Isi Limca
Isi Limca
Hal ini cukuplah menggambarkan betapa pentingnya air bagi kehidupan terutama air bersih. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya untuk mengenal air bersih, dan cara cara untuk memperolehnya. Akan tetapi penyediaan sarana air bersih tidak akan lengkap tanpa diiringi dengan perbaikan kualitas air bersih. Perbaikan kualitas air ini dilakukan agar air bersih yang digunakan sesuai dengan buku mutu air yang di gunakan oleh masing-masing Negara/ daerah. Agar penggunaan air tersebut tidak menjadi sumber/penyebab dari timbulnya penyakit di suatu Negara/daerah.
1.2
Tujuan
Tujuan umum:
Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik kualitas air yang berasal dari
Tujuan khusus:
1. Diketahuinya pemeriksaan fisik bau air yang berasal dari sumber air bersih masyarakat. 2. Diketahuinya pemeriksaan fisik rasa air yang berasal dari sumber air bersih masyarakat. 3. Diketahuinya pemeriksaan fisik kekeruhan air yang berasal dari sumber air bersih masyarakat. 4. Diketahuinya pemeriksaan fisik warna air yang berasal dari sumber air bersih masyarakat. 5. Diketahuinya pemeriksaan fisik total solids (TS) air yang berasal dari sumber air bersih masyarakat
BAB II ISI
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu, air alam tidak pernah murni. Air alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam juga mengandung microorganise. Apabila kandungan air tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak layak diminum masih bisa digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya, irigasi, industri, maupun kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak,mencuci, dan masih banyak yang lainnya. Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kUalitas air, sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air tercemar akibat masuknya makhuk hidup, zat, atau energi kedalam air, sehingga kwalitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya atau kegunaannya.
2.2.2
terdapat di dalam air. Bakteri aerob, mengoksidasi sampel organik, C menjadi CO2, N menjadi nitrat dan S menjadi sulfat, serta fasforus, menjadi fosfor. OLeh karena itu, jika air mengandung banyak bahan organik, maka bakteri aerob di dalamnya akan berkembang. Akibatnya, kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat sehingga ikan dan udang akan mati. Selanjutnya, proses penguraian akan diambil oleh bakteri anaerob. Bakteri anaerob mereduksi karbon, nitrogen, dan bahan belerang dari bahan organik menjadi CH4, NH3, dan H2S. Gas NH3 dan H2S berbau tidak sedap itulah sebabnya got atau selokan,sungai yang tercemar berat berbau busuk. c. BOD dan COD BOD ( Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) menyatakan banyaknya limbah organik dalam air. BOD5 adalah banyaknya oksigen yang digunaka oleh microorganisme dalam lima hari untuk menguraikan sampah yang terdapat dalam air limbah. COD menyatakan jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi limbah organik dalam contoh air secara kimiawi. COD ditentukan dengan memasak (Marefluks) contoh air dengan kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai pengoksidasi. BOD dan COD dinyatakan dalam mg perliter (= ppm). Makin banyak limbah organik dalam air, makin besar nilai BOD dan COD. Nilai COD umumnya lebih besar dari nilai BOD . Hal itu terjadi karena berbagai senyawa karbon organik tidak dapat didegradasi oleh microorganisme, tetapi dapat dioksidasi secara kimiawi. Jika nilai COD berbeda secara nyata dari nilai BOD dapat memberi indikasi bahwa air mengandung zat beracun yang menghambat pertumbuhan microorganisme. d. PH Air murni mempunyai PH = 7. Air dapat dianggap bersih jika PHnya antara 6,5 - 8,5. Akan tetapi air yang mempunyai PH antara 6,5 - 8,5 sebelum tentu bersih. Bergantung pada parameter lainnya.
menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun sampai dengan tahun 2000, berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, baru sekitar 19% penduduk Indonesia di mana 39% nya adalah penduduk perkotaan yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan. Sedangkan di daerah perdesaan, berdasarkan data yang sama, hanya sekitar 5% penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48% menggunakan sistem non-perpipaan, dan sisanya sebesar 47% penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi. b. Sumber air bersih Air Hujan
Penampungan Air Hujan (PAH) digunakan untuk daerah/lokasi yang tidak memiliki sumber air tetapi curah hujan yang cukup tinggi, kapasitas pembuatan bak penampungan:
Tinggi curah hujan minimal 1300 mm per tahun. Kebutuhan pokok pemakai air adalah 5-15 /orang/hari. Pelayanan setiap bak untuk 15 orang . Penampungan air hujan harus kedap air. Air hujan yang pertama setelah musim kemarau jangan langsung ditampung. Pengambilan air harus melalui kran. Lubang pemeriksaan harus terletak di atas bak penampungan yang harus ditutup. Air bersih yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Air Permukaan
SIPAS merupakan sistem pengelolaan air komunal dengan pengolahan lengkap ditentukan berdasarkan kualitas air baku yang tersedia dalam zona perumahan yang akan dilayani. Kriteria kualitas air baku: Keruhan air lebih kecil dari 300 NTU. Dalam hal kandungan kekeringan 300 NTU. Kandungan warna asli tidak lebih dari 80 TCU. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku mutu air baku.
Lokasi penempatan IPA (SIPAS) harus berdekatan dengan sumber air permukaan. Air Tanah
Adalah air yang didapat dari tanah dengan cara menggali tanah. Pada dasarnya air tanah ini lebih bersih bila dibandingkan dangan air permukaan. c. d. Jenis fasilitas air bersih Bangunan penangkap air (PMA) terdiri dari bangunan penangkap dan Sumur dangkal dan sumur dalam (air tanah). SIPAS (Sistem Pengelolaan Air Bersih/Air permukaan). Syarat Air Bersih Tersedia sepanjang tahun Tidak berbau Tidak berwarna (harus jernih) Tidak berasa asin/anyir/basa dan sebagainya Bebas dari pantogen organik. Tetap segar Tidak mengandung bahan zat-zat kimia yang beracun dan tak kekurangan (harus mengandung) zat-zat kimia dalam batas-batas tertentu yang diperlukan bagi tubuh manusia. Syarat bakteriologi : e. Agar tidak mengandung bakteri atau kuman berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai penyakit perut/usus. Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan yang digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia yang meliputi kebutuhan air domestic dan non domestic, air irigasi dan pengelontoran kota. Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan: Kebutuhan Air Domestik: keperluan rumah tangga bak penampung.
Syarat-syarat umum/fisik :
Syarat kimia :
Kebutuhan Air Non Domestik: Untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat komersial atau tempat umum lainnya.
(COD); 6. Pencemaran mikroorganisme patogen (bakteri); 7. Kandungan minyak dan lemak; 8. Kandungan logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Ni); 9. Kandungan bahan radioaktif. Sifat fisik air dapat dianalisis secara visual dengan pancaindra. Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium aromanya dan rasa dapat dirasakan dengan lidah. Penilaian tersebut tentu bersifat kualitataif, misalnya bila tercium bau yang berbeda maka rasa airpun berbeda. Atau bila warna berwarna merah maka bau yang dicium sudah dapat tertebak juga. Cara ini dapat digunakan untuk menganalisis ai secara sederhana karena sifat-sifat air saling berkaitan.
Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana. Pemeriksaan sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setiap orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal. Di laboratoirium, kualitas air diperiksa sifat, fisik, dan kimia. Secara fisik diperiksa derajat kekeruhan, daya hantar listrik, derajat warna dan derajat bau. Indikator kimia meliputi pH, kesadahan, dan kandungan bahan-bahan yang terlarut, 1. Analisis sifat fisik air dengan sederhana. 2. Analisis kualitas air secara kimia. 3. Analisis kualitas air secara biologis. Penilaian kualitas air harus memperhatikan sumber air dan lingkungan daerah yang dilalui, serta situasi sanitasi lingkungan daerah aliran sungai (DAS). Syarat air minum seharusnya tidak mengandung bahan radioaktif. Karena kandungan tersebut dalam air dapat dianalisis efeknya terhadap sinar alfa dan beta. Ambang yang diperbolehkan adalah 10-9 microcurie / cm3 / det untuk sinar alfa dan 10-8 microcurie / cm3 / det. Kualitas air dapat ditentukan dengan cara pengukuran nilai besaran fisika yaitu bau (odor), warna (color), kekeruhan (turbitity), rasa (taste), suhu (temperature), dan zat padat terlarut (residu), besaran kimia (inorganic chemical, organic chemical), mikrobiologi (biological standards), dan radio aktivitas (radioactivity) (Kashef, 1987; Permen Kesehatan RI No. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990; Kep. Gubernur Jateng No. 660.1/ 26/ 1990). Badan Penelitian dan pengembangan Kimpraswil (2002) memberikan batasan bahwa uji kualitas air untuk sumber air bersih pedesaan hanya meliputi parameter fisik kekeruhan, warna, rasa, bau dan temperatur, sedangkan parameter kimia meliputi pH, Kandungan Besi (Fe), dan kandungan Mangan (Mn). (Sumber: Kimpraswil, 2002) Hasil pengukuran kualitas air dibandingkan dengan standar kualitas air sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 september 1990 seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Persyaratan kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990. Tabel 4 Persyaratan Kualitas Air Bersih Dan No. Parameter BAKTERIOLOGIS 1. Total bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel Perpipaan = 10 Non perpipaan = 50 Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih
KIMIA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. pH Nitrat Nitrit Zat organik Mangan Besi Kesadahan Klorida Flouride Sisa Chlor FISIK Suhu Bau Rasa Warna mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l T
0
6.5 9.0 10 1.0 10 0.5 1.0 500 600 1.5 Skala NTU Suhu udara ( 30C) -
C -
Kekeruhan (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990) Nastain dkk (2004) mengatakan bahwa kualitas air mata air alami cukup baik.
Kualitas air mata air dapat dikatakan relatif konstan karena tidak tergantung oleh musim dan lingkungan (Budi dan Sulastoro, 1999). Kualitas air dapat dikategorikan sesuai standar yang berlaku. Penggolongan air menurut UU No: 20 TAHUN 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air menetapkan standar kualitas air baku yang dibedakan dalam 4 kategori sebagai berikut : a. b. sebagai air baku air minum; c. d. pembangkit listrik tenaga air Golongan C Golongan D : air yang dapat digunakan : air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, Golongan A Golongan B : air yang dapat digunakan : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;
10
Penjepit Tabung Reaksi Sumber Api (mencis) Gelas Ukur 100 ml BAHAN Sampel Air
11
3. Masukkan tabung kalibrasi 0 (nol) yang sebelumnya telah dibersihkan dengan tissue kedalam kamar tabung deteksi, tutup dengan penutup kamar tabung deteksi. 4. Paskan nilai/angka monitor = 0 dengan cara memutar tombol zero control sampai angka monitor menunjukkan angka 0. 5. Setelah tepat di angka 0, keluarkan tabung kalibrasi 0 dan masukkan tabung kalibrasi 10 yang sebelumnya telah dibersihkan dengan tissue kedalam kamar tabung deteksi, tutup dengan penutup kamar tabung deteksi. 6. Paskan nilai/angka monitor = 10 dengan cara memutar tombol zero control sampai angka monitor menunjukkan angka 10. 7. Setelah tepat di angka 10, keluarkan tabung kalibrasi 10 dan masukkan sampel air ke dalam taung sampel sampai batas garis. 8. Masukkan tabung sampel yang telah berisi sampel air tersebut (sebelumnya tabung dibersihkan dengan tissue) kedalam kamar tabung deteksi, tutup dengan penutup kamar tabung deteksi. 9. Kemudian baca angka monitor tanpa memutar tombol zero control, catat angka yang tertera pada monitor. 10. Keluarkan tabung sampel air, dan matikan turbiditimeter.
12
13
d. Untuk 40 TCU (V x C) pekat = (V x C) encer (V x 500 TCU) pekat = (50 ml x 40 TCU) encer V pekat = 2000 : 500 = 4 ml penggunaan larutan induk untuk 40 TCU e. Untuk 70 TCU (V x C) pekat = (V x C) encer (V x 500 TCU) pekat = (50 ml x 70 TCU) encer V pekat = 3500 : 500 = 7 ml penggunaan larutan induk untuk 70 TCU 3. Tuangkan larutan induk dan aquades kedalam buret yang telah disusun dengan klem dan statif. 4. Masukkan larutan induk ke dalam labu ukur 50 ml sesuai dengan perhitungan penggunaannya (0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 4 ml; 7 ml) menurut masingmasing konsentrasi larutan standar yang akan dibuat. 5. Tambahkan aquades sampai dengan 50 ml larutan, tutup labu ukur. 6. Homogenkan masing-masing larutan standar dengan balikkan labu ukur sebanyak 12 x. 7. Beri label pada masing-masing labu ukur sesuai dengan konsentras/penggunaan larutan induk nya. 8. Larutan standar siap untuk digunakan. cara membolak-
14
6. Masukkan cuvet yang berisi larutan blanko ke dalam kamar cuvet, lap cuvet dengan tissu 7. Atur panjang gelombang sampai % T = 100.0. Catat penggunaan gelombang yang tercantum pada monitor. 8. Keluarkan cuvet yang berisi larutan blanko dari spektrofotometer. 9. Masukkan cuvet yang berisi larutan standar 5 TCU. 10. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 11. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan standar 5 TCU. 12. Keluarkan cuvet yang berisi larutan standar 5 TCU dari spektrofotometer. 13. Masukkan cuvet yang berisi larutan standar 10 TCU. 14. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 15. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan standar 10 TCU. 16. Keluarkan cuvet yang berisi larutan standar 10 TCU dari spektrofotometer. 17. Masukkan cuvet yang berisi larutan standar 20 TCU. 18. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 19. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan standar 20 TCU. 20. Keluarkan cuvet yang berisi larutan standar 20 TCU dari spektrofotometer. 21. Masukkan cuvet yang berisi larutan standar 40 TCU. 22. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 23. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan standar 40 TCU. 24. Keluarkan cuvet yang berisi larutan standar 40 TCU dari spektrofotometer. 25. Masukkan cuvet yang berisi larutan standar 70 TCU. 26. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 27. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan standar 70 TCU. 15
28. Keluarkan cuvet yang berisi larutan standar 70 TCU dari spektrofotometer. 29. Masukkan cuvet yang berisi larutan sampel. 30. Tekan tombol MODE pada spektrofotometer untuk mencari nilai absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F). 31. Catat nilai Absorbance (A), Transmintancce (T), Consentration (C), dan Faktor (F) dari larutan sampel. 32. Keluarkan cuvet yang berisi larutan sampel dari spektrofotometer. 33. Matikan spektrofotometer. 34. Buatlah kurva kalibrasinya.
AIR SAMPLING
Tidak Berasa Tidak Berbau 15,01 NTU 23 TCU mg/liter zat padat total = (W1 W0) x 1000 ml sampel yg dipanaskan mg/liter = (5318,31 mg 5303,79) x 1000 20 ml = 726 mg/liter
Parameter Fisik Warna Hasil Pengukuran Warna dengan Spektrofotometer Dengan larutan blanko (aquades) Panjang gelombang 545 nm dengan %T 100,00 didapatkan:
Larutan
Larutan Standar 5 TCU Larutan Standar 10 TCU Larutan Standar 20 TCU Larutan Standar 40 TCU Larutan Standar 70 TCU Sampel
%T
102,6 % 100,6 % 101,2 % 98,4 % 97,6 % 90,6 %
A
0,01 0,03 0,05 0,07 0,1 0,04
18
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
19
4.1.
Dari hasil pemeriksaan, di dapatkan hasil bahwa air yang di periksa tidak berbau dan tidak berasa sehingga sesuai dengan PERMENKES 416 tahun 2002 dan 492 tahun 2010 sebagai standar kualitas air bersih. Tetapi, tingkat kekeruhan yang didapatkan 15,01 NTU tidak sesuai dengan standar kualitas air sebagai air bersih karena yang diperboleh hanya 5 NTU. Angka total solid dari air yang kami periksa 726 mg\liter dengan standar untuk total solid adalah 1000 mg/ liter. Jadi,dari hasil pemeriksaan tersebut dapat di simpulkan bahwa air tersebut tidak sesuai dengan standar kesehatan dan tidak layak untuk di konsumsi . Kadar maksimum untuk warna adalah 50 TCU, sedangkan dari hasil pemerikaan sampel air didapatkan kadar 23 TCU. Jadi, dari hasil pemeriksaan tersebut air sampel bisa digunakan untuk air bersih masyarakat.
4.2. SARAN
Pemerintah harus lebih cermat menangani masalah tentang perlindungan sumber air bersih Contoh : dengan cara melindungi hutan dari penebangan liar karena hutan sangat berperan penting dalam menunjang sumber air bersih Masyarakat harus memahami dan mengaplikasikan bagaimana ciri-ciri air bersih yang baik untuk di konsumsi dan sesuai dengan standar kesehatan Kita sebagai mahasiswa Kesehatan Lingkungan harus bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan
20