Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu, sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih tinggi di Indonesia dan jauh berada diatas Angka Kematian Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu. Angka kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan antenatal dan obstetrik (Depkes, 2004). Pelaksanaan ANC (ANC) di fasilitas kesehatan upaya untuk membantu menurunkan tingkat kematian ibu dan angka kematian balita sesuai dengan MDGs (Milineum Develpoment Goals) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. AKI di Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup. ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Salah satu

pelayanan antenatal merupakan bagian dari program

Kesehatan Ibu dan

Anak yang pada dasarnya tersedia bagi semua ibu hamil, dengan biaya yang relatif murah. ANC melalui pendekatan partisipasi masyarakat, program Kesehatan Ibu dan Anak, berupaya untuk mengubah sikap dan praktek masyarakat kearah keamanan persalinan, meningkatkan pembinaan dukun bayi, memperbaiki prosedur rujukan kehamilan resiko tinggi, menganjurkan pemberian Air Susu Ibu sampai dengan dua tahun atau minimum enam bulan (Hadisantoso, 2002). Jika dikaji lebih mendalam bahwa proses kematian ibu mempunyai perjalanan yang panjang sehingga pencegahan dapat dilakukan sejak melakukan ANC (pemeriksaan kehamilan). Pemeriksaan kehamilan dapat melalui pendidikan berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, menyusui dan kembalinya kesehatan alat reproduksi, serta menyampaikan pentingnya interval kehamilan berikutnya sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang diharapkan. Tujuannya ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 2002). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada tahun 2002 / 2003 untuk Propinsi Jawa Tengah diketahui AKI sebesar 121 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 8,29 per 1000 kelahiran hidup. Secara nasional cakupan K1 (kunjungan pertama kali) ke fasilitas kesehatan adalah 84,54% sedang cakupan K4 adalah 64,06% ini berarti masih

terdapat 15,46% ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan ANC di Indonesia masih kurang (Depkes, 2004) Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku. Faktorfaktor penyebab ibu hamil kurang/ belum pernah memanfaatkan pelayanan ANC di sarana pelayanan karena faktorfaktor predisposisi (predisposing factors) atau faktor-faktor pemungkin (enabling factors) atau faktor-faktor penguat (reinforcing factors) atau gabungan faktor satu dengan yang lain. Faktorfaktor predisposisi (predisposing factors) meliputi jarak fisik lokasi, biaya ANC, fasilitas pelayanan ANC, dan waktu tunggu. Faktor-faktor

pemungkin (enabling factors) meliputi

pendidikan ibu hamil, paritas,

pendidikan suami, sikap ibu hamil, umur ibu hamil, pekerjaan ibu hamil, pendapatan, dan pengetahuan. faktor-faktor penguat (reinforcing factors) meliputi perilaku petugas ANC, sikap petugas pelayanan ANC, dan sikap tokoh masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Berdasarkan penelitian Ningsih (2006), di Puskesmas Purwodadi I Kabupaten diperoleh hasil ibu hamil dengan pengetahuan kurang sebanyak 26 (76,5%), ibu hamil dengan tingkat pendidikan dasar atau rendah sebanyak 21 (61,8%), ibu hamil dengan pelaksanaan ANC kurang baik sebanyak 24 (70,6%). Hasil analisa

data menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pelaksanaan ANC. Faktor lain yang mempengaruhi pemeriksaan ANC adalah paritas. Paritas adalah keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup, lahir mati, maupun abortus sampai saat hamil terakhir. Berdasarkan penelitian Siswosuharjo (2004) yang menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi keputusan ibu hamil memilih pelayanan ANC di poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang, diperoleh hasil salah satu faktor yang mempengaruhi adalah paritas. Hal ini ditunjukan dengan adanya hubungan antara paritas dengan dengan keputusan ibu hamil memilih pelayanan ANC (p = 0,000). Tingkat pendapatan keluarga secara tidak langsung dapat

menyebabkan timbulnya faktor risiko terhadap kelangsungan hidup ibu dan bayi yang baru lahir. Biasanya golongan masyarakat seperti ini sulit terjangkau oleh pelayanan maupun informasi kesehatan. Demikian pula halnya dengan tingkat kemandirian dan partisipasi dalam menyelenggarakan upaya pembinaan kesehatan perinatal masih belum memuaskan, yang umumnya terjadi pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah (Siswosuharjo, 2004). Pendidikan juga mempengaruhi pelaksanaan ANC. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Penelitian

Handayani (2008) di Kelurahan Kebonharjo Kecamatan Tanjungmas Kota Semarang menunjukan ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan ANC Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengelolaan program Kesehatan Ibu dan Anak perlu lebih terarah agar dapat menjangkau semua ibu serta mampu menangani mereka yang ditemukan beresiko tinggi secara memadai. Untuk itu, perlu dipantau secara terus menerus besarnya cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di suatu wilayah (puskesmas atau kecamatan). Pelayanan ANC di Kota Semarang dapat dilihat dari cakupan

pelayanan K1 dan K4. Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 Kota Semarang pada tahun 2006 sebesar 12.791 (92,37%) dari seluruh ibu hamil sebanyak 13.844 orang. Pada tahun 2007 hasil cakupan K4-nya sebesar 13.026 (93%) dari 13.946 ibu hamil serta pada tahun 2008 sebesar 13.218 (94,3%) dari 14.016 ibu hamil. Sedangkan target cakupan kunjungan ibu hamil K4 target tahun 2010 sebesar 95,00% (Profil Kota Semarang, 2008). Jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu

Semarang pada tahun 2009 sebanyak 564 orang, sebanyak 256 orang (45,39%) yang melakukan ANC K1, dan 352 (62,41% yang melakukan K4. Di wilayah ini terdapat bidan yang memberikan pelayanan ANC kepada ibu hamil, namun ibu belum memanfaatkan sepenuhnya dalam pelaksanaan ANC. Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi

kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan peneliti sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan umur ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. b. Mendiskripsikan paritas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. c. Mendiskripsikan tingkat pendapatan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. d. Mendiskripsikan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

e.

Mendiskripsikan kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

f.

Menganalisis hubungan umur dengan kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.

g.

Menganalisis hubungan antara paritas dengan kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu

h.

Menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan dengan kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.

i.

Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Puskesmas Kedungmundu sebagai masukan evaluasi program mengenai pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal terutama dalam hal kunjungan. 2. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas kesehatan tentang kualitas pelayanan antenatal yang dapat menurunkan AKI, AKB dan meningkatkan kunjungan masyarakat untuk ANC.

3.

Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil untuk mau meningkatkan cakupan pelayanan antenatal.

4.

Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkini tentang faktor pengetahuan, paritas, pendapatan, dan pendidikan terhadap pelaksanaan ANC di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.

E. Bidang Ilmu Bidang Ilmu penelitian ini adalah bidang ilmu keperawatan dan kesehatan yang berhubungan dengan maternitas.

Anda mungkin juga menyukai