkah
lebih lanjut dalam mengimplementasikan Roadmap Towards an Integrated
and Competitive Maritime Transport Terkait Roadmap Towards an
Integrated and Competitive Maritime Transport, ndonesia ditunjuk
bertanggung jawab sebagai lead coordinator untuk measure (langkah
kebijakan) no.11 "Confirm the Principle of Open Access to the International
Maritime Trade of All ASEAN Member States" dan measure no.12 "Develop
the Strategies for an ASEAN Single Shipping Market" dari Roadmap
dimaksud.
5 Jasa euangan (Finance Services
Pertemuan terkini Para Menteri Keuangan ASEAN dan ASEAN Finance
Minister Investors Seminar (AFMS) diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat
Arab pada tanggal 7-9 Oktober 2008. Para Menteri menegaskan
komitmennya untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan keuangan
sekaligus memperkuat tingkat kompetensi di pasar global. Pertumbuhan GDP
regional diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 6,7 %.
Untuk merespon hal tersebut, ditegaskan perlunya upaya kapitalisasi
yang kuat pada sektor perbankan dan institusi keuangan selain upaya untuk
segera dapat mengimplementasikan Chiang Mai Initiative Multilateralisation
pada pertengahan tahun 2009 sejalan dengan inisiatif regional yang lain
dalam upaya kerjasama dan integrasi regional.
Jasa Teek42unikasi (Telecommunications Services
ASEAN menyadari pentingnya Teknologi nformasi dan Komunikasi bagi
seluruh lapisan masyarakat. Terkait hal ini telah disepakati upaya sinergis
untuk membangun infrastruktur komunikasi melalui "Siem Reap Ministerial
Declaration on Enhancing Universal Access on ICT Services in ASEAN" yang
disepakati dalam sidang TELSOM/TELMN ke-7 tahun 2007 di Siem Reap,
Kamboja.
9
th
ASEAN Telecommunications & Information Technology Senior Officials
Meeting (TELSOM-9) dan
th
ASEAN Telecommunications & Informations
Technology Ministers Meeting (TELMN-8) dengan tema 'High Speed
Connection to Bridge ASEAN Digital Divide" di Bali, pada tanggal 25-29
Agustus 2008 telah membahas dan mengesahkan indikator dan target dalam
CT Scorecard yang diperlukan untuk mencapai proses integrasi dan
pengembangan sektor CT ASEAN tahun 2008-2010.
7 Jasa Pariwisata (Tourism Services
Dalam pertemuan ASEAN Tourism Meetings di Manila tanggal 6 9 Juli
2008, telah dibicarakan beberapa hal antara lain:
- Penyusunan MRA di bidang Pariwisata diharapkan selesai pada akhir
2008 dan dapat ditandatangani oleh para Menteri Pariwisata ASEAN
pada saat ASEAN Tourism Forum (ATF) 2009 di Ha Noi, Viet Nam,
tanggal 5-12 Januari 2009.
- Dalam kerangka ASEAN Tourism Resource Management and
Development Network (ATMR) telah direncanakan untuk mengadakan
beberapa kegiatan antara lain: Training on eco tourism di Thailand,
ASEAN juga telah setuju untuk bekerjasama secara lebih proaktif dan intensif
dalam implementasi CTES. Menteri-menteri ASEAN yang bertanggungjawab untuk
CTES telah mendeklarasikan Framework Agreement on Comprehensive Economic
Cooperation between ASEAN and India pada tanggal 8 Oktober 2003 pada tanggal
2-1 Oktober di Bangkok. ASEAN pun menunjukkan komitmennya pada bidang ini
dengan mengembangkan dan mengadopsi ASEAN Regional Action Plan on Trade in
Wild Fauna and Flora 005-010. ASEAN Wildlife Enforcement Network (ASEAN-
WEN) telah dibentuk pada Desember 2005 untuk menyediakan mekanisme
koordinasi dan pertukaran informasi yang efektif di antara badan-badan penegak
3ubli pada level nasional dan regional untuk memberantas perdagangan flora dan
fauna liar secara illegal.
Perke2bangan erjasa2a di Bidang Energi
ASEAN telah menetapkan rencana aksi ASEAN yang disebut ASEAN Plan of
Action for Energy Cooperation (APAEC) 004-009, yang meliputi langkah-langkah:
memperkuat ketahanan energi regional; meningkatkan integrasi infrastruktur energi
regional; menciptakan kebijakan energi regional yang responsif yang secara
bertahap mendorong reformasi pasar, liberalisasi dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan; melibatkan sektor swasta dalam upaya mengamankan cadangan
energi regional.
Adapun ruang lingkup kerjasama ASEAN di bidang energi mencakup isu-isu: (i).
Ketahanan energi (Energy Security); ii). Pembangunan jaringan kelistrikan (Power
Interconnection); iii). Efisiensi energi (Energy Efficiency); (iv). Kebijakan regional di
bidang energi (Regional Energy Policy); (v). Penelitian dan pengembangan energi
terbarukan (Research and Energy, and Renewable Energy).
Berkaitan dengan kerjasama energi ASEAN, terdapat 3 (tiga) dasar hukum yang
menjadi rujukan, yaitu MoU on Trans ASEAN Gas Pipeline (MoU on TAGP),
ditandatangani tahun 2002 dan MOU on ASEAN Power Grid (MoU on APG), yang
ditandatangani pada tahun 2007 dan saat ini masih menunggu proses ratifikasinya.
Disamping itu juga akan ditandatangani New ASEAN Petroleum Security Agreement
(APSA), yang akan ditandatangani pada KTT ke-1 ASEAN mendatang.
Proyek-proyek yang tercakup dalam kerjasama TAGP terdiri dari 8 (delapan)
yaitu : Duri, ndonesia Melaka, Malaysia; West Natuna, ndonesia Duyong,
Malaysia; East Natuna, ndonesia JDA Erawan, Thailand; East Natuna West
Natuna Kerteh, Malaysia; East Natuna West Natuna Singapura; East Natuna,
ndonesia Brunei Darrusalam Sabah, Malaysia Palawan-Luzon, Philippina;
Malaysia Thailand JDA Blok B Viet Nam; Pauh, Malaysia Arun, Sumatera,
ndonesia; East Kalimantan Sabah Philippines.
Untuk proyek interkoneksi ASEAN, sejauh ini terdapat 1 proyek interkoneksi
ASEAN. Proyek yang terkait dengan ndonesia, yaitu Peninsular Malaysia
Sumatra (Medium term TNB dan PLN); Batam Bintan Singapura Johor (Long
term PLN, SPPG dan TNB); Sarawak West Kalimantan (Medium term Sesco
dan PLN);
energi alternatif dan terbarukan, efisiensi energi dan konservasi energi, dan
perubahan iklim global.
Untuk menegaskan komitmen kerjasama di bidang energi tersebut, para
Pemimpin EAS mengadopsi Cebu Declaration on East Asian Energy Security,
yang bertujuan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
4 Meningkatkan efisiensi dan kinerja penggunaan bahan bakar fosil yang
ramah lingkungan;
4 Mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar konvensional melalui
peningkatan efisiensi energi dan program-program konservasi, tenaga air,
perluasan sistem energi terbarukan, produksi dan penggunaan bio-fuel, dan
penggunaan tenaga nuklir untuk maksud damai;
4 Mendorong terciptanya suatu pasar regional dan internasional yang terbuka
dan kompetitif, yang bertujuan untuk menyediakan pasokan energi yang
terjangkau untuk semua kalangan masyarakat;
4 Mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kebijakan yang efektif, dengan
tujuan untuk berkontribusi mengurangi dampak perubahan iklim global;
4 Mendorong investasi di bidang sumber daya energi dan pembangunan
infrastruktur melalui peningkatan keterlibatan sektor swasta;
KTT ke-2 EAS juga menyambut baik berbagai proposal kerjasama di bidang
energy security, termasuk inisiatif empat pilar yang diajukan oleh Jepang yang
berjudul "Fueling Asia Japan's Cooperation Initiative for Clean Energy and
Sustainable Growth dan kesediaan Jepang untuk memberikan bantuan dana
energy-related ODA sebesar US$ 2 Milyar untuk tiga tahun ke depan. Para
Pemimpin juga sepakat untuk membentuk suatu EAS Energy Cooperation Task
Force (EAS ECTF), berdasarkan mekanisme sektoral di bidang energi yang telah
ada di ASEAN untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah diambil para
Pemimpin EAS mengenai energy security dan melaporkan rekomendasinya
pada KTT EAS mendatang.
Pada Pertemuan pertama East Asia Summit Energy Ministerial Meeting (1st
EAS EMM) di Singapura, tanggal 23 Agustus 2007, Sidang sepakat bahwa 3
(tiga) work stream yaitu energy efficiency and conservation (EE & C); energy
market integration; biofuels for transport and other purposes sebagai langkah
awal untuk mengembangkan kerjasama dalam rangka energy security negara-
negara anggota EAS. Sidang juga sepakat untuk terus mengembangkan
kemungkinan kerjasama teknologi baru untuk biofuels serta melakukan upaya-
upaya konkrit untuk merealisasikan kerjasama energy efficiency and
conservation berdasarkan "voluntary basis" dan menyambut baik pembentukan
Asia Biomass Research Core dan Asia Biomass Energy Cooperation Promotion
Office di Jepang;
Pada Pertemuan Kedua Asia Summit Energy Ministerial Meeting (2nd EAS
EMM), Agustus 2008, para Menteri mendukung upaya-upaya yang
berkesinambungan dari EAS Energy Cooperation Task Force (ECTF) untuk
mengembangkan kerjasama melalui 3 (tiga) Work Streams kerjasama energi,
yaitu Energy Efficiency and Conservation (EE & C), Energy Market Integration
(EMI) dan Biofuels untuk transportasi dan tujuan-tujuan lainnya. Disamping itu
Para Menteri menyambut baik EAS Energy Outlook yang dipersiapkan oleh
Economic Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Dalam kaitan ini, para
Menteri mengharapkan agar ERA dapat memperdalam analisisnya dan
memberikan masukan agar kerjasama dalam hal energy effisiency and
conservation lebih efektif.
Para Menteri juga sepakat bahwa rekomendasi laporan hasil studi Energy
Market Integration in the East Asia Region perlu dipertimbangkan khususnya
rekomendasi untuk mengadakan pertemuan forum konsultasi atau pertemuan-
pertemuan lainnya, untuk share pandangan mengenai policy approaches dan
untuk menentukan langkah-langkah dalam meningkatkan pasar energi yang
terintegrasi. Dalam kaitan ini, para Menteri meminta ECTF untuk memperdalam
studi mengenai Energy Market Integration untuk dilaporkan pada pertemuan
EAS Energy Ministers Meeting mendatang.
Para Menteri sepakat menetapkan mengenai Asian Biomass Energy
Principles sebagai pedoman untuk produksi dan pengunaannya di kawasan.
Dalam kaitan ini, para Menteri sepakat untuk mempromosikan produksi dan
penggunaan biofuels dan kerjasama regional yang tidak mengganggu ketahanan
pangan. Para Menteri menugaskan ERA untuk mengembangkan metodologi
bagi assesment lingkungan dan social sustainability dalam produksi dan
penggunaan biomass mengingat kondisi-kondisi khusus di kawasan.
erjasa2a ASEAN di Sekt4r Usaa eci dan Menenga
Kerjasama ASEAN di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah dirintis
sejak tahun 1995, yang ditandai dengan dibentuknya Kelompok Kerja Badan-Badan
UKM ASEAN (ASEAN Working Group on Small and Medium-size Enterprises
Agencies). Dalam pertemuan pertamanya di Jakarta tanggal 2 April 1995 telah
disahkan Rencana Aksi ASEAN bagi pengembangan UKM. Pertemuan ini juga
menyepakati bahwa pada tahap awal kerjasama ASEAN di bidang UKM akan
terfokus pada sektor manufaktur.
Sidang ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) ke-31 di Singapura tanggal 27
September2 Oktober 1999 telah menyepakati kerangka kerjasama yang melibatkan
UKM dalam ASEAN Industrial Cooperation (ACO). Kerangka kerjasama ini didasari
oleh pemahaman bahwa UKM sebagian besar melaksanakan fungsinya sebagai
industri pendukung bagi perusahaan-perusahaan besar, disamping untuk
memberikan kesempatan kepada UKM untuk berpartisipasi secara langsung dalam
perdagangan intra ASEAN.
(growth area), merupakan salah satu bentuk keterkaitan (linkage) ekonomi antar
daerah dengan memiliki unsur internasional. Daerah anggota kerjasama tersebut
lebih dari satu negara.
Dalam konteks ASEAN, sesuai dengan Agenda for Greater Economic
Integration, pembentukan KESR didasarkan pada prinsip keterbukaan dalam
pembangunan wilayah (open regionalism) dan bukan pada pembentukan blok
kawasan yang tertutup (building block). Berbagai kendala yang muncul dalam
perkembangan kerjasama growth areas ini menjadi feed back bagi kemajuan skema
pertumbuhan wilayah ini dan ASEAN terus mengupayakan inisiatif-inisiatif baru
dalam kerangka pengembangan kerjasama tersebut seperti pembentukan ASEAN
Mekong Basin Development Cooperation.
awasan Pertu2buan ASEAN Bagian Ti2ur: Brunei, Ind4nesia, Maaysia, dan
Fiipina (BIMP-EAGA
de pembentukan Wilayah Pertumbuhan ASEAN Timur (BMP-EAGA)
pertama kali disampaikan oleh Presiden Filipina, Fidel Ramos pada bulan
Oktober 1992 untuk menghubungkan daerah Filipina Selatan dengan Wilayah
Timur ndonesia dan Wilayah Timur Malaysia. de tersebut kemudian
disampaikan kepada PM Malaysia Mahathir Muhamad dan Presiden Soeharto.
Kerjasama BMP-EAGA secara resmi dibentuk melalui penandatanganan
Agreed Minutes pada pertemuan tingkat menteri di Davao City, Filipina, 26 Maret
199. BMP EAGA tersebut diikuti oleh empat negara di kawasan timur ASEAN
yaitu Brunei Darussalam, ndonesia (Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan
Sulawesi Utara), Malaysia (Sabah, Serawak, dan Labuan), dan Filipina
(Mindanao dan Palawan).
Kerjasama BMP-EAGA dibentuk untuk menarik minat para investor lokal dan
asing untuk melakukan investasi dan meningkatkan perdagangan di kawasan
timur ASEAN. Tujuan pembentukan BMP-EAGA adalah mengembangkan
kerjasama sub-regional antara negara-negara anggota dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sub-kawasan tersebut. Sektor kerjasama
yang diprioritaskan adalah transportasi udara dan laut, perikanan, pariwisata,
energi, kehutanan, pengembangan sumber daya manusia dan mobilitas tenaga
kerja. Untuk melibatkan pihak swasta secara aktif telah dibentuk forum khusus
East ASEAN Business Council (EABC) di Davao City 15-19 Nopember 199.
Pembagian area kerja BMP-EAGA digolongkan dalam beberapa cluster,
yaitu: cluster bidang transportasi dan pembangunan infrastruktur yang
membawahi air linkages, sea linkages, telekomunikasi dan konstruksi dengan
Brunei Darussalam sebagai koordinator; Cluster bidang sumber daya alam yang
terdiri atas agro-industry, perikanan, kehutanan dan lingkungan hidup serta
energi, dengan ndonesia sebagai koordinator; cluster pariwisata, dengan
Malaysia sebagai koordinator; dan cluster UKM dan finansial dengan Filipina
sebagai koordinator.
Pertemuan BIMP-EAGA Summit ke-3 di Cebu pada tanggal 12 Januari 2007
menghasilkan sebuah Joint Statement for 3
rd
BMP-EAGA Summit yang intinya
antara lain menyepakati BMP-EAGA Roadmap to Development yang meliputi
pengembangan sumber daya manusia, membangun kualitas hidup yang lebih baik,
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, serta terus melakukan
pengawasan penyebaran wabah penyakit, pengendalian penyebarluasan
penyalahgunaan dan penyelundupan narkoba, penurunan kualitas lingkungan dan
polusi lintas batas. Untuk dapat melaksanakan kerjasama yang baik di seluruh
sektor pemerintahan maka ASEAN terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan
publik melalui peningkatan kapabilitas pegawai negeri dan good governance serta
meningkatkan keterlibatan masyarakat madani (civil society)
Guna mewujudkan semua itu, warga ASEAN harus menciptakan "rasa ke-kita-
an ("We Feeling") yang begitu penting bagi manusia dalam membentuk sebuah
komunitas. Masyarakat ASEAN juga perlu menumbuhkan rasa saling menghormati
dan solidaritas yang lebih besar sehingga warga ASEAN akan berkembang menjadi
komunitas yang saling peduli dan berbagi (a Caring and sharing Community).
Dengan demikian, masyarakat ASEAN akan lebih mengenali benang merah yang
ada di dalam budaya-budaya mereka yang sangat beragam dan akan lebih mampu
menghargai identitas nasional satu sama lain. ASEAN akan dapat menyelesaikan
segala sengketa secara damai dan bersahabat, meskipun isu yang dibahas sangat
sensitf. Dengan "rasa ke-kita-an tersebut, warga ASEAN akan dapat mewariskan
kepada generasi-generasi selanjutnya sebuah kawasan Asia Tenggara yang
sejahtera, aman dan damai, bukan saja sebagai kawasan yang bebas tetapi juga
mampu mengelola sengketa dengan bijaksana.
Cetak Biru 42unitas S4sia Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural
Community Blueprint)
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan terbentuknya ASEAN Socio-
Cultural Community (ASSC), ASEAN telah menyusun suatu Cetak Biru Komunitas
Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint) yang akan
disahkan pada KTT ASEAN ke-1 di Thailand (Februari 2009). Penyusunan
rancangan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN ini dimaksudkan untuk
memberian pedoman (guidelines) bagi negara anggota ASEAN dalam persiapan
menyongsong terbentuknya Komunitas ASEAN tahun 2015 melalui pilar sosial
budaya.
Cetak biru diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam memperkuat
integrasi ASEAN yang berpusat pada masyarakat (people-centred) serta
memperkokoh kesadaran, solidaritas, kemitraan dan rasa kepemilikan masyarakat
(We Feeling) terhadap ASEAN. Rancangan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya
ASEAN memuat enam elemen utama (Core Element) & 34 Rencana Aksi (Action-
lines) Struktur Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN adalah sebagai berikut:
Pengantar (Introduction)
. Karakteristik dan Elemen-elemen (Characteristic and Elements)
A. Pembangunan Manusia (Human Development), terdiri dari 60 action lines
B. Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial (Social Welfare and Protection),
terdiri dari 94 action lines
C. Hak-Hak dan Keadilan Sosial (Social Justice and Rights), terdiri dari
action lines
i Policy Development;
ii Promoting ASEAN Awareness and Civic Responsibility / Youth Leadership;
iii Promoting Employability of Youth; dan
iv Other Issues (Information Exchange, Promoting NGO Involvement and Other
non project activities)
Bidang prioritas tersebut kemudian juga tersirat dalam kesepakatan
"Vientienne Action Programme (VAP)" yang disepakati oleh para Kepala
Negara pada KTT ke-10 tanggal 29-30 November 200 di Vientiane, Lao
PDR. Tema utama VAP adalah untuk mencapai komunitas sosial budaya
ASEAN "ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)" yang bertujuan untuk
"nurturing human, cultural and natural resources for sustained development
in a harmonious and people-centred ASEAN" dengan jangka waktu 200 -
2010.
Prioritas kerjasama pemuda terutama adalah "Building a Community of
Caring Societies dan "Managing the Social Impact of Economic Integration" dan
"Promoting an ASEAN Identity. VAP merekomendasikan program kegiatan bagi
pemuda antara lain untuk meningkatan partisipasi pemuda dalam angkatan
kerja, meningkatkan kesadaran dan identitas tentang ASEAN ("ASEAN
awareness") melalui program Youth Camp dan pertukaran pemuda.
Pelaksanaan kegiatan mengenai pemuda sebenarnya menjadi tanggung
jawab SOMY namun mengingat kegiatan tersebut merupakan kegiatan lintas
sektoral, maka implementasi juga melibatkan sectoral bodies lainnya yang mulai
dikoordinasi melalui Coordinating Conference for the ASEAN Socio-Cultural
Community (SOCCOM) sejak pertemuan di Sekretariat ASEAN Jakarta, pada
bulan November 2006.
Para Menteri Pemuda se-ASEAN dalam Sidangnya yang ke-5 di Singapura,
25-26 April 2007, telah sepakat untuk mempertimbangkan aspirasi para pemuda
dalam pengambilan kebijakan dan keputusan guna mencapai visi ASEAN.
Sidang ke-5 para Menteri Pemuda se-ASEAN yang bertema Youth: Creating
Our Future Together" menghasilkan kesepakatan bahwa pemuda mempunyai
peranan penting menentukan masa depan kawasan ASEAN, oleh karena itu
sudah waktunya bagi para pemuda untuk menampilkan peranannya mulai dari
sekarang.
Untuk pertama kalinya pada Sidang ke-5 Para Menteri Pemuda se-ASEAN
diselenggarakan Kaukus Pemuda. Para pemuda ASEAN yang tergabung dalam
Kaukus Pemuda tersebut mengadakan diskusi secara khusus, mengenai isu
pendidikan, kewirausahaan, lingkungan hidup serta keterlibatan pemuda dalam
masyarakat. Rekomendasi Kaukus Pemuda disampaikan secara langsung
kepada Para Menteri Pemuda se ASEAN pada Sidang tersebut.
ASEAN juga melibatkan kerjasama dengan Mitra Wicara dalam upaya
pemajuan pemuda di kawasan seperti dengan China, Jepang dan Republic of
Korea (RoK), dan juga ndia. Berbagai program yang telah terlaksana dan
diharapkan dapat dilaksanakan secara berkala antara lain:
Pada Pertemuan AMR ke-9 bulan Mei 2007 di Jakarta dengan tema
"Staying Connected to Advance A Sharing and Caring Community in ASEAN
through Media, ditegaskan peran penting informasi dan media dalam
mendukung upaya integrasi ASEAN dan mencapai tujuan ASEAN sebagaimana
terkandung dalam VAP. Kerjasama informasi ini dibutuhkan untuk meningkatkan
kesadaran dan saling pengertian antara masyarakat di negara-negara ASEAN di
berbagai bidang seperti politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah. Pertemuan
juga membahas perluasan kerjasama ASEAN di bidang penerangan di masa
depan dengan melibatkan negara-negara "Plus Three (China, Republik Korea
dan Jepang).
Dalam kaitan memperluas kerjasama penerangan ASEAN tersebut, telah
diadakan Workshop on Enhancing ASEAN-China Cooperation through
Information and Media di Jogjakarta bulan Mei 2006, yang berhasil menyepakati
ASEAN-China Work Plan to Enhance ASEAN-China Cooperation through
Information and Media 006-010 Hasil workshop juga menjadi bahan masukan
bagi penyusunan Memorandum of Understanding between ASEAN-China on
Information and Media Cooperation (Nota Kesepahaman Kerjasama nformasi
dan Media antara ASEAN dan China), yang telah ditandatangani pada forum
ASEAN-China Ministers Responsible for Information di Nanning, China, 13-16
Oktober 2008
ii) ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA)
Untuk membahas kerjasama kebudayaan ASEAN di level Menteri, setiap
dua tahun sekali diadakan forum ASEAN Ministers Responsible for Culture and
Arts (AMCA). Dalam pertemuan AMCA pertama di Kuala Lumpur, Malaysia, 13-
1 Oktober 2003, disepakati wilayah prioritas kerjasama kebudayaan ASEAN,
yaitu pengembangan sumber daya manusia di bidang kebudayaan dan
pengembangan UKM terkait budaya dan seni. Selanjutnya pada AMCA ke-2
tahun 2005 di Bangkok, Thailand, untuk pertama kalinya diadakan pula
pertemuan dengan China, Jepang dan Korea Selatan dalam kerangka AMCA+3.
Pertemuan ke-3 AMCA berlangsung pada tanggal 12 -13 Januari 2008 di
Nay Pyi Taw, Myanmar. Agenda yang dibahas terkait dengan penyusunan
ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint (ASCC Blueprint), yaitu bagaimana
work plan yang disusun di level teknis SOMCA (Senior Officials Meeting on
Culture and Arts) dapat bersinergi dengan ASCC Blueprint agar secara signifikan
kerjasama kebudayaan dibawah AMCA dapat memberi kontribusi dalam
pembentukan ASEAN Socio-Cultural Community 015. Pertemuan juga
menyepakati sejumlah kegiatan seni budaya untuk meningkatkan ASEAN
Awareness dan Identity: Showcase of the best of ASEAN's arts and culture,
ASEAN Cultural City/Capital dan ASEAN Cultural Week
b erjasa2a Bidang Pendidikan
Kerjasama bidang pendidikan di wilayah Asia Tenggara dimulai dengan
pembentukan South East Asian Ministers of Education Organizaton (SEAMEO)
tanggal 30 November 1965. Sedangkan kerjasama pendidikan dalam kerangka
ASEAN dilakukan oleh ASEAN Committee on Social Development (COSD), yang
- Peluncuran buku panduan ASEAN Marine Water Quality Criteria:
management Guidelines and Monitoring, yang akan menjadi bahan referensi
bagi masing masing negara didalam mendukung program konservasi dan
pengelolaan kawasan pantai dan sumberdaya laut di tingkat nasional.
Ke depan, kerjasama di bidang lingkungan hidup ASEAN akan merujuk pada
cetak biru komunitas ASEAN (ASCC Blueprint) yang telah disepakati dan akan
ditandatangani pada KTT-1 di Thailand (Februari 2009).
c erjasa2a Penangguangan Bencana Aa2
Kerjasama penanganan bencana alam dalam kerangka ASEAN sebenarnya
sudah terbangun lebih dari tigapuluh tahun lamanya. Deklarasi Bangkok tahun
1967 yang menandai berdirinya ASEAN merupakan landasan bagi negara
anggotanya untuk saling memperkuat kerjasama regional guna meningkatkan
kedamaian, stabilitas, kemajuan regional serta untuk saling memupuk
persaudaraan dan solidaritas terutama di saat salah satu anggotanya tertimpa
bencana.
Komitmen negara-negara anggota ASEAN untuk saling membantu pada
saat terjadi bencana antara lain dimuat dalam Declaration of ASEAN Concord
yang ditandatangani pada tanggal 2 Pebruari 1976. Deklarasi tersebut
menyebutkan bahwa natural disasters and other major calamities can retard the
pace of development of member states, therefore they shall extend, within their
capabilities, assistance for relief of member states in distress Para Pemimpin
ASEAN ketika itu sepakat untuk menjadikan isu penanganan bencana sebagai
salah satu bagian penting dari tujuan kerjasama ASEAN.
Babak baru dalam kerjasama ASEAN di bidang penanganan bencana
dimulai ketika mekanisme pengelolaan kerjasamanya ditingkatkan dari tingkat
kelompok ahli menjadi komite penuh ASEAN pada tingkat pejabat senior. Tahun
2003, Komite ASEAN untuk Penanganan Bencana (ASEAN Committee on
Disaster Management/ACDM) secara resmi dibentuk dengan mandat
mempersiapkan program kerja beserta prioritas kegiatan yang kemudian dikenal
sebagai Program Regional ASEAN untuk Penanganan Bencana (ASEAN
Regional Programme on Disaster Management/ARPDM).
ARPDM memuat kerangka kerjasama antar negara ASEAN dan juga dengan
Mitra Wicara dan organisasi internasional untuk periode 200 2011.
Rangkaian program terpadu ARPDM, mencakup lima komponen inti dan
mencakup lebih dari 29 kelompok kegiatan. Kelima komponen inti dimaksud
adalah:
i. Pembentukan Kerangka Penanganan Bencana Regional ASEAN;
ii. Peningkatan Kapasitas;
iii. Pertukaran nformasi dan Sumber Daya;
iv. Peningkatan Kolaborasi dan Penguatan Kemitraan; serta
v. Peningkatan Pengetahuan, Kesadaran dan Advokasi Publik.
sejumlah negara anggota dan dijadwalkan pada akhir tahun 2008 keseluruhan
negara anggota telah akan menerima Tamiflu dimaksud.
Sementara itu, dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi flu burung,
melalui kolaborasi ASEAN-US, ASEAN telah membentuk suatu mekanisme
untuk meningkatkan kolaborasi multi-sektoral ASEAN Technical Working Group
(TWG) on Pandemic Preparadeness and Responses Dalam pertemuan ke-1,
TWG telah berhasil menyusun suatu rencana kegiatan, termasuk diantaranya
strengthening of on-scene command and response system melalui Incindent
Command System (ICS)
c erjasa2a Bidang etenagakerjaan
Salah satu keberhasilan kerjasama ASEAN di bidang ketenagakerjaan
adalah dibentuknya pusat pelatihan dan informasi mengenai perbaikan
lingkungan kerja, yang dikenal dengan ASEAN Occupational Safety on Health
Network (ASEAN OSHNET) pada bulan Agustus 2000. ASEAN-OSHNET
bertujuan meningkatkan daya saing dan kompetensi tenaga kerja ASEAN, serta
menciptakan jaringan kelembagaan yang kuat. Sekretariat ASEAN-OSHNET
yang pertama kali bertempat di ndonesia untuk tahun 2000-200. Selanjutnya
penempatan Sekretariat ASEAN-OSHNET digilir setiap 3 tahun sekali untuk
masing-masing negara anggota ASEAN.
KTT ke-12 di Cebu menghasilkan ASEAN Declaration on the Protection and
Promotion of the Rights of Migrant Workers. Deklarasi memuat kewajiban bagi
negara pengirim, negara penerima maupun ASEAN untuk memberikan
perlindungan dan pemajuan hak-hak pekerja migran. Deklarasi mewajibkan
dibentuknya instrumen hukum yang lebih mengikat negara-negara ASEAN guna
memberikan jaminan dan perlindungan hak-hak pekerja migran. Deklarasi ini
merupakan komitmen ASEAN menuju terwujudnya a caring and sharing
community
Pada pertemuan SLOM ke-5, tanggal 15-16 Mei 2007, telah disepakati untuk
mengawali proses guna menindaklanjuti Deklarasi dimaksud. Melalui usulan
ndonesia, telah disepakati pembentukan suatu Forum on Migrant Workers
dengan memanfaatkan kelompok kerja pada pertemuan ke-2 Ad-Hoc Working
Group on Labour Practices to Enhance Competitiveness di Singapura tanggal 1-
2 Maret 2007. Forum mempunyai tugas untuk membahas tindak lanjut deklarasi.
Pada pertemuan ke-3 Ad Hoc-Working Group on Progressive Labour
Practice, di Yogyakarta tanggal 9-10 September 2007, antara lain telah
disepakati bahwa Filipina akan menyusun TOR Forum sebagai rujukan dalam
pembentukan dan pelaksanaan kegiatan dalam membahas penanganan isu
migrant worker Dalam kaitan ini, pertemuan ke-1 ASEAN Forum on Migrant
Labour di Filipina tanggal 2-25 April 2008 telah menyepakati untuk
menyelenggarakan Forum tersebut secara reguler dan sepakat untuk
menjadwalkan pertemuan ASEAN Committee on the Implementation of
Declaration on the Protection of the Rights of Migrant Workers serta menyusun
struktur dan fungsi Komite dimaksud sebelum KTT ke-1 tahun 2008. Disepakati
Japan ASEAN Exchange Project (JAEP) Fund, dan Japan ASEAN Integration Fund
(JAF). Dalam rangka intensifikasi kerja sama ASEAN-Jepang, disepakati untuk
mengkonsolidasi semua trust funds tersebut menjadi Japan ASEAN Integration Fund
(JAF).
AMERIA SERIAT
Hubungan dialog ASEAN-Amerika Serikat (AS) telah berlangsung sejak tahun
1977 dengan prioritas pada kerjasama ekonomi dan kerjasama pembangunan yang
meliputi antara lain sektor komoditas, akses pasar, akses modal dan alih teknologi
dan people-to-people contacts. Hubungan kemitraan tersebut telah memasuki
periode komprehensif meliputi kerjasama dan dukungan terhadap pembangunan
kapasitas perdagangan, integrasi regional, kerjasama pembangunan dan sosial
budaya, politik dan keamanan regional, counter terrorism dan penanganan
kejahatan lintas negara lainnya.
Mekanisme kerjasama ASEAN dan AS dilakukan antara lain melalui forum-
forum: ASEAN-US Dialogue, ASEAN Regional Forum (ARF), Post Ministerial
Conference 10+1, ASEAN Economic Minister-US Trade Representatives, Senior
Economic Officials Meeting-USTR, ASEAN-US SOM TC, ASEAN Washington
Committee dan ASEAN-US Business Council (ABC) untuk sektor swasta.
Kemajuan kerjasama ASEAN-AS ditandai dengan penandatanganan Joint
Vision Statement on ASEAN-US Enhanced Partnership pada tanggal 17 November
2005 dengan Plan of Action 5 tahunan (2006-2011). Dengan demikian untuk
pertama kalinya hubungan ASEAN-AS memiliki payung kerjasama berikut rencana
aksi yang bersifat komprehensif. Dalam konteks ini, ASEAN dan AS telah
menetapkan 8 (delapan) bidang prioritas implementasi, yaitu di bidang ekonomi,
kesehatan, pendidikan, CT, transportasi, energi, disaster management dan
lingkungan.
Komitmen kerjasama strategik lain yang perlu menjadi perhatian antara lain
dalam bidang counter terrorism dengan ditandatanganinya the ASEAN-US
Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism, pada tanggal 1
Agustus 2002. Bagi ASEAN deklarasi ini lebih bersifat tindak lanjut dari keterikatan
politis para pemimpin ASEAN untuk memerangi terorisme, dan untuk kerjasama
nyata guna meningkatkan kemampuan ASEAN melalui pertukaran informasi intelijen
dan capacity building.
Kerjasama di bidang terorisme juga dilakukan dalam kerangka ASEAN
Regional Forum. ASEAN Regional Forum Intersessional Meeting on Counter
Terrorism and Transnational Crime (ARF SM CT-TC) bertujuan memfasilitasi
interaksi antar berbagai stakeholders, baik dari kalangan ntelijen, migrasi, Bea
Cukai, Polisi maupun pengambil kebijakan untuk saling bertukar pengalaman dalam
menanggulangi terorisme.
Penandatanganan the ASEAN-US Trade and Investment Framework
Arrangement (TFA) pada tahun 2006 merupakan bentuk kemajuan kerjasama
lainnya. TFA merupakan tindak lanjut dari program kerjasama ASEAN-AS, yaitu
implementasi Enterprise for ASEAN Initiative (EA). EA merupakan inisiatif Presiden
Bush yang disampaikan kepada para Pemimpin ASEAN di sela pertemuan APEC di
Los Cabos, Meksiko, 26 Oktober 2002. EA menawarkan peluang perdagangan
bebas bilateral antara negara-negara anggota ASEAN dengan AS. Tujuan akhir EA
adalah terwujudnya berbagai bilateral free trade yang dapat lebih mendekatkan
ASEAN dengan AS, termasuk membantu APEC menciptakan perdagangan dan
investasi bebas di wilayah Asia Pasifik.
Belum terdapat mekanisme pendanaan khusus dalam kerangka kerjasama
ASEAN-US Mekanisme kerjasama di bidang pembangunan dan ekonomi
perdagangan yang telah well established antara lain ASEAN-US Cooperation Plan
(ACP) dan ASEAN Development Vision to Advance Economic Integration
(ADVANCE). Melalui kedua mekanisme itulah, pledge bantuan khusus untuk
kawasan biasanya ditetapkan dalam kerangka suatu inisiatif atau program.
Kerjasama pembangunan ASEAN-AS yang dikemas dalam proyek ACP yang
telah dilaksanakan dan sedang berlangsung antara lain adalah International
Business Linkage Programme, Capability Mature Model Programme, e-Marketing,
e-Business Learning, IC Assessment, Workshop on Cyber-crime dan Workshop on
Building Capacity to Combat Impacts of Aquatic Alien Species and Associated
Transboundary Pathogens in ASEAN Countries AS juga aktif dalam membantu
implementasi Work Programme on HIV/AIDS dan kerjasama penanganan bencana
alam dan mitigasi.
Pertemuan 1st ASEAN-US Dialogue tersebut menyepakati perluasan
kerjasama antara lain dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu,
finalisasi dan penandatanganan ASEAN-US Science and Technology Agreement
direncanakan dapat dilakukan pada PMC+1 session with US, 23 Juli 2008, di
Singapura. Namun hal tersebut tidak dapat dilaksanakan karena Pertemuan ASEAN
Committee on Science and Technology (COST) ke-55 di Manila, 3-5 Juli 2008
menilai masih banyak revisi dalam draft agreement yang akan disepakati.
Diharapkan revisi itu dapat diselesaikan sebelum Pertemuan COST berikutnya pada
November 2008 di Kuala Lumpur.
Pada PMC 10+1 Session with US, 23 Juli 2008, AS menyampaikan komitmen
Pemerintah AS sebagai strategic partner bagi ASEAN yang direfleksikan antara lain
melalui pengangkatan Scot Marciel sebagai US Ambassador for ASEAN Affairs.
Dengan demikian, AS merupakan negara mitra wicara ASEAN pertama yang
mengangkat duta besarnya untuk ASEAN. AS juga menegaskan komitmen atas
ASEAN-US Enhanced Partnership. Secara umum, negara-negara ASEAN
menyambut baik kerjasama dengan AS untuk memecahkan permasalahan strategis
di kawasan, khususnya melalui mekanisme ASEAN Regional Forum (ARF), dan
mendorong AS untuk mengaksesi TAC guna meningkatkan perdamaian di kawasan.
Untuk meningkatkan kerjasama politik dan keamanan, ASEAN menghimbau
agar AS bersedia untuk mengaksesi TAC. Namun sejak peristiwa 11 September
2001, AS cenderung menitikberatkan kerjasama dengan ASEAN dalam penanganan
masalah terorisme. Pada tanggal 1 Agustus 2002, ASEAN dan AS telah
menandatangani "ASEAN-US Declaration on Cooperation to Combat Terrorism".
ASEAN dan China telah merayakan peringatan 15 tahun hubungan ASEAN-
China dengan puncak perayaan ASEAN-China Commemorative Summit di Nanning,
China, 30-31 Oktober 2006. Pertemuan ini menghasilkan Joint Statement of ASEAN-
China Commemorative Summit: Towards an Enhanced ASEAN-China Cooperation,
yang memuat arah strategis bagi pengembangan kerjasama di bidang politik-
keamanan, ekonomi dan sosial-budaya untuk 15 tahun ke depan. Dokumen tersebut
juga memuat esensi pentingnya peningkatan kerjasama di bidang post-disaster
reconstruction and rehabilitation dan bidang penegakan hukum.
Untuk meningkatkan people-to-people contacts, China telah menawarkan
program pelatihan di berbagai bidang untuk 8000 tenaga profesional dari negara-
negara ASEAN serta mengundang 1000 pemuda ASEAN berkunjung ke China
selama 5 tahun ke depan. China juga secara konsisten mendukung upaya integrasi
ASEAN dengan memberikan kontribusi dana sebesar USD 1 juta masing-masing
kepada ASEAN-China Cooperation Fund dan pelaksanaan Initiative for ASEAN-
Integration.
Pencapaian penting lainnya dalam kerjasama ASEAN-China selama tahun
2006 adalah dibentuknya mekanisme pertemuan reguler para Menteri Kesehatan
ASEAN-China yang bertujuan untuk memajukan kerjasama di bidang kesehatan
masyarakat. Sementara itu ASEAN-China Funds for Public Health dibentuk pada
tanggal 22 Juni 2006, di Yangon, Myanmar.
Bobot kerjasama ASEAN-China semakin meningkat pada KTT ke-10 ASEAN-
China di Cebu, Filipina tanggal 1 Januari 2007. Dalam pertemuan tersebut, para
pemimpin ASEAN dan China telah menyepakati antara lain:
a Memperkuat rasa saling percaya secara politis (Strengthening political mutual
trust);
b Upaya peningkatan hubungan kerjasama ekonomi ASEAN-China ke tataran
yang lebih tinggi (Bringing ASEAN-China economic relations and trade to a new
level);
c. Mengembangkan kerjasama di bidang non-tradisional isu (Carrying out
cooperation in non-traditional security fields); dan
d. Secara aktif mendukung upaya pembangunan masyarakat ASEAN dan integrasi
ASEAN (Actively supporting ASEAN community building and integration).
Pertemuan tersebut juga menghasilkan dokumen kerjasama ASEAN-China
yaitu ASEAN-China Agreement on Trade in Services (TS) of the Framework on
Comprehensive Economic Cooperation, kerjasama di bidang CT serta MoU
ASEAN-China di bidang pertanian. Sedangkan dalam bidang perdagangan dan
investasi, ASEAN dan China telah sepakat untuk mempercepat pembahasan
pembentukan Free Trade Agreement serta pembentukan ASEAN-China Centre for
Promoting Trade, Investment and Tourism.
Sebagai tindak lanjut KTT ASEAN-China ke-11, November 2007 di Singapura,
ASEAN dan China tengah menegosiasikan draft ASEAN-China Air Service
Agreement, MoU on Establishing the ASEAN China Centre dan draft Guidelines, of
implementation of Joint Declaration on Code of Conduct in the South China Sea.
dan Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism pada KTT
ke-9 ASEAN di Bali, bulan Oktober 2003.
Sedangkan kemajuan di bidang ekonomi, ASEAN dan ndia telah
menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation
between the ASEAN and the Republic of India pada KTT ke-2 ASEAN-ndia tanggal
8 Oktober 2003 di Bali. Sesuai dengan Framework Agreement tersebut, proses
negosiasi pengurangan dan penghapusan tarif untuk perdagangan barang telah
dimulai pada Januari 200. Setelah mengatasi berbagai kendala, khususnya
perbedaan penerapan aturan untuk Rules of Origin (RoO), ASEAN dan ndia tengah
berupaya untuk menyelesaikan negosiasi ASEAN-India Free Trade Agreement
(AFTA). ASEAN telah menyelesaikan perundingan Trade in Goods dan akan
melakukan negosiasi Trade in Services and Investment.
Kerjasama pembangunan ASEAN-ndia selama tahun 2006 meliputi bidang
transportasi dan infrastruktur, perdagangan dan investasi, bioteknologi,
pengembangan SDM dan pariwisata. Proyek yang telah berhasil dilaksanakan
antara lain kunjungan pengusaha kecil dan menengah ASEAN ke ndia. Kegiatan ini
bertujuan menciptakan inter-firm linkages antar kalangan pengusaha di masa
mendatang. Kegiatan lainnya adalah ASEAN-ndia Workshop for System
Administrators yang berlangsung pada bulan Agustus 2006 dan ASEAN-ndia
Seminar on e-learning pada bulan Nopember 2006. Kerjasama bidang bioteknologi
juga dilaksanakan dalam bentuk ASEAN-ndia Workshop on Bioinformatics yang
telah berlangsung untuk kedua kalinya pada bulan Desember 2006. Kerjasama
pembangunan tersebut didanai oleh ASEAN-ndia Cooperation Fund.
Sejalan dengan kebijakan ndia "Look East Policy, pada KTT ke-5 ASEAN-
ndia di Cebu tahun 2007, ASEAN dan ndia menyepakati untuk pengembangan
kerjasama khususnya di bidang ptek, SMEs, teknologi informasi dan
pengembangan sumber daya manusia. Seperti halnya Mitra Wicara ASEAN lainnya,
ndia juga menyatakan dukungannya untuk proses integrasi ASEAN.
Untuk meningkatkan kedekatan dan saling pengertian antar masyarakat
ASEAN dan ndia, maka dalam KTT ke-5 ASEAN-ndia juga disepakati undangan
kepada 100 pemuda ASEAN yang terdiri dari 10 orang dari masing-masing negara
anggota ASEAN untuk berkunjung ke ndia dalam rangka memperingati 0 tahun
ASEAN dan 60 tahun kemerdekaan ndia.
Di samping itu, di bawah koordinasi ndonesia, sebagai bagian dari
peningkatan people-to-people contact telah dilaksanakan berbagai program, antara
lain: program ASEAN-India Media Exchange Programme dimana wartawan ASEAN
telah mengunjungi ndia pada tahun 2006 dan 2007; Special Course for Diplomats
from ASEAN Countries' tahun 2006, 2007, dan 2008 di New Delhi, serta
pelaksanaan program Visit of 100 ASEAN Students to India'; pada tanggal 9-18
Desember 2007 di ndia.
Pada KTT ASEAN-ndia ke 6 di Singapura, bulan November 2007, Pemimpin
ASEAN dan ndia sepakat untuk melembagakan kegiatan 'Special Course for
Diplomats from ASEAN Countries', Visit of 100 ASEAN Students to India' dan
'ASEAN-India Media Exchange Programme'. Pada Pertemuan ASEAN-India Joint
Cooperation Committee (JCC) ke-10, tanggal 23 April 2008 di Bali, disepakati untuk
mengembangkan modalitas program Visit of 100 ASEAN Students to India' dan
memperluas kerjasama people-to-people contact dengan menjajaki kemungkinan
penyelenggaraan aktivitas exchange programme lainnya dengan target yang
berbeda, seperti antara lain ASEAN-India Parliamentarian Exchange Programme.
Dalam rangka meningkatkan kerjasama di bidang ilmu pengetahuan, pada
KTT ASEAN-ndia ke-6 tanggal 21 November 2007, ndia membentuk ASEAN-India
Science and Technology Fund dengan dana sejumlah USD 1 juta. ndia akan
menyusun Rules of Procedures bagi Fund dimaksud. ndia juga telah
mencanangkan pembentukan ASEAN-India Green Fund yang pemanfaatannya akan
ditujukan bagi kerjasama di bidang lingkungan hidup.
ndia mendirikan Entrepeneurship Development Centres (EDCs) di Kamboja,
Laos, Viet Nam dan Myanmar. Selain itu, ndia juga mendirikan Centres for English
Language Training (CELT) di Kamboja, Laos dan Viet Nam. Hal tersebut sebagai
upaya ndia mendukung program pengurangan kesenjangan pembangunan di
antara negara ASEAN di bawah payung Initiative for ASEAN Integration (A).
Pertemuan ASEAN-India Joint Cooperation Committee di Bali pada bulan April
2008 dan ASEAN-India Ministerial Meeting di Singapura pada bulan Juli 2008
mencatat bahwa ndia secara prinsip menyetujui usulan ndonesia mengenai
pembentukan CELT di ndonesia. Disepakati juga untuk meningkatkan kerjasama
ASEAN-ndia di bidang pertanian dengan membentuk ASEAN-India Ministers'
Meeting on Agriculture yang diharapkan dapat dilaksanakan sebagai bagian dari
rangkaian pertemuan ASEAN Agricultural Ministers' Meeting.
Komitmen ndia dalam meningkatkan hubungan ASEAN-ndia terlihat dari
kontribusi yang diberikan kepada ASEAN antara lain diwujudkan dengan adanya
ASEAN-India Fund, dimana Pemerintah ndia memberikan kontribusi dana sejumlah
USD 7.396.390 guna membiayai proyek kerjasama ASEAN-ndia. Dari dana
tersebut, sampai 31 Juli 2008 tersisa dana sebesar USD 6.380.627,60. ndonesia
sedang mengupayakan pemanfaatan ASEAN-India Fund untuk proyek ASEAN
Networking for Agriculture Vulnerability to Exceptional Climate dan the Indian Ocean
Dipole Mode, El Nino Southern Oscillation (ENSO) and Monsoon Interaction and
Their Socio-Economic Impact on ASEAN-Indian Nations.
Sebagai country coordinator, ndonesia berupaya untuk meningkatkan
kerjasama kemitraan ASEAN-ndia dalam upaya mendukung terwujudnya ASEAN
Community 015 dengan mengedepankan kepentingan ndonesia.
ndonesia secara proaktif berupaya meningkatkan kerjasama tersebut melalui
bidag-bidang energy security, ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi inforasi dan
komunikasi, bio-teknologi, farmasi, kesehatan, pembuatan obat-obatan dengan
harga terjangaku dan disaster management
ndonesia juga mengusulkan kerjasama di bidang pembarantasan terorisme,
kejahatan transnasional, korupsi dan memajukan good governance serta
perlindungan dan pemajuan HAM. ndia telah menyetujui usulan ndonesia
mengenai pendirian ASEAN-India Center for English Language Training di Jakarta.
RUSIA
Kerja sama ASEAN-Rusia telah dimulai sejak tahun 1991. Rusia secara resmi
menjadi Mitra Wicara penuh ASEAN pada Sidang AMM/PMC ke-29 di Jakarta bulan
Juli 1996. Sebagai tindak lanjut, Sidang ASEAN Standing Committee (ASC) /30 di
Bali bulan Mei 1997 sepakat untuk mewadahi kerjasama sosial budaya ASEAN-
Rusia di bawah "ASEAN-Russia Joint Cooperation Committee" (ARJCC).
Dasar pertimbangan untuk membentuk kemitraan tersebut adalah status Rusia
sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan umum ASEAN. Disamping itu, besarnya pasar
ekonomi Rusia serta sumber daya alam yang dimilikinya juga merupakan peluang
bagi ASEAN untuk lebih meningkatkan hubungan dengan Rusia di bidang-bidang
pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi, perdagangan, sumber daya
manusia, investasi dan ekonomi, lingkungan hidup, pariwisata, kebudayaan serta
peningkatan people-to-people contacts.
Kerja sama ASEAN-Rusia secara komprehensif baru terbentuk tahun 2005
sejak ditandatanganinya dokumen-dokumen penting antara lain: Joint Declaration of
the Heads of State/Government of ASEAN and Russian Federation on Progressive
and Comprehensive Partnership, Comprehensive Programme of Action to Promote
Cooperation between ASEAN and Russian Federation 005-015, serta Agreement
between the Governments of the Member Countries of the Association of Southeast
Asian Nations and the Government of the Russian Federation on Economic and
Development Cooperation (berlaku sejak tanggal 11 Agustus 2006), Terms of
Reference on ASEAN-Russia Joint Cooperation Committee (ARJCC) dan ASEAN-
Russia Dialogue Partnership Financial Fund (DPFF) yang dihasilkan pada
pertemuan ke-5 ARJCC di Moskow, Russia, pada tanggal 2-3 Nopember 2006.
Peningkatan kerjasama politik ASEAN-Rusia ditandai dengan
penandatanganan Joint Declaration on the Ministers of Foreign Affairs of Russia and
Member States of the Association of South East Asian Nations on Partnership for
Peace, Stability and Security in the Asia-Pacific Region, di Phnom Penh, Kamboja
bulan Juni 2003 pada saat pertemuan ASEAN PMC+1 Session with Russia.
Kerjasama politik ASEAN-Rusia juga terus meningkat sejalan dengan aksesi Rusia
pada Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), tanggal 29
Nopember 200 di sela-sela KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos.
Untuk meningkatkan kerjasama ekonomi ASEAN-Rusia membentuk ASEAN-
Russia Working Group on Trade and Economic Cooperation (ARWTEC). Pertemuan
pertama kelompok kerja tersebut diselenggarakan pada tanggal 19 September 2002
dengan tujuan untuk memfasilitasi usaha, pertukaran informasi mengenai
perdagangan dan investasi serta sebagai forum interaksi yang diharapkan dapat
meningkatkan kerjasama perdagangan dan ekonomi ASEAN-Rusia.
Beberapa bidang prioritas kerjasama yang memungkinkan dilaksanakan di
bidang ptek telah diidentifikasi dalam pertemuan tersebut antara lain biotechnology,
new materials, information technology, microelectronics, meteorology dan
geophysics.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemajuan yang telah dicapai dalam
kemitraan ASEAN-Rusia baru pada tataran politis. Kemajuan-kemajuan yang
berkelanjutan dalam bidang dialog politik antara lain dapat dilihat dengan adanya
penandatanganan Joint Declaration on Partnership for Peace, Stability and Security
in the Asia-Pacific Region tahun 2003; Joint Declaration on Cooperation to Combat
International Terrorism tahun 200; serta aksesi Rusia pada Treaty of Amity and
Cooperation (TAC) in Southeast Asia tahun 200. Rusia masih memperlihatkan
adanya keinginan untuk menjadi partisipan dalam East Asia Summit
Salah satu proyek yang akan dibiayai dengan menggunakan DPFF adalah
proyek usulan ndonesia "Russian Language Course for ASEAN Tour Operators"
Proyek tersebut secara prinsip telah disetujui oleh ASEAN dan juga didukung oleh
sectoral bodies ASEAN (Task Force on Tourism Manpower Development) serta
Rusia, namun masih menunggu komitmen Rusia untuk implementasinya.
Dalam kesempatan Post Ministerial Conference Session (PMC) with Russia
tanggal 23 Juli 2008 di Singapura telah diadopsi Roadmap on the Implementation of
Comprehensive Programme of Action to Promote Cooperation between ASEAN and
Russia 005-015 Russia yang merupakan acuan kegiatan konkret tindak lanjut
ASEAN-Russia Plan of Action Agreement on Cultural Cooperation dan MoU on the
Establishment of the ASEAN Centre in Moscow masih dalam proses finalisasi. Draft
Agreement on Cultural Cooperation, berdasarkan keputusan Pertemuan Sub-
Committee on Culture of the 43
rd
Meeting of the ASEAN Committee on Culture and
Information, tanggal 1 Juli 2008 di Myanmar, masih akan dibahas pada Pertemuan
ke-6 ASEAN Senior Officials Meeting on Culture and Art (SOMCA) tahun depan.
Pada bulan Juni 2007 Rusia telah mengucurkan dana sejumlah US$ 500 ribu
untuk pendanaan proyek kerja sama ASEAN-Rusia yang tercakup dalam skema
ASEAN-Russia Dialogue Partnership Financial Fund (DPFF). Namun hingga saat ini
belum ada satupun proyek yang berhasil dibiayai dari dana tersebut. Dalam
kesempatan PMC dengan Rusia tanggal 23 Juli 2008 di Singapura, Rusia kembali
menyampaikan akan memberikan dana tambahan kontribusi untuk ASEAN-Russia
Dialogue Partnership Financial Fund (DPFF) sebesar US$ 500 ribu tahun ini. Dana
bantuan ini telah diberikan oleh Rusia dalam Pertemuan ASEAN-Russia Joint
Planning Management Committee (ARJPMC) dan ASEAN-Russia Joint Cooperation
Committee (ARJCC) di St. Petersburg, tanggal 8-10 Oktober 2008.
Peran ndonesia dalam hubungan kemitraan ASEAN-Rusia terlihat melalui
upaya untuk mendesak Rusia agar segera mengimplementasikan Comprehensive
Programme of Action 2005-2011. Upaya tersebut antara lain dengan mengusulkan
diselenggarakannya pengajaran bahasa Rusia bagi tour operator negara-negara
ASEAN, mengingat meningkatnya turis Rusia yang mengunjungi negara-negara
ASEAN.
UNP
Hubungan ASEAN dengan United Nations Development Programme (UNDP)
telah dimulai hampir sejak dibentuknya ASEAN pada tahun 1967. Namun demikian
hubungan keduanya baru terasa sejak awal dasawarsa 70-an, ketika UNDP
mensponsori suatu kegiatan pendidikan selama dua tahun dan melibatkan sebanyak
Pada pertemuan ke-3 ASEAN-Pakistan Joint Sectoral Cooperation Committee
di slamabad, 5 Juni 2006, Pakistan telah menyampaikan komitmen untuk
memberikan kontribusi sebesar US$ 1 juta kepada ASEAN-Pakistan Cooperation
Fund. Pemerintah Pakistan juga memberikan program beasiswa Prime Minister's
Scholarship for ASEAN Countries di bidang studi Teknologi nformasi (S1) dan
Business Management (S2).
ASEAN PLUS TH#EE (APT
Kerjasama ASEAN Plus Three (ASEAN+3/APT) dimulai dengan
diselenggarakannya KTT nformal di Malaysia bulan Desember 1997, antara para
Pemimpin ASEAN dan 3 negara Asia Timur: China, Jepang, dan Republik Korea.
Munculnya kerjasama ASEAN Plus Three dipicu oleh adanya krisis ekonomi Asia
yang telah menimbulkan kesadaran akan pentingnya menggalang kerjasama
dengan negara-negara besar di wilayah Asia Timur.
ASEAN Plus Three kemudian dilembagakan melalui kesepakatan dalam Joint
Statement on East Asia Cooperation pada saat KTT ke-3 ASEAN`Plus Three di
Manila tahun 1999. ASEAN Plus Three menekankan komitmen untuk peningkatan
kerjasama dalam berbagai bidang, khususnya bidang ekonomi dan sosial
(kerjasama ekonomi, keuangan, sumber daya manusia, ptek, budaya, informasi,
pembangunan), dan bidang politik (termasuk isu-isu lintas batas negara).
Untuk memperkuat kerjasama ASEAN Plus Three telah dibentuk the East Asia
Vision Group (EAVG) dan the East Asia Study Group (EASG) tahun 2002. Pada
tahun 2001, EAVG, kelompok yang terdiri dari para intelektual dari negara-negara
ASEAN Plus Three, menghasilkan rekomendasi bagi kerjasama regional Asia Timur
di masa datang. Selanjutnya pada tahun 2002, EASG, terdiri dari para pejabat
pemerintah dan bertugas mengevaluasi rekomendasi EAVG, telah menghasilkan 17
rekomendasi jangka pendek, dan 9 rekomendasi jangka menengah-panjang sebagai
langkah konkret yang perlu mendapat prioritas.
Di bidang politik-keamanan, ASEAN Plus Three telah mengadakan berbagai
kerjasama untuk menghadapi ancaman terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya.
Dalam kaitan ini, sejak tahun 2003 telah diselenggarakan ASEAN SOM Plus Three
Consultation on Transnational Crime (SOMTC+3), yang diadakan di Ha Noi untuk
pertama kalinya.
Selain itu, diselenggarakan pula ASEAN Ministerial Meeting on Transnational
Crime Plus Three pertama di Bangkok, tanggal 10 Januari 200. Pada pertemuan
ini, para Menteri mengadopsi konsep untuk mengatasi kejahatan lintas batas negara
seperti terorisme, perdagangan obat terlarang (illicit drug trafficking), perdagangan
manusia (trafficking in persons), pembajakan di laut (sea piracy), penyelundupan
senjata (arms smuggling), pencucian uang (money laundering), kejahatan ekonomi
internasional (international economic crime), dan cyber crime
Kerjasama di bidang ekonomi diatur dalam Chiang Mai Intiative (CM) yang
terdiri dari Bilateral Swap Arrangements (BSAs) dan ASEAN Swap Arrangement
(ASA). Pada KTT ke-10 ASEAN Plus Three, para pemimpin ASEAN Plus Three
Deklarasi lain yang dihasilkan dalam pertemuan EAS pertama adalah East
Asia Summit Declaration on Avian Influenza Prevention, Control and Response yang
merupakan komitmen negara-negara peserta EAS untuk bekerjasama dalam
menghadapi ancaman pandemik avian influenza, serta langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk mengawasi serta menghadapinya.
KTT EAS ke-2 telah dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2007 di Cebu dan
membahas energy security sebagai fokus utama yang menghasilkan Deklarasi yang
ditandatangani oleh para Kepala Negara EAS. Pemimpin EAS mengadopsi Cebu
Declaration on East Asian Energy Security, yang bertujuan untuk mencapai sebagai
berikut:
a. Meningkatkan efisiensi dan kinerja penggunaan bahan bakar fosil yang ramah
lingkungan.
b. Mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar konvensional melalui
peningkatan efisiensi energi dan program-program konservasi, tenaga air,
perluasan sistem energi terbarukan, produksi dan penggunaan bio-fuel, dan
penggunaan tenaga nuklir untuk maksud damai.
c. Mendorong terciptanya suatu pasar regional dan internasional yang terbuka
dan kompetitif, yang bertujuan untuk menyediakan pasokan energi yang
terjangkau untuk semua kalangan masyarakat.
d. Mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kebijakan yang efektif, dengan
tujuan untuk berkontribusi mengurangi dampak perubahan iklim global.
e. Mendorong investasi di bidang sumber daya energi dan pembangunan
infrastruktur melalui peningkatan keterlibatan sektor swasta.
KTT ke-2 EAS juga menyambut baik berbagai proposal kerjasama di bidang
energy security, termasuk inisiatif empat pilar yang diajukan oleh Jepang yang
berjudul "Fueling Asia Japan's Cooperation Initiative for Clean Energy and
Sustainable Growth dan kesediaan Jepang untuk memberikan bantuan dana
energy-related ODA sebesar US$ 2 Milyar untuk tiga tahun ke depan.
Para Pemimpin juga sepakat untuk membentuk suatu EAS Energy
Cooperation Task Force, berdasarkan mekanisme sektoral di bidang energi yang
telah ada di ASEAN untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah diambil para
Pemimpin EAS mengenai energy security dan melaporkan rekomendasinya pada
KTT ke-3.
Pada EAS ke-3 di Singapura tanggal 21 November 2007, para pemimpin
secara khusus membicarakan masalah energy, environment, climate change and
sustainable development, dan telah menandatangani Singapore Declaration on
Climate Change, Energy, and the Environment yang menugaskan para menteri
terkaitnya untuk melakukan tindak lanjut atas diskusi tersebut.
Pertemuan Pertama EAS Energy Cooperation Task Force (EAS ECTF) telah
berlangsung di Singapura pada tanggal 1 Maret 2007 dan menyepakati Kerangka
Acuan (TOR) EAS ECTF, memulai kerjasama di bidang efisiensi dan konservasi
energi, integrasi pasar energi, serta penggunaan bio-fuel untuk transportasi dan
tujuan lainnya. Jepang akan mengkoordinasikan kerjasama di bidang efisiensi dan
Setelah ASEAN diberikan status Observer pada Desember 2006 yang dinilai
sebagai salah satu bentuk pengakuan PBB terhadap eksistensi ASEAN sebagai
salah satu organisasi regional, pada tahun 2007 kerjasama ASEAN-PBB
ditingkatkan melalui penandatanganan MoU on ASEAN-UN Cooperation MoU
tersebut merupakan perangkat kerjasama untuk membentuk kemitraan ASEAN-UN
yang meliputi kerjasama di bidang politik, ekonomi dan sosial-budaya, seperti
pertukaran informasi dan pengalaman, kerjasama dalam mengimplementasikan
program-program dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan regional dan
internasional serta mempercepat pencapaian MDGs.
Hubungan ASEAN dan PBB semakin kuat paska terjadinya bencana Cyclon
Nargis di Myamar. Pada tanggal 25 Mei 2008, ASEAN dan PBB mengadakan the
ASEAN and UN Chairmen of the Myanmar Cyclon Nargis Pledging Conference yang
dihadiri 51 negara, di Yangoon, Myanmar. Pelaksanaan dan pengawasan bantuan
kemanusiaan internasional bagi para korban bencana di Myanmar, dilakukan oleh
ASEAN-UN-Myanmar Tripartite Core Group yang dibentuk untuk segera
melaksanakan tugas-tugasnya.
ASEAN-MERCOSUR
Mercado Commun Del Sur/The South Common Market (MERCOSUR)
dibentuk pada tanggal 26 Maret 1991 oleh negara Amerika Latin yaitu Argentina,
Brazil, Paraguay, Uruguay dan Venezuela. Negara-negara pendiri MERCOSUR
menetapkan tanggal 1 Januari 1995 untuk berlakunya common market dan common
tariff
Kontak awal antara ASEAN dan MERCOSUR dimulai ketika para Menlu
ASEAN dan MERCOSUR mengadakan Informal Breakfast Meeting di sela-sela the
3rd Foreign Ministers' Meeting of the Forum for East Asia-Latin America Cooperation
(FEALAC) pada tanggal 22 Agustus 2007 di Brasilia, Brazil. Dalam pertemuan
tersebut, ASEAN-MERCOSUR sepakat untuk mencari cara-cara memperkuat ikatan
kerjasama kedua pihak.
Menindaklanjuti pertemuan tersebut, Sekjen MERCOSUR menyampaikan
undangan kepada Sekjen ASEAN untuk menghadiri Presidential Summit of
MERCOSUR pada tanggal 17-18 Desember 2007 di Montevideo, Uruguay.