Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

AGAMA 1
SUNNAH RASULMuhammad SAW
sebagai Whole Model (Uswah Hasanah)









Disusun Oleh :
1. Shanty Dewi(3333111293)
2. Hutomo Indra Praja (3333111027)
3. Panji Wijaksana (3333111753)
4. Rizki Akbar Rismawan (3333110483)



JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2011
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualakum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. pencipta ilmu yang sangat luas
dan tidak terbatas, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul SUNNAH
RASUL Muhammad SAW sebagai Whole Model (Uswah Hasanah)
Tugas ini disusun dalam memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Agama 1
Dalam penyusunan tugas ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga
dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, rasa hormat dan penghargaan serta ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu tersesaikannya tugas ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan bagi mereka sesuai dengan perbuatannya, Amin.
Kami menyadari bahwa tugas ini merupakan tugas yang kami rasakan masih jauh dari
sempuna, maka dengan kerendahaan hati kami harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi untuk perbaikan pribadi dan pelaksanaan penelitian berikutnya.
Akhirnya kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca.





Cilegon, 27 September 2011

Tim Penyusun


Tim Penyusun
iii


DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
SUNNAH RASUL Muhammad SAW sebagai Whole Model (Uswah Hasanah) 1
Hakikat Sunnah Rasul 1
Fungsi sunnah Rasul (hadits ) tehadap al-Quran 3
Penelitian tentang kesahihan hadits 5
Sikap Hati-hati dalam Menghadapi Hadts 7
Daftar pustka 9
1

SUNNAH RASULMuhammad SAW
sebagai Whole Model (Uswah Hasanah)
Sunnah menurut bahasa artinya ath-thariqoh atau as-sirah yg artinya jalan atau
perjalanan.
Sedangkan menurut istilah dia mempunyai dua arti:pertama:Sesuai dg arti bahasa,yaitu
jalan atau perjalanan.Yang dimaksud adalah perjalanan nabi didalam mengamalkan
dan mendawahkan islam yg meliputi aqidah,ibadah,muamalah,akhlak dan seterusnya.Dan
praktek atau perbuatan yg terjadi pada zaman rasulullah,demikian juga apa yg telah
disepakati oleh para sahabat dan praktek atau perbuatan yg terjadi pada zaman mereka.
Inilah Sunnah dalam arti yang kedua ini menjadi lawan bagi bidah.karena bidah adalah
suatu keyakinan (itiqod) atau perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya dari
agama islam yg mulia ini.Agama Islam yg diturunkan Allah kepada RasulNya,yg diamalkan
dan didawahkan oleh beliau shallallahu alaihi wasallam bersama para Sahabat.
Sehingga kalau dikatakan keyakinan dan perbuatan tsb tidak pernah ada atau tidak
pernah terjadi pada zaman nabi dan zaman sahabat,maka artinya keyakinan atau
perbuatan tersebut tidak ada sunnahnya.Kalau tidak ada sunnahnya,maka dia bukan dari
Islam.Kalau bukan dari Islam,maka itulah yang dinamakan bidah.Seperti ajaran filsafat
bersama kaum falaasifahnya dari para pengikut dan hambanya Aristoteles.Atau
tashawwuf ajaran kaum zindiq seperti al-hallaj dan ibnu arabi bersama kaum
sufinya.Atau Syiah buatan kaum zindiq munafiq, seperti Abdullahbinsaba. Atau
sepertikhawarij,qadariyyah,jabariyyah,mutazilah,murjiah, jahmiyyah dan lain-lain
banyak sekali.Atau seperti peringatan maulid,isra miraj,nuzul quran,haul(ulang tahun
kematian) dan seterusnya.Inilah salah satu celakanya dan bahayanya bidah,bahwa dia
melawan rasulullah yg sebelumnya telah melawan Allah.Karena Allah telah menurunkan
Islam kepada RasulNya yg mulia dg lengkap dan sempurma.

Hakikat Sunnah Rasul
Al-Quran berisi petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh manusia dalam menjalani
hidupnya, namun petunjuk atau informasi itu masih bersifat global (mujmal). Misalnya
perintah shalat (aqimish shalat), shaum (kutiba alaikumus shiam), haji (wa atimmu hajj),
berpakaian, berumah tangga, aktivitas ekonomi, dll. Tetapi di dalam Al-Quran tidak
menjelaskan secara operasional dan lebih rinci tentang tatacara (kaifiyat, how to do)
perintah-perintah itu. Oleh karena itu Al-Quran masih memerlukan penjelasan-
penjelasan (bayan) yang lebih rinci (tafshil).

Untuk itu, Allah mengutus rasul yang akan menjelaskan segenap aturan Al-Quran.
Rasullah lantas mendemonstrasikan tatacara shalat, shaum, haji, berdagang, berpolitik,
berumah tangga, dll. Apa yang dijelaskan oleh Rasullah, baik melalui perbuatannya
2

(filiyah), ucapan-ucapannya (qauliyah), maupun sikap diamnya (taqiriyah), disebut
sunnah rasul. Jadi sunnah rasul adalah setiap perilaku, ucapan dan sikap diam nabi.

Kedudukan rasul adalah sebagai penjelas (bayin), yang menjelaskan dan memberi contoh
tentang seluruh pesan-pesan Al-Quran, dari mulai persoalan etika makan sampai kepada
soal bernegara dan mengadakan hubungan antar negara. Oleh karena itu rasul adalah
sebagai whole model (Uswah hasanah) yang mashum (terjaga dari kesalahan).

Bagi mukminin, mengetahui perilaku dan seluk beluk kehidupan seorang model (idola)
sangat perlu. Akan tetapi pada kenyataannya, orang yang bisa melihat perbuatan nabi
sebagai model, baik tatacara shalat, tatacara shaum, maupun tatacara haji hanya sebagian
sahabat saja, apalagi menyangkut tatacara berumah tangga dan hal-hal yang bersifat
sangat pribadi, yang hanya diketahui oleh isterinya. Sebahagian besar orang Islam pada
saat itu hanya mendengat beritanya. Berita itu bahasa Arabnya adalah khabar (akhbar)
atau hadits. Jadi hadits adalah berita tentang sunnah rasul.

Pendek kata, sunnah rasul adalah faktanya, sedangkan hadits adalah beritanya. Sunnah
rasul sebagai sebuah fakta, pasti benar mustahil salah. Sedangkan hadits hanyalah
beritanya. Yang namanya berita sering bias, ada distorsi, mungkin benar (shahih) bukan
lemah (dhaif). Sumber hukum kita adalah sunnah bukan hadits. Akan tetapi bagaimana
mungkin bisa mengetahui sunnah rasul kalau tidak membaca haditsnya.
Seringkali kita mendengar kalimat sunnah Nabi Muhammad SAW diucapkan di lidah akan
tetapi bagaimana yang sesungguhnya menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ada
orang-orang yang hidup bersama Nabi Muhammad akan tetapi tidak ada Nilainya
dihadapan Allah dan Rasulullah SAW, mereka adalah orang-orang munafiq. Bahkan
banyak cerita yang dihadirkan oleh Rasulullah tentang sekelompok orang yang
menjalankan sunnah Nabi, dia ahli alquran, gemar berinfaq akan tetapi di sebut oleh Allah
sebagai pendusta. Bagaimana orang yang menjalankan Sunnah Nabi disebut sebagai
pendusta? Bukankah mempelajari alquran adalah perintah Rasulullah SAW? Bukankah
berinfah adalah ajaran Rasulullah SAW.
Ada yang tertinggal bagi orang-orang yang disebut pendusta oleh Allah di saat
melaksanakan Sunnah Nabi SAW. Yang mereka lakukan dari sunnah Nabi hanyalah
sunnah dhohir, dan sunnah dhohir bisa dilakukan oleh orang yang tulus kepada Nabi
Muhammad SAW dan orang yang tidak tulus. Sunnah dhohir adalah mengikuti Nabi
Muhammad SAW yang tanpa dibarengi ruh mengikuti Nabi Muhammad SAW. Dan ruh
mengikuti itu adalah cinta. Alangkah banyaknya kelalaian kita akan ruh mengikuti ini.
Mengikuti Nabi Muhammad SAW belum tentu cinta akan tetapi yang mencintai Nabi
Muhammad SAW pasti akan patuh dan mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Dan kitapun harus sesering mungkin mencermati hati kita disaat jasad kita meniru Nabi
Muhammad SAW, agar ada makna sunnah Nabi dalam gerak dan langkah kita dalam
3

mengikuti Nabi Muhammad SAW. Jangan-jangan kita adalah orang yang disaat mengikuti
Nabi Muhammad SAW akan tetapi hati kita lalai sama sekali akan kehadiran Nabi
Muhammad SAW dihati kita. Barangkali kita adalah orang yang disaat menjalankan
sunnah Nabi SAW yang kita ingat adalah kalimat yang terangkai di sebuah buku hadits.
Mungkin kita adalah orang yang disaat jasad kita menjalankan sunnah Nabi akan tetapi
yang hadir di hati kita adalah kalimatkalimat yang kita dengar dari guru kita.
Menjalankan sunnah Nabi adalah makna yang dirasa oleh hati disaat jasad ini
menjalankan sunnah Nabi. Hati yang merasakan kehadiran Nabi Muhammad SAW disaat
menjalankan Sunnah Nabi adalah hatinya orang yang benar-benar menjalankan sunnah
Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh marilah kita lihat diri kita sendiri, apa yang ada di
hati kita disaat kita meminum air dengan tangan kanan kita. Apakah kita menyadari disaat
kita mengangkat gelas dengan tangan kanan kita lalu kita hadirkan di hati kita Rasulullah
SAW yang lagi meminum dengan tangan kanan beliau sebagi tanda sambung hati kita
dengan hakekat Sunnah Nabi. Atau kita disaat itu sama sekali tidak merasakan kehadiran
Nabi Muhammad SAW melakukan hal yang demikian itu karena memang kita adalah
orang yang hanya mengerti sunnah dhohir yang belum pernah merasakan indah dan
hakekat sunnah batini.
Fungis Sunnah Rasul (Hadits) Terhadap Al-Quran
Sunnah Rasul (hadits) terhadapAl-quran berfungsi sebagai bayan (penjelasan) dari hukum-
hukum dalam Al-quran,untuk mehami Al-qurankitaharusmemahamihaditsterlebihdahulu.
Bayan(penjelasan) ada beberapa macam :
1. Bayan taukid (taukid = menguatkan)
Bayan taukidIalah fungsi hadits yang berfungsi memperkuat dan memperkokoh
hukum yang dinyatakan oleh Al-quran.
Misalnya, Al-quran menetapkan tentang hukum wajib puasa: (QS. Al-Baqarah : 183)
!,!.,_`..,.`,l.`!,.l!.._ls__.l,>l-l1`..
__
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Dan hadits menguatkan kewajiban puasa (QS. Al-Baqarah : 183)
Hal ini diterangkan oleh hadits yang berbunyi :
Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat
(ruyah) itu maka berbukalah (HR. Muslim)

2. Bayan tafshil (tafshil = merinci)
Bayan tafshilIalah fungsi Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an
yang masih bersifat global.
Misalnya: Al-qur`an menyatakan perintah shalat (Al-Baqarah : 110) :
4

.,:l.l.,:l!.`..1.>.._.,>:.>..s<|<!.,
_l.-.,.,
110. dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi
dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-
apa yang kamu kerjakan.
Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh Hadits, misalnya sabda Rasulullah SAW:
Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Bukhari)
3. Bayan itsbat (itsbat = pengecualian).
Bayan itsbatIalah fungsi Hadits yang memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al
Qur`an yang bersifat umum atau mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak di
dapati dalam al-Quran .
Misalnya Al-qur`an mengharamkan memakan bangkai dan darah(Q.S Al Maidah :3)
.`>`>,l..,.l``>',.>'!._>,-l<.,1.>..l::.l,:..
l>,L.l!.__,.l|!.,.,:!._,:_ls..l..1.`...l!,>l
:_`.,l_,_`_.>.,:>:>:>,ll.> l>.,:
..>,l._..-.,.`>l.l`.!.,:_.L._.,>:,s.!>.`..|
<"s',>_
3. diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib
dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[394] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395] Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang
diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
[396] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak
panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan
atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis
masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu
Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti
Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah
yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang
sekali lagi.
5

[397] Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad s.a.w.
[398] Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.


Hadits memberikan pengecualian dengan membolehkan memakan jenis bangkai dan darah
sebagaimana sabda Rasulullah SAW
Dari Ibnu Umar ra.Rasulullah saw bersabda :
Dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah . Adapun dua bangkai adalah ikan dan
belalang dan dua darah adalah hati dan limpa.(HR.Ahmad, Syafii`,Ibn Majah ,Baihaqi dan
Daruqutni)

Ada beberapa bayan yang membuat terjadinya perbedaan pendapat di kalangan
ulama,salah satunya adalah:
Bayan al-Nasakh
Bayan al-NasakhIalah fungsi Hadits membatasi kemutlakan ayat Al qur`an.
Misalnya Al qur`an mensyariatkan wasiat (Al-Baqarah : 180) :
.>,l.:|.>`. >,.l|.,>,.l_,.lll_,,.`-.l!,!1
>_ls_,1`..l_
180. diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf[112],
(ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

[112] Ma'ruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan
meninggal itu. ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris.

Dan hadits membatasinya, misalnya sabda Rasulullah SAW:
Tidak ada wasiat untuk ahli waris


Penelitian Tentang Kesahihan Hadits
Ulama hadits dalam menetapkan dapat diterimanya suatu hadits tidak hanya
mensyaratkan hal-hal yang berkaitan dengan rawi hadits saja. Hal ini, disebabkan karena
hadits sampai kepada kita melalui mata rantai yang teruntai dalam sanad-nya. Oleh karena
itu, haruslah terpenuhinya syarat-syarat lain yang memastikan kebenaran perpindahan
hadits disela-sela mata rantai tersebut. Syarat-syarat tersebut kemudian dipadukan dengan
syarat-syarat diterimanya rawi, sehingga penyatuan tersebut dapat dijadikan ukuran untuk
mengetahui mana hadits yang dapat diterima dan mana hadits yang harus ditolak.
Pada umumnya para pakar hadits mengklasifikasikan hadits kedalam tiga bentuk, yaitu:
shahih, hasan dan dha'if.25 Adapun hadits maudhu' tidak termasuk dalam pembagian
tersebut, karena pada dasarnya itu bukan hadits. Penyebutannya sebagai hadits hanya
dikatakan oleh orang yang suka membuatnya.26 Dalam menetapkan kriteria kesahihan
hadits, terjadi perbedaaan pendapat di kalangan Muhaditsin. Meskipun demikian, kriteria
kesahihan hadits yang banyak diikuti oleh para pakar hadits adalah yang dikemukakan oleh
Ibn Shalah yang menyebutkan lima kriteria keotentikan hadits, yaitu:
1. Sanad-nya bersambung.
Kata ittishal berarti bersambung atau berhubungan. Sanad-nya bersambung artinya
setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang
6

sebelumnya dan begitu selanjutnya sampai pada rawi yang pertama. Dengan demikian
menurut al-Suyuti, hadits munqati, mu'dhal, mu'allaq, mudallas dan mursal tidak termasuk
kategori hadits shahih karena sanad-nya tidak bersambung.
Menurut Ibnu al-Shalah, hadits muttasil meliputi hadits marfu dan hadits mauquf.
Sedangkan hadits musnad adalah hadits yang khusus disandarkan kepada rasulullaah Saw.
Dengan demikian, ulama hadits umumnya berpendapat bahwa hadits musnad pasti marfu'
dan bersambung sanad-nya, sedangkan hadits muttashil tidak mesti bersambung sanad-
nya.
Sementara al-Bukhari berpendapat bahwa suatu hadits bisa disebut sanadnya
bersambung apabila murid dan guru atau rawi pertama dengan rawi kedua benarbenar
pernah bertemu mesti hanya sekali. Sementara menurut Muslim, sanad hadits dapat
disebut bersambung apabila ada kemungkinan bertemu bagi kedua rawi diatas. Hal ini bisa
terjadi apabila keduanya hidup dalam satu kurun waktu dan tempat tinggalnya tidak terlalu
jauh menurut ukuran saat itu, meskipun keduanya belum pernah bertemu sama sekali
Berdasarkan hal diatas, syarat yang dikemukakan al-Bukhari lebih ketat daripada yang
ditetapkan oleh Muslim. Hal ini menjadikan karya shahih al-Bukhari menempati peringkat
pertama dalam hirearki kitab hadits yang paling shahih. Untuk mengetahui bersambung
tidaknya sanad suatu hadits, ada dua hal dapat yang dijadikan obyek penelitian, yaitu:
sejarah rawi dan lafadz-lafadz periwayatan.
Secara bahasa kata 'adl berasal dari 'adala ya'dilu, 'adalat, yang berarti condong, lurus
lawan dari dzalim dan pertengahan. Kata 'adl ini kemudian digunakan oleh muhadditsin
sebagai sifat yang mesti ada pada diri seorang rawi agar riwayatnya bisa diterima.
2. Rawinya 'adil
Secara bahasa kata 'adl berasal dari 'adala ya'dilu, 'adalat, yang berarti condong, lurus
lawan dari dzalim dan pertengahan. Kata 'adl ini kemudian digunakan oleh muhadditsin
sebagai sifat yang mesti ada pada diri seorang rawi agar riwayatnya bisa diterima.
Menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khatib, 'adalat merupakan sifat yang melekat didalam jiwa
yang mampu mengarahkan pemiliknya untuk senantiasa bertaqwa, menjaga muru'ah,
menjauhi perbuatan dosa, tidak melakukan dosa-dosa kecil, dan menjauhi perbuatan yang
menjatuhkan muru'ah seperti kencing dijalan, makan dijalan dan lain sebagainya.
Sementara al-Nawawi sebagaimana yang dikutip oleh al-Suyutimendefinisikan 'adalat
lebih kongkrit yaitu: muslim, berakal sehat, tidak terdapatsebab-sebab kefasikan, dan
terhindar dari hal-hal yang menjatuhkan muru'ah.sedangkan menurut Abdullah bin
Mubarak, ada lima kriteria yang digunakan untukmenetapkan 'adalat-nya seorang rawi,
yaitu: selalu melaksanakan shalat berjama'ah,tidak meminum khamr, tidak sembrono
dalam menjalankan agama, tidak berdusta danberakal sehat. Muslim menambahkan bahwa
seorang rawi bisa isebut adil adalah apabila ia seorang hafidz, maka ia tidak boleh lupa
ketika ia menyampaikannya. Kalau ia mempunyai catatan, maka ia hanya boleh
meriwayatkan dari kitab asalnya.
Dalam menentukan 'adil tidaknya rawi, paling tidak ada dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama; pernyataan dari orang-orang adil dan kedua; mashurnya keadilan
rawi tersebut.
3. Rawinya bersipat dhabit.
Dhabit artinya cermat dan kuat hapalannya. Sedangkan yang dimaksud dengan rawi
dhabit adalah rawi yang kuat hafalannya, tidak pelupa, tidak banyak ragu, tidak banyak
salah, sehingga ia dapat menerima dan menyampaikannya sesuai dengan apa yang ia
terima.
Dari sudat kuatnya hafalan rawi, ke-dhabit-an ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu:pertama, dhabit shadri atau dhabth al-fu'ad, dan kedua dhabth al-kitab.Dhabt al-Shadr
artinya kemampuan untuk memelihara Hadits dalam hafalan sehingga apa yang ia
sampaikan sama dengan apa yang ia terima dari guruya. Sedangkan dhabth al-kitab adalah
terpeliharanya pe-riwayat-an itu melalui tulisan-tulisan yang dimilikinya.
7

4. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz.
` Mengenai hadits yang syadz, al-Syafi'i dan ulama Hijaz berpendapat bahwa suatu hadits
dipandang syadz jika ia diriwayatkan oleh seorang yang tsiqat namun bertentangan dengan
hadits yang diriwayatkan oleh orang tsiqat yang banyak, sementara itu tidak ada rawi lain
yang meriwayatkannya.
Sementara al-Khalili, hadits syadz adalah hadits yang sanadnya hanya satu macam, baik
rawinya memiliki sipat tsiqat ataupun tidak. Apabila rawinya tidak tsiqat, maka haditsnya
ditolak sebagai hujjah. Sedangkan bila rawinya tsiqat, maka hadits tersebut dibiarkan
(mauquf), tidak ditolak dan tidak diterima sebagai hujjah. Sedangkan menurut al-Hakim,
hadits syadz ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqat, tetapi tidak ada rawi-
rawi tsiqat selainnya yang meriwayatkan hadits tersebut. Syadz dalam hadits tidak hanya
terjadi dalam matan saja tetapi ditemukan juga pada sanad. Dalam menentukan
syadz tidaknya suatu hadits, para ulama menggunakan cara mengumpulkan semua
matan dan sanad hadits yang mempunyai masalah yang sama. Secara sepintas hadits syadz
itu shahih karena rawinya orangorang yang tsiqat, tetapi setelah dikaji lebih mendalam
ternyata ada sesuatu yang menggugurkan keshahihan hadits tersebut sehingga dalam
mengetahui adanya kesyudzud-an pada suatu hadits sangat sulit. Oleh karena itu, tidak
setiap ulama mampu melakukannya. Hanya orang-orang yang mumpuni dan biasa
melakukan upaya penelitian hadits saja yang dianggap mampu melakukan hal tersebut.
5. Tidak terdapat cacat ('illat)
Menurut Ibn Shalah, 'illat adalah sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadits.
Keberadaannya menyebabkan hadits yang pada lahirnya tampak shahih menjadi tidak
shahih. hadits yang mengandung unsure 'illat tersebut disebut dengan hadits mu'allal dan
ma'lul. Dalam menentukan 'illat tidaknya suatu hadits, para ulama menentukan beberapa
langkah yaitu, pertama, mengumpulkan semua riwayat hadits, kemudian membuat
perbandingan antara sanad dan matan-nya, sehingga bisa ditemukan perbedaan dan
persamaan, yang selanjutnya akan diketahui dimana letak 'illat dalam hadits tersebut.
Kedua, membandingkan susunan rawi dalam setiap sanad untuk mengetahui posisi mereka
masing-masing dalam keumuman sanad. Ketiga, pernyataan seorang ahli yang dikenal
keahliannya, bahwa hadits tersebut mempunyai 'illat dan ia menyebutkan letak 'illat pada
hadits tersebut.
Sebagaimana dalam syudzud, 'illat ini juga, bukan hanya terdapat pada sanad hadits,
tetapi ada juga terdapat pada matn hadits.
Ketiga kriteria pertama, yaitu: 'adhalat, dhabit dan ittishal, berkaitan erat dengan rawi.
Sedangkan 'illat dan syadzdz berhubungan dengan matn, meski ada juga sebagian ulama
yang menyebutkan 'illat dan syadz ada pada sanad.


Sikap Hati Hati Dalam Menghadapi Hadits
Sebagai seorang mukmin sebaiknya kita tidak tergesa-gesa dalam meyakini kebenaran
dan keaslian suatu hadist . Karena tidak semua hadits yang sampai kepada kita adalah
hadist yang shahih. Adapun syarat hadist shahih adalah sebagai berikut:
1. Bersambung sanadnya.Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita
dengan orang-orang terdahulu. Misalnya saya bermahzab syafii , karena guru saya
bermahzab syafii saya ikut guru saya. Karena gurunya guru saya mahzabnya syafii
maka dia ikut bermahzab syafii. Begitu seterusnya sehingga sampai keimam syafii
sendiri. Hubungan sanad secara istilah adalah bersambungnya ikatan batin.
8

2. Disampaikan oleh orang yang dlabith dan adil kepada orang yang dhabit dan adil pula
hingga ujung sanad, yaitu Rasulullah Shallallahualaihi wassalam kepada sahabat atau
yang lainnya.

Dlabith adalah benar2 menguasai hadits yang dia riwayatkan atau disampaikan.
1. Dlabith Shadr : penyampai hadist yang hafal hadist yang ia sampaikan di luar kepala.
2. Dlabith kitab : yaitu kitab yang ia miliki selamat dari perubahan, kesalahan penulisan,
taqlin dan telah di cek kebenarannya

Adil adalah penyampai yang telah memenuhi lima syaratyaitu islam, baligh, berakal,
tidak fasiq dan tidak melakukan khawarim al muruah (adab-adab yang tidak islami)
1. Tidak terdapat syadz. Syadz yaitu periwayatan penyampai yang tsiqah , yang
bertentangan dengan periwayatan penyampai lain yang lebih tsiqah
2. Tidak mardud. Mardud adalah yang ditolak atau tidak diterima. Jadi hadist tersebut
adalah hadist yang telah diterima atau terdapat keterangan kuat atas keberadaannya.
3. Tidak terdapat illah qadihah. Illah adalah penyakit hadist yang tersembunyi yang
dapat merusak keabsahan hadist.
4. Kadang berupa hadist masyhur dan kadang gharib. Hadist masyhur adalah hadist yang
diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih serta belum mencapai derajat mutawatir.

Terdapat hadist yang shahih dan yang tidak shahih bahkan sebuah kebohongan yang
mengatas namakan Rasulullah saw. Maka kewajiban seorang muslim adalah berhati-
hati dalam menyampaikan hadist jangan sampai termasuk sabda nabi yang satu ini
Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaklah ia mempersiapkan
tempat duduknya di dalam api neraka dan juga Rasulullah mengabarkan akan
datangnya orang-orang yang berdusta atas nama beliau Akan ada di akhir zaman para
dadjal dan para pendusta yang membawa kepada kamu hadist-hadist yang tidak pernah
kamu dengartidak juga bapak-bapakmu, berhati-hatilah dari mereka, jangan sampai
mereka menyesatkanmu dan memfitnahmu (HR. Muslim)
Oleh karena itu, seorang mukmin jangan tergesa-gesa meyakini keabsahan suatu
hadits lantas mengamalkannya, sebelum meneliti kualitas hadits tersebut, paling tidak
bertanya kepada ahlinya.
Amal-amal ibadah yang bidah yang dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya
disebabkan oleh kecerobohan menerima dan mengamalkan hadits. Apalagi kalau
memiliki persepsi bahwa hadits dhaif boleh dijadikan landasan penambahan amal
ibadah, itu sangat keliru dan menyesatkan. Padahal di tengah masyarakat sangat banyak
9

amal ibadah yang berdasarkan hadits dhaif, misalnya shaum nisfu syaban, shalat
Tasbih, termasuk bacaan qunut di dalam shalat Subuh.
Selain itu, kesalahan pun sering terjadi akibat misinterpretasi dalam memahami teks
hadits yang sahih, misalnya hadits yang menyatakan bahwa nabi makan dengan tiga
jari. Apabila hanya melihat teks hadits tanpa melihat konteksnya, akan lahir kesimpulan
bahwa makan dengan tiga jari adalah sunnah rasul, padahal konteks hadits tersebut
adalah makan kurma, bukan makan nasi.
10

DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org
2. http://tomygnt.wordpress.com
3. http://Kangaswad.wordpress.com
4. http://Sufiroad.blogspot.com
5. http://www.buyayahya.org
6. http://darknessray.multiply.com
7. http://rdwapril-makalah.blogspot.com
8. Erlan Naofal, Kriteria Kesahihan Hadits dan Metode Penelitian Rawi,

Anda mungkin juga menyukai

  • KAVER (Oke) y
    KAVER (Oke) y
    Dokumen1 halaman
    KAVER (Oke) y
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • 1 Kaver
    1 Kaver
    Dokumen1 halaman
    1 Kaver
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • KAVER (Oke)
    KAVER (Oke)
    Dokumen1 halaman
    KAVER (Oke)
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • 2lembar Pengesahan
    2lembar Pengesahan
    Dokumen5 halaman
    2lembar Pengesahan
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • PTI RIzki
    PTI RIzki
    Dokumen2 halaman
    PTI RIzki
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Fisdas
    Cover Fisdas
    Dokumen6 halaman
    Cover Fisdas
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Modul 1 Psikologi Kerja
    Modul 1 Psikologi Kerja
    Dokumen39 halaman
    Modul 1 Psikologi Kerja
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Prosman
    Laporan Prosman
    Dokumen73 halaman
    Laporan Prosman
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • BAB III-Selesai Heatreatment
    BAB III-Selesai Heatreatment
    Dokumen13 halaman
    BAB III-Selesai Heatreatment
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Presentatio N: Created by
    Presentatio N: Created by
    Dokumen11 halaman
    Presentatio N: Created by
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Visi Dan Misi
    Visi Dan Misi
    Dokumen1 halaman
    Visi Dan Misi
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat
  • Momen Inersia
    Momen Inersia
    Dokumen3 halaman
    Momen Inersia
    Rizki Akbar Rismawan
    Belum ada peringkat