Anda di halaman 1dari 4

BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)

PROSTAT
Anatomi Kelenjar Prostat
Prostat merupakan kelenjar yang mengelilingi bagian proksimal uretra laki-laki; merupakan
jaringan Iibromuskular, bentuk kerucut dengan panjang sekitar 2,5 cm dan berat normal 20 g
pada dewasa. Ia melintas dari basal ke apeks uretra dan menembus bagian posterior ductus
ejakulatorius dari vesica seminalis dan vas deIerens yang bertemu pada verumontanum
(seminal colliculus) di dasar uretra.
Kelenjar prostat mengeluarkan cairan melalui sekitar 12 ductus excretorius yang terbuka ke
dasar uretra di atas. Prostat dikelilingi oleh kapsula tipis, berasal dari stroma, yang kaya akan
jaringan otot, dan merupakan bagian dari otot uretra dan mekanisme spingter. Prostat juga
dikelilingi oleh pleksus venosus, terutama di bagian anterior dan lateral. Aliran lymphatic
dari prostat ke pembuluh limIe hipogastrik, sakral, obturator, dan iliaka eksternal.

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Tanda-tanda Essensial Untuk Menegakkan Diagnosis
Prostatism: nokturia, hesitansi, slow stream, terminal dribbling, Irekuensi.
Residual urin.
Acute urinary retention.
Uremia pada kasus yang telah lanjut.
Penyebab pembesaran BPH tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dngan Iaktor-
Iaktor hormonal. Dengan diketahuinya mekanisme membukanya vesical neck dan
memancarkan urin pada saat buang air kecil (BAK), BPH menyebabkan peningkatan
resistensi outIlow urin. Konsekuensinya, tekanan intravesicel yang lebih tinggi diperlukan
untuk bisa BAK, menyebabkan hipertropi vesica urinaria (VU) dan musculus trigonum. Hal
ini menyebabkan terbentuknya divertikel pada VUyaitu pembentukan kantung keluar dari
mukosa VU di antara otot-otot detrussor. Hipertropi trigonum menyebabkan stres intravesicel
ureter, sehingga menghasilkan obstruksi Iungsional dan menyebabkan hydroureteronephrosis
pada kasus yang telah lanjut. Stagnasi urin dapat menyebabkan inIeksi; onset dari sistitis akan
mencetuskan gangguan-gangguan obstruksi. Pembesaran prostat periuretra dan subtrigonal
paling sering menyebabkan obstruksi yang signiIikan.
Clinical Findings
A. Symptomps
Gejala BPH secara klasik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu meliputi gejala
prostatism; hesitensi (susah keluar kencing pada awal BAK), slow stream (ketika urin keluar
pancarannya lemah), terminal dribbling (ketika akhir kencing, urin menetes sedikit-sedikit),
dan perasaan tidak puas setelah BAK. BAK juga dapat menjadi lebih sering terutama pada
malam hari.
Riwayat perjalanan penyakit yang detail harus diIokuskan pada saluran kencing untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala yang bukan berasal dari
prostat, seperti urinary tract inIection (UTI), neurogenik bladder, striktur uretra, atau kanker
prostat.
B. Signs
Pemeriksaan Iisik umum dan rectal touche (RT), dan pemeriksaan neurologis harus dilakukan
pada semua pasien. Ukuran dan konsistensi prostat harus diperhatikan, ukuran prostat
ditentukan dengan RT tetapi tidak berkaitan dengan keparahan atau derajat obstruksi. Jika
massa yang keras (Indurasi) terdeteksi, maka harus menjadi peringatan akan kemungkinan
kanker dan memerlukan evaluasi lebih lanjut, (misalnya dengan pemeriksaan kadar prostate-
speciIic antigen |PSA| serum, transrectal ultrasound, dan biopsi).
aboratory Findings
Urinalisa dapat memberikan bukti adanya inIeksi. Residual urin biasanya meningkat (~ 50
cc), dan waktu laju aliran urin akan menurun ( 10 ng/m, kanker harus dicurigai (normal 4
ng/m). Serum alkaline phosphatase biasanya meningkat jika tumor telah menyebar ke
tulang.
Prostatitis akut dapat menyebabkan gejal-gejala obstruksi, tetapi pasien biasanya mengalami
inIeksi saluran kemih (ISK) atau bisa dalam sepsis. Prostat terasa nyeri terutama dengan
penekanan meskipun secara halus.
Striktur uretra mengurangi kaliber pancaran urin. Biasanya terdapat riwayat gonorrhea atau
trauma lokal. Retrograde urethrogram akan menunjukkan area stenosis. Striktur juga dapat
menghambat pasase kateter.
Komplikasi
Obstruksi dan residual urin menyebabkan inIeksi pada VU dan prostat dan kadang-kadang
menyebabkan pyelonephritis; ini mungkin sulit untuk dihilangkan.
Obstruksi juga dapat menyebabkan terjadinya divertkel VU. InIeksi residual urin berperan
terhadap pembentukan batu (calculi).
Obstruksi Iungsional pada intravesical ureter, disebabkan oleh hipertropi trigonum, dapat
menyebabkan hydroureteronephrosis.
Penatalaksanaan
Indikasi managemen operasi adalah penurunan Iungsi ginjal dan gejala-gejala lain yang
mengganggu kehidupan sehari-hari. Karena derajat obstruksi berjalan dengan lambat pada
kebanyakan pasien, terapi konservatiI dapat juga adekuat. Obat-obatan yang merelaksasi
kapsul prostat dan spinter internal (u-adrenergic blocking agent) atau yang menurunkan
volume prostat (5 u-reductase inhibitor atau antiadrogen) telah dicoba dengan tingkat
keberhasilan yang cukup tinggi.
Pertimbangan terapi konservatiI
Penatalaksanaan prostatitis kronik adalah untuk mengurangi gejala. Resolusi dari komplikasi
sistitis biasanya akan dapat tercapai. Dalam rangka melindungi tonus vesikal, pasien
sebaiknya diperingatkan agar segera BAK ketika terjadi urgensi. Memaksa cairan urin keluar
dalam waktu yang pendek menyebabkan pengisian VU yang cepat, dan menurunkan tonus
vesikal; ini adalah penyebab umum dari retensi urin akut dan oleh sebab itu harus dihindari.
Pasien-pasien dengan gejala obstruksi urin sebaiknya menghindari pemakaian obat Ilu
termasuk antihistamin, karena juga dapat menyebabkan retensi urin. Terapi konservatiI ini
hanya sementara menolong.
Kateterisasi diharuskan untuk retensi urin akut. BAK spontan dapat kembali normal, tetapi
kateter sebaiknya dibiarkan terpasang selam 3 hari sementara tonus detrusor kembali normal.
Jika ini gagal, terapi konservatiI atau operatiI diindikasikan.
Pertimbangan operatiI
Terdapat empat pendekatan klasik yang digunakan dalam prostatectomy: transurethral,
retropubic, suprapubic, dan perineal. Transurethral dipilih pada pasien dengan berat prostat di
bawah 50 g karena morbiditas lebih rendah dan perawatan di RS lebih singkat. Prostat yang
lebih besar memerlukan tindakan bedah terbuka, tergantung dengan pilihan dan pengalaman
dari urologist. Angka kematian rendah dalam masing-masing prosedur (12). Potensi risiko
tertinggi jika pendekatan transperineal digunakan, tetapi impotensi kadang-kadang terjadi
setelah reseksi prostat transuretra.
Pendekatan alternative dalam penatalaksanaan BPH adalah transurethral incision oI the
prostate (TUIP). Prosedur ini terdiri dari insisi prostat pada leher VU ke atas verumontanum,
sehingga memungkinkan ekspansi seluruh uretra prostat. Terutama eIektiI ketika titik primer
obstruksi disebabkan di "median bar" atau bibir leher VU letak tinggi posterior.
Terapi alternatiI lainnya yang kini sedang berkembang adalah teknik minimally invasive
seperti transurethral vaporization, laser prostatectomy, transurethral microwave
thermotherapy, transurethral needle ablation, dan high intensity Iocused ultrasound ablation
oI the prostate.
Prognosis
Kebanyakan pasien dengan gejala yang khas BPH dapat mengalami perbaikan dan
peningkatan Iungsi kemih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams. Urology. Doherty, Way. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 12th
edition. USA : McGrow-Hill. 2006
2. Kim Hyung. Urology. Brunicardi. Schwartz Principles oI Surgery. 8th edition. USA :
McGrow-Hill. 2004
3. Roehrborn, Mcconnell. Benign Prostatic Hyperplasia. Wein. Campbell-Walsh Urology. 9th
edition. Philadelphia : Saunders. 2007

Anda mungkin juga menyukai