Anda di halaman 1dari 1

I.

PENDAHULUAN
Aflatoksin adalah senyawa racun yang dihasilkan oleh metabolit sekunder
kapang Aspergillus flavus dan A.parasiticus toksin yang berasal dari fungi) yang dikenal
mematikan dan karsinogenik bagi manusia dan hewan. Kapang ini biasanya ditemukan
pada bahan pangan/pakan yang mengalami proses pelapukan antara lain jagung
Spesies penghasilnya adalah segolongan fungi (jenis kapang) dari genus Aspergillus.
Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh kondisi lingkungan dan iklim, seperti
kelembapan, suhu, dan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti itu biasanya ditemui di
negara tropis seperti ndonesia. Toksin ini memiliki paling tidak 13 varian, yang
terpenting adalah B
1
, B
2
, G
1
, G
2
, M
1
, dan M
2
. Aflatoksin B
1
dihasilkan oleh kedua
spesies, sementara G
1
dan G
2
hanya dihasilkan oleh A. parasiticus. namun yang paling
dominan dan mempunyai sifat racun yang tinggi dan berbahaya adalah aflatoksin B1.
Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah, jagung, dan hasil olahannya. Spesies hewan
yang paling rentan adalah bebek dan kelinci, sedangkan kuda dan sapi dan hewan
laboratorium diketahui kurang sensitive.
Aflatoxin memiliki efek kerugian pada sistem kekebalan tubuh. Studi histokimia,
dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan fungsional dan pematangan
sistem kekebalan tubuh. Alpha-Naphtyl Acetate Esterase (ANAE) adalah enzim
lisosomal leukosit mononuklear. ANAE memainkan peran penting dalam endositosis
antigen, degradasi antigen dan efek sitotoksik dari sel-T. Enzim ANAE telah banyak
digunakan untuk membedakan lymposit T dan lymposit B pada manusia anjing dan
tikus.
Aflatoksin B1, senyawa yang paling toksik, berpotensi merangsang kanker,
terutama kanker hati. Serangan toksin yang paling ringan adalah lecet (iritasi) ringan
akibat kematian jaringan (nekrosis). Pemaparan pada kadar tinggi dapat menyebabkan
sirosis, karsinoma pada hati, serta gangguan pencernaan, penyerapan bahan
makanan, dan metabolisme nutrien. Toksin ini di hati akan direaksi menjadi epoksida
yang sangat reaktif terhadap senyawa-senyawa di dalam sel. Efek karsinogenik terjadi
karena basa N guanin pada DNA akan diikat dan mengganggu kerja gen.
Oksidasi hepatik Fungsi campuran Mikrosomal (MFO) sistem enzim yang
mengkonversi terutama AFB1 menjadi AFB1-8,9 yang merupakan metabolit yang paling
beracun dari AFB1. Karena metabolit ini mengikat DNA membentuk DNA adduct AFB-1
yang dianggap bertanggung jawab untuk efek karsinogenikny dan memiliki efek
merugikan pada sistem kekebalan tubuh. Adisi AFB1-DNA menghambat sintesis RNA
menyebabkan penghambatan sintsis protein seperti enzim dan antibodi. AFB1 dosis
rendah mempengaruhi imunitas seluler dan dosis yang lebih tinggi mempengaruhi
imunitas humoral. Penekanan aktifitas fagositik makrofag dan penurunan limfosit-T
menghasilkan penurunan serius imunitas seluler, sedangkan kerusakan hati
bertanggung jawab atas kekurangan imunitas humoral.

Anda mungkin juga menyukai