Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan). Al-Kindi (801 - 873 M) : "Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran".Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut "secara mendasar" karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari ("obyek material"), yaitu "manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam. Karl Popper (1902-?) menulis "semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga, karena hidup itu akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka hidup adalah tanpa harga; bahwa bahaya yang selalu hadir yang membuat kita dapat kehilangan hidup sekurangkuran gnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai dari hidup". Mengingat berfilsafat adalah berfikir tentang hidup, dan "berfikir" = "to think" (Inggeris) = "denken" (Jerman), maka menurut Heidegger (1889-1976 ), dalam "berfikir" sebenarnya kita "berterimakasih" = "to thank" (Inggeris) = "danken" (Jerman) kepada Sang Pemberi hidup atas segala anugerah kehidupan yang diberikan kepada kita.Menarik juga untuk dicatat bahwa kata "hikmat" bahasa Inggerisnya adalah "wisdom", dengan akar kata "wise" atau "wissen" (bahasa Jerman) yang artinya

mengetahui. Dalam bahasa Norwegia itulah "viten", yang memiliki akar sama dengan kata bahasa Sansekerta "vidya" yang diindonesiakan menjadi "widya". Kata itu dekat dengan kata "widi" dalam "Hyang Widi" = Tuhan. Kata "vidya" pun dekat dengan kata Yunani "idea", yang dilontarkan pertama kali oleh Socrates/Plato dan digali terus-menerus oleh para filsuf sepanjang segala abad. Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahere menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat:Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir, akal dan budi kita melepaskan diri dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu materi yang dapat dirasakan (hyle aistete). Dari hal-hal yang partikular dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari ciri-ciri individual. Akal budi manusia, bersama materi yang abstrak itu, menghasilan ilmu pengetahuan yang disebut fisika (physos = alam).Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti (hyle noete). Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut matesis (matematika mathesis = pengetahuan, ilmu).Aras abstraksi ketiga - teologi atau filsafat pertama. Kita dapat meng-"abstrahere" dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles disebut teologi atau filsafat pertama. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini datang sesudah fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika. Secara singkat, filsafat mencakup segalanya. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan; disebut sebelum karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian dari filsafat dan disebut sesudah karena ilmu pengetahuan khusus pasti menghadapi pertanyaan tentang batas-batas dari kekhususannya.

B. Rumusan Masalah Makalah ini disusun dengan mengacu kepada referensi-referensi yang ada, dengan susunan isi makalah antara lain : a) Filsafat Barat Abad Pertengahan b) Masa Patristik c) Ma sa S ko last ik d) Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles

C. Tujuan Sehubungan dengan tugas mata kuliah Filsafat Umum, kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul Filsafat Barat Abad Pertengahan, Masa Patristik dan Skolastik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat Barat Abad Pertengahan Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang mencipta masa keemasan kesusastraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan agama Kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen. Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Kekuatan pengaruh Antara filsafat Yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang. Apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen relatif masih baru keberadaannya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan pertama, bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber

kebijaksanaan yang sempurna dan sejati. Anggapan kedua, bahwa walaupun orangorang telah mengenal agama baru, tetapi juga mengenal filsafat Yunani yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Dengan demikian, di benua Eropa filsafat Yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru, suatu formulasi baru, pohon filsafat masih yang lama (dari Yunani), tetapi tunas yang baru (karena pengaruh agama Kristen) memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan yang rindang. Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 - 1492) juga dapat dikatakan sebagai "abad gelap". Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah: y y y Cara berfilsafatnya clipimpin oleh gereja; Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles; Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk

membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri. Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir. B. Masa Patristik Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.

Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama. Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan. Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para

pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.  Justinus Martir Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah "orangorang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya". Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama barn karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan  Klemens (150 - 215) Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut: y memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk

mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani y memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani y bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan secara mendalam.

 Tertullianus (160 - 222) Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran. filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan suclahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, ticlak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan bare.

Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.

Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan ticlak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.

 Augustinus (354 - 430) Sejak muclanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.

Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang

yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir clan seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).

Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.

Akhirnya,

ajaran

Augustinus

berhasil

menguasai

sepuluh

abad,

dan

mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.

C. M a sa S ko l ast i k Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah.filsafat abad pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut. y Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius. y Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dll. y Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut : y Faktor Religius Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan

kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. la akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.

Faktor Ilmu Pengetahuan Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana.

Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.

Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu: a) Skolastik Awal Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.

Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau arses liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (Seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Di antara tokohnya adalah Peter Abaelardus (1079 - 1180). Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga Bering kah bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan

metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua buktibukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan. b) S ko last ik P uncak Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, juga peranan universitas sebagai sumber/pusat ilmu dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.   Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.  Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pads abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokohtokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham. c) S ko last ik Ak hir Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockharn (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

William Ockham (1285 - 1349). Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengeta hui barangbarang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulankesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

Nicolas Cusasus (1401 - 1464). Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih lugs.

Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis. d) Skolastik Arab (Islam) Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan. Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut. y Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles. y Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar Para ahli pikir Skolastik Latin. y Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin. Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al-Quran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.

Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu: 1. Periode Mutakallimin (700 - 900); 2. Periode Filsafat Islam (850 - 1200). Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

D. Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pads abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan hares dipelajari. Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori barn yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).

Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologise dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan skolastik. Albertus Magnus (1203- 1280). Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor magnus", kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar antes liberates, ilmu-ilmu pengetahuan slam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi. Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia. Thomas Aquinas (1225-1274) Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pads tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk

membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.

Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beds, sedangkan iman berjalan di luar

jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orangorang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ads kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.

Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi. Selanjutnya ia katakan bahws iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah "pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain". Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.

Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem

pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut : y Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang

berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant. y Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan spa yang dianggap

Kristen

bertentangan

sebagai

firman

Aristoteles,

tetapi

diupayakan selaras dengan ajaran Kristen. y Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologise.

BAB III KESIMPULAN Filsafat barat abad pertengahan diawali filsafat Eropa (selama 5 abad), muncullah filsafat Eropa sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama kristen sehingga membentuk suatu formulasi baru. Oleh karena itu, di tengah gegap gempita lagu nyaring "tentang kurikulum berbasis kompetensi", harus menyelinap dalam rasionalitas kita bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan "ini" dan "itu", tetapi juga mendidik anak kita menjadi manusia berkebudayaan dan berperadaban. Dengan demikian, tidak saatnya lagi pendidikan mengabaikan realitas kebudayaan yang beragam tersebut. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah: y y y Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja; Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles; Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain, Madinah Munawarah ; 1411H M, Abdullah, Amin, 2002, Epistemologi Ilmu Agama Islam Dalam Khasanah Perkembangan Epistemologi Ilmu Pengetahuan Modern, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Achmadi, Asmoro, Filsafat Islam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2005. Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. UI Press. Jakarta, 2002

Anda mungkin juga menyukai