Anda di halaman 1dari 14

LATAR BELAKANG

Tahun 1817, jauh sebelum terjadi peningkatan kejadian moluskum kontagiosum,Bateman


pertama kali menjelaskan cairan seperti susu yang bisa didapatkan dari lesikarakteristik.
Henderson dan Paterson, 2 peneliti yang mempelajari moluskum kontagiosum selama 25 tahun,
menggambarkan cairan seperti susu berasal dari jaringan selular. Baru kemudian kedua peneliti
ini menyadari bahwa mereka telah menemukan tanda badan inklusiintracytoplasmic, yang
kemudian dinamakan badan Henderson-Paterson (badan moluskum)
Moluskum kontagiosum. Otoritas tertentu percaya bahwa papula menyebabkan
pembesaarankelenjar sebasea, sementara yaPATOFISIOLOGIng lain mendalilkan bahwa
inIestasi parasit menyebabkan lesi.
!ATOFISIOLOGI
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA,
menyebabkan penyakit kulit moluskum kontagiosum. Restriksi endonuklease menjelaskan 4
subtipe virus:virus moluskum kontagiosum subtipe I, II, III, dan IV. Semua subtipe
diklasiIikasikansebagai anggota dari genus Orthopoxvirus atau sebagai poxvirus yang tidak spesiIik.
KetikainIeksi pada manusia terjadi, keratinosit epidermis yang diserang. Replikasi virus
terjadidalam sitoplasma sel yang terinIeksi, menghasilkan karakteristik badan inklusi
sitoplasma.Histologi, badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum granulosum
danlapisan stratum korneum pada epidermis. HiperproliIerasi epidermis juga terjadi karenaterjadi
peningkatan dua kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal epidermis.
Virus moluskum kontagiosum menyebabkan 3 pola penyakit berbeda dalam 3 populasi pasien yang
berbeda yaitu anak-anak, orang dewasa yang imunokompeten, dan pasien dengan imunokompremais
(anak-anak atau orang dewasa). Anak-anak tertular virusmoluskum kontagiosum dapat melalui kontak
langsung kulit dengan kulit atau kontak tidak langsung kulit dengan benda yang terkontaminasi
seperti peralatan olahraga dan pemandianumum. Lesi biasanya terjadi di dada, lengan, badan,
kaki, dan wajah. Pada orang dewasa,moluskum kontagiosum dianggap sebagai penyakit menular seksual
(PMS). Pada hampir semua kasus yang mengenai orang dewasa sehat, pasien menunjukan beberapa lesi, yang
terbatas pada perineum, genital, perut bagian bawah, atau pantat. Umumnya, pada
populasiimunokompeten, moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh
8

sendiri.Pasien yang terinIeksi dengan human immunodeIiciency virus (HIV) atau pasien
yangkekebalannya menurun perjalanan penyakitnya lebih lama dengan lesi lebih luas dan
atipikal.Pada pasien terinIeksi HIV, lesi umumnya terdistribusi secara lebih luas, sering terjadi
padawajah, dan mungkin timbul dalam jumlah ratusan.
E!IDEMIOLOGI
Insiden moluskum kontagiosum naik pada tahun 1960-1980. Penyakit ini kurang umum dibandingkan
PMS lain, terjadi pada sekitar 1 dari populasi umum. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada
tahun 1984 di Klinik urologi Amerika Utara, Margolis dariPusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
melaporkan1 kasus moluskum kontagiosumterjadi untuk setiap 42-60 kasus inIeksi gonore
Tingkat prevalensi dalam populasi terinIeksi HIV dilaporkan 5-18. Pada pasien yang
terinIeksi HIV dan yang memiliki jumlah CD4 kurang dari 100 sel / uL, prevalensimoluskum
kontagiosum dilaporkan setinggi 33.
MORTALITAS / MORBIDITAS
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri pada orang yangimunokompeten,
tanpa ada komplikasi jangka panjang atau sequelae. Sebaliknya, pada pasien yang terinIeksi HIV, inIeksi
moluskum kontagiosum dapat mengakibatkan deIormitaskosmetik yang mencolok dan memiliki eIek merugikan
yang signiIikan pada psikologis.Meskipun superinIeksi dan selulitis telah dilaporkan terjadi pada penderita HIV
yangterinIeksi moluskum kontagiosum, tetap tidak ada kematian yang dapat dikaitkan langsungdengan virus
moluskum kontagiosum.
RAS
Tidak ada predileksi rasial.
1ENIS KELAMIN
Insiden pada pria dilaporkan lebih besar daripada pada wanita


9

&M&R
Moluskum kontagiosum dapat terjadi pada semua kelompok umur tapi paling umumterjadi pada anak-
anak dan orang dewasa yang aktiI secara seksual. Moluskum kontagiosum bisa terjadi pada setiap usia pada pasien
dengan imunokompremais.
RIWAYAT KLINIS
a) Anak : Orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan anak-anak lain yang terinIeksimoluskum
kontagiosum di sekolah, asrama, atau Iasilitas rekreasi publik (misalnya,tempat olahraga, kolam renang).
b) Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang terinIeksi tanpa
adanyaimunokompremais biasanya aktiI secara seksual dan tidak mengetahui
bahwa pasangan mereka terinIeksi.
c) Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko inIeksi.
d) Frekuensi hubungan seks tanpa kondom juga meningkatkan risiko penularan.
e) Pasien yang terinIeksi HIV. Pasien umumnya memiliki jumlah CD4 rendah, dan tingkat
keparahan inIeksi berbanding terbalik dengan jumlah CD4 pasien. Pasien yangkurang
patuh atau tidak patuh dengan terapi antiretroviral (ART) untuk pengobatanHIV
meningkatan risiko terinIeksi moluskum kontagiosum, sama seperti orang yangmemiliki banyak
pasangan seksual.
I) Lain lain
O
Sebuah laporan baru-baru ini merincikan adanya erupsi moluskum kontagiosum
pada pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal.

O
Laporan kasus lain, inIeksi moluskum kontagiosum di daerah yang diobatidengan
tacrolimus 0,1 (Protopic).


!EMERIKSAAN FISIK
a) Lesi individu biasanya diskrit, seperti lilin, merah, berbentuk kubah, papul-papulumbilikasi dengan
permukaan halus. Lesi bisa sedikit atau banyak, tergantung padastatus imunologi dari host. Pada semua
pasien, lesi umumnya tanpa gejala, tapi pruritus dan / atau reaksi eksematosa perilesional bisa terjadi.
b) Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat lesi biasanya 1-2 mm diameter dan jumlah kurang dari 20.
10

c) Pada anak-anak, lesi umumnya didistribusikan pada badan, lengan, kaki, wajah
d) Pada orang dewasa imunokompeten, lesi biasanya ditemukan pada genitalia, perut bagian bawah, paha
atas bagian dalam, dan / atau pantat
e) Durasi rata-rata dari lesi yang tidak diobati adalah 6-9 bulan tetapi bisa juga sampaiselama 5 tahun.
I) Individu yang HIV positiI
O InIeksi moluskum kontagiosum umumnya lebih parah pada pasien denganHIV. Lesi dapat
timbul dalam jumlah ratusan dan umumnya berdiameter lebih besar (bisa~ 2 cm), bentuk lebih
tidak teratur dan konIluen
O Selain pada lipat paha, lesi sering ditemukan pada wajah. Durasi lesi yangtidak diobati 5 tahun
atau lebih karena pada penderita ini tidak tejadi penyembuhan sendiri, akibat dari adanya
imunokompresi.
g) Pada kedua individu baik imunokompeten dan imunokompromise, moluskumkontagiosum jarang
ditemukan di mukosa oral dan konjungtiva



11


12


13




14

ETIOLOGI
Faktor risiko meliputi
a) Anak-anak, adanya kontak langsung kulit ke kulit dengan anak yang terkena atau berbagi
menggunakan peralatan (misalnya, peralatan di tempat olahraga)
b) Dewasa imunokompeten - Terutama terjadi karena kontak seksual dengan pasanganyang
terkena.
c) Pasien imunokompresi - kontak seksual dengan pasangan yang terkena, serta non-seksual
kontak kulit-ke-kulit dengan seorang individu yang terkena
d) Penggunaan imunosupresi penggunaan topikal obat imunosupresan (tacrolimus)dapat
menyebabkan erupsi yang lebih hebat pada daerah yang diberi obat
!ENATALAKSANAAN
Laboratorium
Pertimbangkan tes inIeksi HIV pada pasien dengan lesi di wajah.
Prosedur
a) Biopsi kulit: biopsi dari lesi dapat dikerjakan untuk mengkonIirmasikan
diagnosismoluskum kontagiosum secara histologis.
b) Preparat Squash (pemeriksaan mikroskopis dari eksudat selular)Bahan selular yang
terkandung di tengah umbilikasi diekstraksi secara manual,diratakan diantara 2 slide
mikroskop, dan diwarnai.
c) Pemeriksaan mikroskopis pada preparat ini menunjukkan inklusi badan
moluskumintrasitoplasma (badan Henderson-Paterson)
TEM&AN HISTOLOGIS
Prototipikal hematoxylin dan eosin (H&E) mewarnai potongan histologis
moluskumkontagiosum menunjukkan gambaran lekukan berbentuk cangkir pada epidermis
sampaikedalam dermis (seperti terlihat pada gambar di bawah)

13


potongan bagian bawah, terlihat sebuah lesi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran
klasik berbentuk cangkir, invaginasi dari epidermis ke dalam dermis. Badan Henderson-Paterson diidentiIikasi
dan berwarna ungu-merah dalam gambar ini
Dalam wilayah indentasi, epidermis tampak menebal (acanthosis) dibandingkandengan kulit
sekitarnya yang tidak terinIeksi, dan lapisan sel epitel tidak berinti (corniIied) biasanya sudah
hancur. Fitur yang khas adalah inoklusi badan moluskum intrasitoplasma,eosinoIilik, inklusi granular ke
dalam lapisan keratinosit basal, keras, dan lapisan granular epidermis (seperti terlihat pada
gambar di bawah).
16


Potongan media pada lesi moluskum kontagiosum. Pada pembesaran terlihat lebih jelas badan
moluskum intrasitoplasmik (pewarnaan ungu-merah muda) dalam keratinosit
Inklusi ini, yang disebut badan moluskum atau badan Henderson-Paterson, berukurandiameter 35
um dan menggeser nukleus ke pinggiran sel. studi ultrastructural telahmenunjukkan bahwa badan moluskum
tebungkus kantung dengan membran yang banyak mengandung virion moluskum kontagiosum.
Dermis sekitarnya relatiI tampak normal
Dalam kasus nonprototypical, terjadi ruptur badan moluskum intradermal, terdapatinIiltrat
inIlamasi terdiri dari limIosit, histiosit, dan kadang terdapat benda asing-jenis giantsel
1

multinuklear dapat ditemukan. OsiIikasi metaplastic dapat terjadi tapi jarang. Yang paling besar,
inIitrat inIlamasi dermal akan terlihat seperti limIoma kulit (pseudolymphoma)
!ENATALAKSANAAN
Moluskum kontagiosum biasanya dapat sembuh sendiri, dan lesi umumnya sembuhtanpa
timbul jaringan parut. Intervensi dapat dindikasikan jika lesi tidak dapat sembuhsendiri.
Modalitas terapi meliputi aplikasi topikal dari berbagai obat-obatan, terapi radiasi,dan / atau
pembedahan. Setiap teknik memungkinkan timbulnya jaringan parut atau perubahan warna
pigmen postinIlamasi. Seringkali, sesi perawatan multiple diperlukankarena kekambuhan lesi
yang sudah diobati dan / atau munculnya lesi baru melaluiautoinokulasi. ManIaat terapi harus
lebih banyak daripada risiko.
Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) telah menyetujui tidak ada agentopikal atau
intralesi khusus untuk pengobatan moluskum kontagiosum
Terapi topikal: keberhasilan klinis telah dilaporkan dengan penggunaan agen topikal berikut, yang dapat
bertindak sebagai bahan iritan, yang merangsang respon imunologi
a) Krim Imiquimod merupakan pengubah respon kekebalan disetujui untuk mengobatilesi
genitalia eksternal dan perianal pada orang dewasa. Telah dilaporkan eIektiI dalam
pengobatan kontagiosum moluskum. Imiquimod krim dapat digunakan bersama dengan
Cantharidin.
b) Beberapa studi melaporkan bahwa Cantharidin, chemovesicant, eIektiI dalammengobati
moluskum kontagiosum. Untuk menguji respon pasien terhadap terapiyaitu dengan
mengobati beberapa lesi pada kunjungan awal. Cantharidin dapatdigunakan dalam
kombinasi dengan Imiquimod.
c) Tretinoin dilaporkan telah berhasil dalam pengobatan lesi moluskum kontagiosumkecil.
Tretinoin, Cantharidin, dan Imiquimod diberikan kepada pasien denganinstruksi aplikasi
dan Iollow up selama pengobatan dilakukan.
d) Asam bichloracetic, asam trikloroasetat, asam salisilat, asam laktat, asam glikolat,
dansilver nitrat juga telah digunakan, namun dokter harus mengaplikasikannya sendirikepada pasien.
e) Topikal podophyllotoxin krim 0,5 sendiri diberikan dua kali sehari selama 3 minggu
telah dilaporkan eIektiI dalam satu penelitian plasebo-terkontrol, double-blind study.
18

I) Laporan menyatakan bahwa interIeron alIa subkutan (IFN-alIa) diaplikasikan


intralesi berguna pada anak-anak dengan imunokompremais.
g) Sebuah laporan kasus baru-baru ini mencatat eIektivitas sidoIovir topikal
dalam pengobatan moluskum yang tersebar luas pada penderita dengan penurunan
kekebalantubuh..SidoIovir diIosIat dilaporkan dapat menghambat aktivitas virus
moluskumkontagiosum DNA polymerase.

NON MEDIKAMENTOSA
a) Kuret: lesi individual dapat dihilangkan dengan hand-held kuret, dengan
sedikitketidaknyamanan. Kuret dikombinasikan dengan penerapan bahan iritan topical
b) Cryosurgery: aplikasikan nitrogen cair selama 10-15 detik per lesi. Terapi cairannitrogen
dapat menyebabkan rasa sakit dan dapat mengakibatkan kulit lecet, melepuh.
Depigmentasi sementara dan permanen terjadi pada individu yang berkulit gelap
c) Electrodesiccation dapat digunakan untuk lesi yang tidak membaik dengan kuretaseatau
cryosurgery. Teknik menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien; pertimbangkan
penggunaan anestesi lokal. Berhati-hati pada pasien dengan alat pacu jantung.
d) Pulse dye laser telah digunakan dan menunjukan keberhasilan pada beberapa kasus.
e) Intense Pulsed Light (IPL) juga digunakan bersama dengan pengaplikasian asam 5-
aminolevulinic dan berhasil pada 6 kasus
I) Electron-beam therapy. Suatu penelitian oleh Michael J. Scolaro, Patricia
Gordon,menyimpulkan perbaikan yang signiIikan pada pasien HIV yang terinIeksi
moluskumkontagiosum, setelah di Iollow up selama 24 bulan tidak ditemukan adanya
kekambuhan dari pasien HIV

MEDIKAMENTOSA
Obat topikal biasanya adalah kategori pertama yang digunakan dalam
mengobati penyakit aktiI. Gunakan asam dan terapi intralesi ketika terapi topikal gagal.




19

!ENCEGAHAN
a) Menghentikan semua penggunaan obat penekan imun topikal (misalnya, tacrolimus)
b) Tidak memakai peralatan secara bergantian.
c) Menghindari kontak langsung dengan penderita moluskum kontagiosum



























20

REFERENSI
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007. hal. 114-115
2. Moluscum Contagiosum. Available at http://emedicine.medscape.com/article/221901-
clinical. 2011
3. Moluscum Contagiosum. Available http://www.scribd.com/doc/55908169/MOLUSKUM-
KONTAGIOSUM
4. Basal Cell Carcinoma. Available athttp://emedicine.medscape.com/article/276624-clinical.2011
5. Hutapea, NJ: Diagnosis dan penatalaksanaan inIeksi HPV; dalam:daily, SF.; judonarso, j;zubier, F.:Bramono,
K,;Sugito,;TL dan djakusuma, TS,; Standarisasi dan diagnosis penatalaksanaan beberapa penyakit menular seksual,
hal. 19-35 (FKUI, Jakarta 1990)

Anda mungkin juga menyukai