Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KISAH-KISAH AL-QURAN
disusun oleh

Kelompok Nama

: VIII : Muhammad Nazar ( 261020736 ) Mutia Alfitri ( 261020741 )

Dosen Pembimbing

Saifullah, S.Pd.I., M.Ag.

FAKULTAS TARBIYAH TADRIS MATEMATIKA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM, BANDA ACEH 2010-2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita semua sehingga pembuatan makalah ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita persembahkan kepada junjungan kita Muhammad SAW, oleh karena beliaulah kita dapat mengenal ilmu pengetahuan dan memberantas kebodohan. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan pemakalah sampaikan kepada pembimbing kita Bapak Saifullah, S.Pd.I., M.Ag. dan kepada seluruh sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memabntu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri dan memohon taufik hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Banda Aeh,

2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Tujuan ......................................................................................... C. Rumusan Masalah ....................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kisah ........................................................................ B. Klasifiasi Kisah Al-Quran .......................................................... C. Karakteristik Kisah dalam Al-Quran ......................................... D. Tujuan Kisah Al-Quran .............................................................. E. Relevansi Kisah dengan Sejarah ................................................ BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSATAKA ..........................................................................

i ii

3 3 4

5 5 9 11 12

14 14 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Suatu peristiwa yang terjadi pasti memiliki sebab dan akibatnya. Peristiwa tersebut juga mengandung hikmah dan nasehat-nasehat yang bermanfaat. Penyampaian nasehat mendengarnya. memiliki cara-cara tersendiri agar para pendengar mau tersebut dituangkan dalam bentuk kisah yang

Apalagi nasehat

menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan sehari-hari. Nasehat yang disampai tanpa variasi tidak akan menarik orang untuk mendengarnya, sebab orang akan merasa bosan dengan tutur kata yang sama. Oleh karena itu, perlu seni-seni bahasa dan kesusastraan dalam penyampaian sebuah nasehat. Orang akan terpengaruh dan rasa ingin tahunya lebih besar sesuai dengan seni bahasanya. Al-Quran telah memaparkan kisah-kisah dan cerita-cerita para nabi dan orangorang terkenal di masanya dengan balaghahnya yang tinggi. Di balik kisah-kisah tersebut tersimpan Itibar yang patut kita ketahui dan menjadi ibrah berharga untuk kita amalkan. Kisah-kisah tersebut pada hakikatnya memiliki banyak rahasia dan misteri, ayat-ayat tersebut telah mendapatkan perhatian dari para sejarawan dan para peneliti kajian agama. Mereka telah mengambil pengetahuan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dari mata air segar itu.

B. Tujuan Sesuai dengan latar belakang di atass, maka tujuan penulisan makalah ini supaya kita bisa mengambil pengetahuan dan pesan-pesan yang terkandung dalam kisahkisah Al-Quran sebagai pelajaran untuk kita amalkan.

C. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan pengertian qashashul quran. 2. Menjelaskan macam-macam kisah dalam Al-Quran. 3. Menjelaskan karakteristik kisah dalam Al-Quran. 4. Menjelaskan tujuan kisah-kisah dalam Al-Quran. 5. Menjelaskan relevansi kisah dengan sejarah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashashul Quran Kata qasash merupakan bentuk masdar dari qashasha yang berarti kisah, cerita berita atau keadaan. Secara elimologi, kata kisah diambil dari beberapa ayat Al-Quran, yaitu; surat Al- kahfi [18: 64] qashashan (kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang, Surat Al-Qashash [28: 11] Qush (ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya), Surat Ali-Imran [3: 62] Qashashu (yang berurutan) dan Surat Yusuf [12: 111] Qashashihim (Berita). Sedangkan secara termologi Qashashul Quran adalah pemberitauan Quran tentang umat zaman lalu,nubuwat (kenabian) dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi1. Al-Quran menceritakan berbagai polemik baik pelaku, objek, hal, tempat, maupun waktu peristiwa tersebut terjadi dengan cara shuratan nathigah, artinya seolah-olah pembaca merasakan apa yang dibaca/ didengarkannya.

B. Klasifikasi Kisah Al-Quran Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang meliputi kisah-kisah yang dijadikan pengajaran dan ilmu-ilmu pengetauan bagi kehidupan manusia. Kisahkisah tersebut bisa digolongkan dalam 3 macam: 1. kisah para nabi. Dalam hal ini, diceritakan tentang dakwah nabi kapada umatnya, baik yang mengikuti maupun yang menentang perkembangan dakwah tersebut, balasan yang ditimpakan terhadap pendusta, mukjizat yang memperkuat dakwahnya serta tahapan-tahapan dakwah, kisah ini banyak diceritakan dalam Al quran seperti kisah nabi Adam (Q.S Al-Baqarah: 30-39 dan Al-Araf: 31), kisah nabi Nuh (Q.S Al-Anam: 74-83 ) dan sebagainya.

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran.(Jakarta : Litera Antar Nusa, 2001), hal 463.

Untuk lebih jelas,berikut kami ceritakan sebuah kisah tentang kisah nabi Nuh membuat bahtera2: Setelah lama Nuh bersedih hati memikirkan kaumnya, Allah mewahyukan kepadanya: Dan diwahyukan kepada Nuh bahwa sanya sekali-kali tidak akan beriman diantara kaummu kecuali orang yang telah beriman (saja) karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang mereka selalu kerjakan.(Q.S Hud: 36 ). Nabi Nuh berdoa kepada Allah Untuk membinasakan dan menghancurkan kaumnya. Allah mengabulkan doanya dan memberitahu kepadanya bahwa Dia akan menghancurkan mereka dengan angin dan banjir besar. Tidak seorang pun dari mereka yang tidak binasa. Allah kemudian mewahyukan nabinya untuk membuat bahtera, agar dinaiki bersama kaum yang muslimin. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Q.S Hud: 37 ). Disaat nabi Nuh membuat bahtera atas perintah Allah, kaumnya mengolok-olok dan tertawa atas perbuatan nabi Nuh. Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagai mana kamu sekalian mengejek ( kami ). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang ditimpa azab yang kekal. ( Q.S Hud: 38-39 ). Selesai Nuh membuat bahtera, Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membawa ahli-ahlinya yang mukmin, semua hewan secara berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan, dan perbekalan-perbekalan secukupnya untuk mengabdikan

keturunannya menaiki bahtera. Nabi Nuh mempunyai 4 orang anak, Sam, Ham, Yafu dan Kanan. Kanan binasa tenggelam bersama orang kafir, karena dia termasuk orang yang menolak naik ke bahtera bersama ayahnya, Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memelihara aku dari air Bah.

Muhammad Ali As-Shabuni, Para Nabi dalam Al-Quran .(Yogjakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), hal 29-33

Adapun ketiga anak Nuh yang lain selamat dan meneruskan keturunan mereka di bumi. Allah memerintahkan langit berhenti mencurahkan air hujan, memerintahkan bumi untuk menelan air yang menggenanginya supaya menjadi seperti sumula. Bahtera itu kemudian mendarat di gunung judi , di Amerika Selatan, berbatasan dengan Mesopotania. ( Q.S Hud : 44 ). Difirmankan, Hai Nuh, turunlah dengen selamat dan penuh keberkahan dari kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dan orang-orang yang bersamamu. ( Q.S Hud ; 48 ).

2. kisah yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya, seperti kisah Talut, Jalut, Lukman,

Dzulkarnain, Karun, Maryam, Ashabul kahfi, Ashabl Ukhdud, Ashabul Fill, dan sebagainya. Di bawah ini, ada penggalan kisah Dzulqarnain dan yajuj dan Majud3: Dzulkarnain adalah seorang laki-laki yang dilahirkan pada zaman dahulu kala, ia masuk Islam melalui nabi Ibrahim dan berthawaf mengelilingi Kabah bersamanya, sehingga akhirnya ia kembali ke negerinya. Dzulkarnain menyiapkan pasukan untuk menyeru manusia kepada Allah, yang langsung dipimpinnya. Beliau telah mempelajari seruruh bahasa penduduk bumi, sehingga ia dapat bercakap-cakap dengan semua bangsa melalui bahasa masingmasing. Ia juga mengetahui semua rute perjalanan, dan itu diketahuinya berkat hidayah Allah yang diberikan kepadanya. Dzulkarnain sampai di belahan barat bumi, tempat matahari terbenam. Ia kemudian melihat matahari itu seolah-olah terbenam di mata air berlumpur (ainul hamiah), ia melihatnya tenggelam dalam tanah yang hitam. Matahari itu kemudian tenggelam di Uqyanus.

Hamid Ahmad Ath-Thahir, Kisah-kisah dalam Al-Quran untuk Anak.( Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), hal 67-85

Allah memberikan pilihan kepada Dzulkarnain antara menyiksa penduduk tanah itu atau berlaku adil kepada mereka , sebab mereka orang-orang yang kafir. Hingga dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan disana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman: Wahai Dzulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka. ( Q.S Al-Kahfi: 86). Dua belas tahun lamanya perjalanan ini, sehingga Dzulkarnain sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar diatas suatu kaum yang tidak kami buatkan suatu perlindungan bagi mereka dari (cahaya matahari) itu. (Q.S Al-Kahfi: 90). Kemudian mereka menempuh perjalanan lagi sampai mereka bertemu dengan makhluk Alah yang bernama Yajuj majud. Mereka mempunyai bentuk, ukuran dan fisik yang membuat manusia terkejut dan heran bila melihatnya. Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Alah, suka merampok, dan malas bekerja serta suka menganggu dan merugikan manusia yang ada di dekatnya. Dzulkarnain meminta pertolongan kepada Alllah, kemudian meminta

pertolongan kepada manusia dan mulailah mereka membangun dinding diantara kedua gunung tersebut dengan sangat kokoh dan kuat, sehingga tidak akan ada seorang pun yang dapat menghancurkannya, bahkan yajuj majud sekalipun. Maka mereka (Yajuj dan majud) tidak dapat mendaki dan tidak dapat (pula) melubanginya. (Q.S Al-Kahfi: 97).

3. Kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasullah, seperti perang Badar ( Q.S AlAnfal : 5-19, 41-45, 49, 50, 67), dan perang Uhud (Q.S Ali Imran: 121-128, 152-171), perang hunain (Q.S At-Taubah : 25-27), perang Tabuk (Q.s Attaubah : 42-60, 62-98, 118, 119), Isra miraj (Q.S Al-Isra : 1 dan An-naj: 518), dan seterusnya.

Dibawah ini terdapat pengalan kisah yang terjadi pada masa Rasul mengenai isra miraj4: Maha suci (Allah), yang telah memperjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha melihat. (Q.s Al-Isra: 1). Disaat menghadapi ujian berat, gangguan dan hinaan, aniaya dan siksan yang semakin hebat, Nabi Muhammad SAW melakukan Isra dan Miraj dari Mekkah ke Baitul Maqdis di palestina, terus naik ke Sidratul Muntaha. Disanalah Beliau menerima perintah langsung dari Allah tentang shalat lima waktu. Perjalanan satu malam itu menambah iman dan keyakinan beliau sebagai Rasul Allah untuk membawa Risalah-nya kepada umat manusia. Peristiwa Isra dan Miraj ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-II sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. Kejadian tersebut juga menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri. Apakah mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu. Bagi kaum Quraisy, peristiwa itu mereka jadikan sebagai senjata untuk menuduh nabi sebagai orang yang tidak beres otaknya. Mereka jadikan bahan hinaan dan olok-olokan yang sangt keji. C. Karakteristik Kisah dalam Al-Quran Al-Quran tidak menceritakan kisah-kisah secara kronologis dan tidak merincikan secara panjang lebar. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang di ulang-ulang dengan bentuk yang berbeda-beda. Misalnya di satu surat terdapat diawal dan di ayat yang lain di akhir, tetapi maksud dan tujuannya sama. Pengulangan ayat-ayat tersebut memilki hikmah tersendiri.

Muhammad Ali Ash-Shabuni , Para Nabi dalam Al-Quran , (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), hal 169.

Menurut Manna

Khalil Al-Qattan, penyajian kisah dalam Al-Quran yang

demikian itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya5: 1. Menjelaskan ketinggian balaghah Al-Quran. Diantara fungsi dan tujuan balaghah tersebut adalah untuk mengungkapkan sebuah makna dalam bentuk yang berbeda sehingga setiap orang yang membaca Al-Quran tidak merasa bosan, bahkan dapat menambah pengetahuan baru atau mengetahui maknanya. 2. Menunjukkan kehebatan Mukjizat Al-Quran, dengan adanya pengulangan ayat dalam bentuk yang berbeda menunjukkan Allah itu maha kuasa, tidak ada yang dapat menandingi kehebatan ayat-ayat Al-Quran bahkan sastrawan Arab sekalipun. Allah sendiri menentang orang-orang yang ingin menandingi kehebatan Al-Quran seperti dalam firmannya:

Dan jika kamu meragukan (Al-Quran) yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolongpenolongmu selain Alah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Q.S Al-Baqarah: 23-24). 3. Mengundang perhatian besar terhadap kisah-kisah tersebut agar lebih mantap dan melekat di jiwa. Artinya, kisah yang di ulang-ulang itu mempunyai Itibar yang penting untuk kita pelajari. Misalnya kisah Musa dan Firaun. Kisah itu menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan. 4. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Sebagian dari maknanya diterangkan di suatu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna lainnya dikemukakan di tempat lain, sesuai dengan keadaan. Misalnya kisah Kaum Ad yaitu kaum
5

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran. ( Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001 ), hal 438

umat nabi Hud a.s, terdapat pengulangan ayat di tiga tempat pada surat yang berbeda dengan keadan yang berbeda pula. Di surah Ali imran ayat 9 mengisahkan tentang sikap umat manusia menghadapi ajaran Rasul, yaitu tiap kebenaran pada permulaannya ditolak. Di surah Al-Hajj ayat 42 mengisahkan tentang ayat-ayat Alah SWT sebagai penawar hati nabi Muhammad SAW. Di surah Al-Ankabut ayat 38 mengisahkan tentang cobaan terhadap nabi Hud a.s dan nabi Shaleh a.s.

D. Tujuan Kisah dalam Al-Quran Allah telah menetapkan bahwa dalam kisah terdahulu terdapat ibrah dan nasihat bagi orang-orang yang mempelajarinya, yang merenungi kisah-kisah tersebut, mereka akan menemukan hikmah di balik pengkisahan kisah tersebut, serta menggali pelajaran dan petunjuk hidup dari kisah-kisah tersebut. Allah juga memerintahkan kita untuk bertadabbur terhadapnya, menyuruh untuk meneladani kisah orang-orang shaleh serta mengambil metode mereka berdakwah dalam posisi kita sebagai makhluk dan khalifah di muka bumi. Jika kita menelaah kisah Al-Quran dengan seksama, kita akan memahami bahwa Allah menyampaikan inti penting untuk kita amalkan melalui kisah-kisah yang ada didalam Al-Quran. Oleh sebab itu, menurut Manna Al-qattan, kisah-kisah Al-quran mempunyai banyak faedah terpenting di antaranya6: 1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh para nabi (Q.s Al-Anbiy: 25). 2. Meneguhkan hati Rasullah dan hati umat nabi Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya (Q.S Hud:120). 3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan paninggalannya.

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran,(Jakarta: Litera Antar Nusa, 2010), hal437

4. Membuktikan kewahyuan Al-Quran dan kebenaran misi Nabi Muhammad SAW, semua yang disampaikannya adalah wahyu yang turun dari Allah demi membimbing ummat manusia kejalan yang lurus dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran Al-Quran sendiri mengisyaratkan hal ini ketika menukil kisah-kisah para nabi di permulaan maupun di akhir kisah, Allah berfiman (Q.S Yusuf: 3). 5. Menyibak kebohongan ahli kitab ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti (Q.S Ali imran: 39). 6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa. 7. Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh Nabi as, karena mereka semua datang dari Allah, intisari dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak ummat manusia kepada satu tujuan. 8. Menceritakan pertolongan Ilahi terhadap para nabi a.s dan menekankan reality bahwa peperangan idiologi itu pasti berakhir dengan kemenangan dipihak para penolong-penolong Allah. 9. Membenarkan kabar-kabar gembira dan peringatan Ilahi secara nyata dengan memberikan contoh-contoh yang nyata tentang hal itu. 10. Menjelaskan rahmat dan nikmat Ilahi yang telah dicurahkan atas nabi a.s sebagai hasil kedekatan hubungan mereka dengan Rabb-nya.

E. Relevansi Kisah dengan Sejarah Kisah yang terdapat dalam Al-Quran sengat berbeda dengan kisah-kisah lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan yang ingin dicapainya. Setiap orang yang ingin bercerita atau menulis cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya.

Kisah dalam Al-Quran memiliki nilai seni yang cukup tinggi, kisah-kisahnya pun tidak diragukan kebenarannya, walaupun tidak diceritakan secara kronologis dan dipaparkan secara rinci pada kenyataannya, sebagian kisah dalam Al-Quran merupakan petikan sejarah, karena pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuanpenemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan kisah dalam Al-Quran dalam rangka pengetahuan modern. Misalnya situs bangsa Iran yang didefinisikan sebagai bangsa Ad7 dalam kisah Al-Quran, Al-Mutafikat8 yang mendefinisikan sebagai kota Pali, Sodom dan Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah nabi Luth.

7 8

Ahmad Banta,Tafsir Quran Perkata.(Jakarta:Maghfirah,2009),hal 256,337,400 Ahmad Banta,Tafsir Quran Perkata.(Jakarta:Maghfirah,2009),hal 198,567

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Qashas merupakan bentuk masdar dari Qashasha yang berarti kisah,cerita,berita atau keadaan. Kisah-kisah Al-quran adalah

pemberitahuan tentang keadaan umat yang dahulu. 2. Macam-macam kisah Al-Quran: a. kisah para nabi; b. peristiwa masa umat yang dahulu; c. kisah yang terjadi pada masa rasul dan nabi. 3. Karakteristik kisah dalam Al-Quran a. Ketinggian balaghah Al-Quran; b. Kehebatan mukjizat Al-Quran; c. Mengundang perhatian besar terhadap kisah-kisah Al-Quran. 4. Tujuan kisah-kisah Al-Quran: a. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah; b. Meneguhkan hati Rasulullah; c. Memebenarkan para nabi terdahulu; d. Membuktikan kewahyuan Al-Quran; e. Dll.

B. Saran Dengan adanya pengisahan tersebut di atas, pemakalah mengharapkan bisa mengambil ibrah untuk memperbaiki akhlak dan akidah kita yang telah rusak di era globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi ilmu-ilmu Quran. Jakarta: Litera Antar Nusa Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2001. Para Nabi dalam Al-Quran. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Ath-Thahir, Hamid Ahmad. 2006. Kisah-kisah dalam Al-Quran untuk Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 1972. Media Pokok dalam Penafsiran Al-Quran. Jakarta: Bulan Bintang Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Quran perkata. Jakarta: Maghfirah Shihab, Quraish. 1998. Mukjizat Al Quran. Bandung: Mizan Http://indiaoneh.co.cc/1_6_kisah_dalam_Al-Quran.html. Http:/harmoni-my.org/arkib/kisah nabi/mengapa kisah kisah AlQuran.htm.

Anda mungkin juga menyukai