Anda di halaman 1dari 5

Kemanusia yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan

perwakilan serta berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut : 1) Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa suatu gerakan perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik bagi kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan. Karena hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai makhluk yang sempurna yang berakal budi sehingga senantiasa bersifat dinamis, sehingga selalu melakukan suatu perubahan kearah seuatu kehidupan kemanusiaan yang lebih baik. 2) Reformasi yang berkemanusian yang adil dan beradab, yang berari bahwa reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai martabat manusia yang beradab. Oleh karena itu reformasi harus dilandasi oleh moral kemanusian yang luhur, yang menghargai nilai-nilai kemanusian bahkan reformasi mentargetkan kearah penataan kembali suatu kehidupan Negara yang menghargai harkat dan martabat manusia, yang secara konkrit menghargai hak-hak asasi manusia. Reformasi yang dijiwai nilai-nilai kemanusiaan tidak membenarkan perilaku yang biadab; membakar, menganiaya, menjarah, memperkosa, dan bentuk-bentuk brutal lainnya yang mengarah pada praktek anarkisme. Sekaligus reformasi yang kemanusaan harus membrantas sampai tuntas. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang telah sedemikian mengakar pada kehidupan kenegaraan pemerintah Orba ( Lihat Hamengkubuwono X, 1998:8 ) 3) Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia. 4) Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru permasalahan dasar gerakan reformasi adalah pada prinsip kerakyatan. Penetaan

kembali secara menyeluruh dalam segala aspek pelaksanaan pemerintahan Negara harus meletakkan kerakyatan sebagai paradigmanya. Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan Negara dan sekaligus sebagai tujuan kekuasaan Negara, pengertian inilah reformasi harus mengembalikan pada tatanan pemerintahan Negara yang benar-benar bersifat demokratis, artinya rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara. 5) Visi dasar reformasi harus jelas, yaitu demi terwujudnya Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Gerakan reformasi melakukan perubahan dan penataan kemabli berbagai bidang kehidupan Negara harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu terwujudnya tujuan bersama sebagai Negara hokum yaitu Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. oleh karena itu gerakan reformasi yang melakukan perubahan dan penataan kembali, pada hakikatnya bukan hanya bertujuan demi, perubahan itu sendiri, namaun perubahan dan penataan demi kehidupan bersama yang berkeadilan hokum terutama aparat pelaksana dan penegak hokum adalah merupakan target reformasi yang mendesak untuk terciptanya suatu keadilan dalam kehidupan rakyat. Ideology yang bersifat terbuka dan dinamis, pancasila mampu mengantisipasi perkembagan zaman terutama perkembangan dinamika aspirasi rakyat. Nilai-nilai Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa Indonesia, dan sebagai bangsa maka akan senantiasa memiliki perkembangan aspirasi sesuai dengan tuntutan zaman. Oleh karena Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat dalam mengantisipasi

perkembangan zaman, yaotu jalan menata kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, akan tetapi nilai-nilai esensialnya bersifat tetap yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.

2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM Agenda yang lebih konkrit yang diperjuangkan oleh para reformasi yang paling mendesak adalah reformasi bidang hokum. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa peristiwa 2 Mei 1998 runtuhnya kekuasaan Orde Baru, salahsatu subsistem yang mengalami kerusakan parah selama Orde Baru adalah Bidang Hukum. Namun demikian hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin dilakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan seta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini mulai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang merupakan cita-cita reformasi. 3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI PERUBAHAN HUKUM Maka Pancasila merupakan cita-cita hokum, kerangka berfikir, smber nilai serta sumber penyusun dan perubahan hokum positif di Indonesia, Pengertian Pancasila berfungsi sebagai paradigma hokum terutama dalam kaitannya dengan berbagai macam upaya perubuahan hokum, atau Pancasila harus merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hokum. Sumber hokum meliputi 2 macam pengertian, 1. sumber formal hokum yaitu sumber hokum di tinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hokum, yang mengikat terhadap komunitanya, misalnya Undang-undang, permen, perda, dan 2. sumber material hokum yaitu sumber hokum yang menentukan materi atau isi suatu norma hokum (Darmodiharjo 1996 : 206). Dengan demikian pancasila menetukan isi dan bentuk peraturan perundang-undangan Indonesia yang tersusun secara hierakhis. Selain sumber nilai yang terkanfung dalam pancasila reformasi dan pembaharuan hokum juga harus bersumber pada kenyataan empires yang ada dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi yang

dikehendakinya. Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangkan tiga unsure yaitu : 1. Nilai 2. teori (norma) 3. fakta atau realitas empires (Galtung 1980 : 30 -33) oleh karena itu dalam reformasi hokum selain Pancasila sebagai paradigma pembaharuan hokum yang merupakan sumber norma dan sumber nilai, terhadap unsure pokok yang justru tidak kalah pentingnya yaitu kenyataan empires yang ada dalam masyarakat. Masyarakat bersifat dinamis baik menyangkut asporasinya, kemajuan peradaban serta kemajuan Iptek maka perubahan dan pembaharuan hokum harus mampu

mengkomodasikannya dalam norma-norma hokum dengan sendirinya selama hal tidak bertentangan dengan nilai-nilai hakiki yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Upaya untuk reformasi hokum akan benar-benar mampu mengantarkan manusia ketingkat harkat dan martabat yang lebih tinggi sebagai mahluk yang berbudaya dan beradab. 4. DASAR YURADIS REFORMASI HUKUM Dalam upaya reformasi hokum banyak dilontarkan berbagai macam pendapat tentang aspek apa saja yang dapat dilakukan dalam perubahan hokum di Indonesia, bahkan banyak usulan perlunya amandemen atau kalau perlu perubahan secara menyeluruh terhadap pasal UUD 1945. hal ini berdasarkan suatu kenyataan bahwa UUD 1945 pasalnya dalam praktek penyelenggaraan Negara bersifat berwayuh artinya (Multi interpretable), dan memberikan porsi kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden. Akibatnya memberikan kontribusi atas terjadinya krisis politik serta mandulnya fungsi dalam Negara Rebulik Indonesia. Diakuinya berdasarkan banyaknya aspirasi yang terkembang kearah adanya amandemen terhadap pasal-pasal UUD bukannya secara menyeluruh (Mahfud,1996:56). Namun hendaklah dipahami secara objektif bahwa bilamana terjadi suatu amandemen atau

bahkan perubahan seluruh pasal UUD 1945 maka hal itu tidak akan menyangkut perubahan terhadap pembukaan UUD 1945, karena pembukaan UUD 1945 yang berkedudukan

sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamentalnya, merupakan sumber hokum positif, memuat pancasila sebagai dasar Filsafat Negara serta terletak pada kelangsungan hidup Negara Proklamais 17 Agustus 1945 yang. Oleh karena itu perubahan terhadap Pembukaan UUD 1945 adalah suatu revormasi dan sama halnya dengan menghilangkan eksistensi.

Anda mungkin juga menyukai