Anda di halaman 1dari 17

A.

Pendahuluan Hal yang cukup penting dalam menjelaskan tingkah laku manusia, ditekankan oleh sebuah idiom sosial Jika seseorang merasakan situasi sebagai realitas, mereka benarbenar dalam kesadarannya (Thomas dan Znaniecki, 1927, hal 81). Pandangan yang sama juga ditekankan oleh Watson (1960), yang mengatakan bahwa, kemudahan dan kesulitan dalam pengenalan (ide) pada dasarnya tergantung pada lingkungan yang baru pada produk baru - hal yang baru menurut pandangan kostumer adalah sebagai sebuah berkas pelayanan-pelayanan yang baru lahir. Hal ini merupakan persepsi dari penerima dari karakteristik-karakteristik inovasi yang mempengaruhi banyaknya adopsi, bukannya karakteristik seperti yang diklasifisakan oleh para ahli ataupun agen perubahan. Seperti kecantikan, inovasi hanya ada di mata orang yang memandang. Dan hal itu merupakan persepsi orang yang memandang dan mempengaruhi tingkah lakunya. Meskipun penelitian terdahulu dari karakteristik inovasi dan banyaknya adopsi telah dilakukan pada para petani, beberapa penelitian mengenai guru dan administrasi sekolah-sekolah menemukan karaktreristik yang sama dan bisa jadi sangat penting dalam memperkirakan banyaknya adopsi dalam sebuah inovasi pendidikan. Holloway (1977) merencanakan penelitian pada 100 Sekolah Menengah Atas terkemuka

mengenai kelima karakteristik seperti yang telah diungkapkan dalam bab ini. Dukungan umum untuk kerangka pemikiran terkini telah ditemukan, meskipun perbedaan antara keuntungan relatif (relative adventages) dan kesesuaian

(compatibility) tidak begitu jelas terbedakan, aspek pemberian status dalam inovasi pendidikan timbul sebagai dimensi keenam dalam memperkirakan banyaknya adopsi. Faktor analisa Holloway (1977) yang menggunakan tipe skala Likert memperoleh karakteristik yang keenam. Metode analisa faktor juga sama dengan yang digunakan pada data-data mengenai guru (Hahn 1974, Clinton 1973), petani (Elliot 1968, Kivlin 1960). Hasilnya sedikit-banyak membedakan dari penelitian ke penelitian. Akan tetapi dukungan terkuat pada umumnya ditemukan dari dimensi karakteristik keuntungan relative (relative adventages), kebersesuaian, dan kompleksitas, dengan dukungan agak

lemah untuk keberadaan karakteristik triabilitas (dapat diuji cobakan) dan observability (dapat diteliti). Kami menyimpulkan bahwa karakteristrik inovasi yang paling penting untuk sebagian besar responden dapat dimasukkan dalam lima karakteristik sebagai kerangka umum yang kami gunakan, yaitu: keuntungan relative (relative adventages), kebersesuaian, dan kompleksitas, dengan dukungan agak lemah untuk keberadaan karakteristik triabilitas (dapat diuji cobakan) dan observability (dapat diteliti). B. Tujuan Penelitian Tentang Karakteristik Inovasi Kegunaan penelitian mengenai karakteristik inovasi yang paling utama adalah untuk memperkirakan banyaknya adopsi di masa yang akan datang. Kebanyakan penelitian terdahulu lebih seperti ramalan dari pada sebuah perkiraan. Hal inilah yang kemudian membuat karakteristik inovasi dipertimbangkan sebagai variabel bebas dalam menjelaskan variansi variabel terikat dari banyaknya adopsi. Variabel terikat diukur dalam penelitian terdahulu, sedangkan variable bebas diukur pada masa sekarang ini; Jadi, dahulu karakteristik merupakan alat prediksi paling kuat dari banyaknya adopsi. Bagaimanapun generalisasi tentang beberapa karakteristik seperti keuntungan relatif dan kebersesuaian dalam menjelaskan banyaknya adopsi telah diperoleh dari penelitian terdahulu, dan generalisasi tersebut juga dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya adopsi dari inovasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perencanaan penelitian yang ideal sebenarnya akan mengukur karakteristik inovasi (t) untuk memperkirakan banyaknya adopsi dari inovasi tersebut (t) [Tornatzky dan Klein,1981]. Sayangnya, catatan terdahulu dari metode penelitian ilmuan sosial umumnya tidak sesuai dengan: sekumpulan data dan permasalahan serta tingkah laku saat ini untuk memperkirakan tingkah laku yang akan datang. Tidak ada solusi sempurna dari permasalahan ini, akan tetapi beberapa pendekatan penelitian cukup bermanfaat dalam memperkirakan hal yang akan terjadi, pendekatan-pendekatan itu adalah:

1. Perhitungan banyaknya adopsi dari inovasi terdahulu yang digunakan untuk inovasi lain di masa yang akan datang. 2. Penjelasan hipotesis inovasi pada sebagian besar adopter, dan menentukan karakteristik yang dirasakannya, dan dijadikan sebagai perkiraan banyaknya adopsi. 3. Menginvestigasi diterimanya inovasi pada tahap sebelum disebarkan, seperti ketika inovasi hanya dijadikan test pasar dan mengevaluasi percobaan tersebut. Tak satupun pendekatan-pendekatan tersebut meneliti karakteristik inovasi dengan ideal untuk memperkirakan banyaknya adopsi dari inovasi di masa yang akan datang. Akan tetapi ketika pendekatan-pendekatan tersebut digunakan, tentu saja lebih baik dari pada tidak menggunakan pendekatan sama sekali. Di kasus lain, penelitian dalam memprediksi banyaknya adopsi dari inovasi akan lebih bernilai jika data utama pada karakteristik inovasi dikumpulkan, atau bersamaan dengan keputusan individu untuk mengadopsi inovasi [Tornatzky dan Klein,1981] . C. Karakteristik-karakteristik Inovasi 1. Keuntungan relatif (Relative Adventage) Keuntungan relatif (Relative Adventage) adalah tingkat dimana inovasi dirasa sebagai hal yang lebih baik dari pada ide yang digantikannya. Tingkat keuntungan relatif sering kali ditekankan dalam keuntungan ekonomi, pemberian status dan cara-cara lainnya. Lingkungan inovasi sebagian besar menentukan apakah keuntungan relatif tipe tertentu (seperti ekonomi, social dan lain-lain) cukup

penting bagi adopter, meskipun karakteristik sebagian besar adopter juga cukup penting dalam mempengaruhi dimensi keuntungan relatif. a. Faktor ekonomi dan banyaknya adopsi Beberapa produk baru mencakup kemajuan teknologi yang berhasil mengurangi biaya produksi, menjadikan harga jual yang lebih murah bagi konsumen. Para pelaku ekonomi menyebutnya sebagai lerning by doing (Arrow, 1962).

Contoh tepat adalah kalkulator saku, yang dijual 250 $ (Rp. 2.500.000) pada tahun 1972. Dalam beberapa tahun kemajuan teknologi dalam memproduksi semi konduktor sebagai bagian penting kalkulator, membuat barang yang sama (bahkan memiliki empat fungsi) hanya dijual sekitar 10 $ (Rp.100.000). Ketika harga dari produk baru turun dengan dramatis selama proses difusi (penyebaran), banyaknya adopsi tentu saja dengan cepat terjadi. Dari contoh tersebut, bagaimana sebuah karakteristik dari inovasi merubah secara positif banyaknya adopsi. Pertentangan terhadap pentingnya karakteristik keuntungan relatif dengan karakteristik inovasi lainnnya yang dirasakan oleh petani Amerika dapat ditemukan melalui literature tentang difusi. Griliches (1957), seorang ahli ekonomi, menjelaskan sekitar 30 % dari varian banyaknya adopsi jagung hibrida berdasarkan pada adanya keuntungan. Dia menggunakan data agregat dari laporan pertanian daerah dan pusat Negara Amerika, dan karenanya, tidak dapat mengklaim bahwa hasil yang sama akan diperoleh ketika petani individual menjadi unit analisa. Griliches (1957) menyimpulkan Saya percaya bahwa lebih jauh lagi, contoh yang representatif mengenai variable-variabel sosial cenderung akan ditangguhkan, dan variabel ekonomi sebagai penentu mayoritas bentuk perubahan teknologi. Tuduhan Griliches tentang pentingnya keuntungan ekonomi sebagai penjelasan utama banyaknya adopsi bersesuaian dengan ahli-ahli ekonomi dari Chicago School, yang memberikan asumsi bahwa bukti berlawanan adalah pada kerja pasar. Pasar-pasar dengan jelas menguatkan pentingnya penjelasan mengenai banyaknya adosi dari inovasi pertanian. Untuk beberapa inovasi (seperti ide biaya tinggi dan keuntungan tinggi), bagi beberapa petani, keuntungan relatif dari aspek ekonomi bahkan dapat menjadi satu-satunya alat prediksi paling penting mengenai banyaknya adopsi. Akan tetapi untuk berargumen bahwa factor ekonomi adalah satusatunya alat prediksi dari banyaknya adopsi adalah hal yang konyol. Mungkin

jika Dr. Griliches pernah menginterview secara personal salah satu petani Midwestern yang mengadopsi jagung hibrida, dia akan mengerti bahwa petanipetani tidak 100% orang-orang ekonomi. Tidak mengejutkan, bukti lebih kuat menyangkal tuduhan Griliches: (1) Pada kasus pengadopsian gandum hibrida di Kansas (Brandner dan Strauss, 1959; Bradner, 1960 dll), dimana kesesuaian lebih penting dari pada keuntungan. (2) Dan pengadopsian biji jagung hibrida di Lowa (Havens dan Rogers 1961; Griliches 1962 dll), dimana memutuskan bahwa kombinasi antara aspek keuntungan inovasi dan aspek dapat diteliti (observability) merupakan hal yang paling penting dalam menentukan banyaknya adopsi. b. Aspek status dalam inovasi Tidak dapat dipungkiri lagi salah satu motivasi terpenting untuk hampir setiap individu dalam mengadopsi sebuah inovasi adalah hasrat untuk mendapatkan status sosial. Untuk inovasi tertentu, seperti model baju baru, prestise sosial yang dibawa inovasi pada pakaian tersebut hampir menjadi satusatunya manfaat yang diterima oleh penerima inovasi. Faktanya, ketika banyak anggota sistem juga mengadopsi model yang sama, inovasi (seperti celana panjang atau jeans) dapat hilang dari nilai sosial adopter. Kerugian berangsurangsur dari pemberian status dalam inovasi pakaian tertentu menyediakan sebuah tekanan berkelanjutan untuk model yang lebih baru. Intinya di sini adalah bahwa model pakaian baru tertentu tidaklah memiliki fungsi lain bagi pemakai; Singkatnya, jeans adalah jenis pakaian yang sungguh berguna dan tahan lama. Tapi tentu saja alasan utama dalam membeli model jeans tersebut lebih ditujukan pada nama disainer yang tercantum dalam saku belakang jeans. Karakteristik pemberian status dari inovasi, lebih diutamakan ketimbang ketahan-lamaan dan kebergunaan dari jeans tersebut. Mungkin pentingnya status sosial dalam keputusan untuk membeli pakaian baru diindikasikan oleh fakta bahwa pakaian lama seseorang benar-benar sangat jarang dipakai sebelum digantikan dengan pakaian baru.

Model pakaian yang merupakan pertimbangan pemberian status tidak berarti satu-satunya alasan utama dalam adopsi, dan wanita kelas atas juga bukanlah satu-satunya anggota populasi yang dikenakan pemberian status inovasi. Secara umum dapat dikatakan, pengadosian inovasi yang tampak (seperti pakaian, mobil baru dan model rambut) kemungkinan besar karena motivasi status. Contoh luar biasa dari kapasitas pemberian status inovasi pertanian ditunjukkan oleh penyebaran gudang Harvestore di pinggiran Negara Amerika Serikat, gudang tersebut dibangun dari baja dan kaca, dicat dengan warna biru langit, ditunjukkan dengan jelas nama pembuatnya, tingginya mendominasi kaki langit petani, jadi gudang-gudang tersebut dengan mudah terlihat dari jalan raya. Karena gudang Harvestore sangatlah mahal (dari 30.000 $ sampai 70.000 $ tergantung ukurannya) sebagian besar ahli pertanian merekomendasikan kepada para petani Amerika untuk membeli gudang penyimpanan hasil pertanian yang lebih murah. Tapi kualitas pemberian status dari Harvestore menarik begitu banyak petani. Dan faktanya, beberapa petani Amerika sendiri, dengan contoh yang jelas memilikinya, padahal dua gudang Harvestore dipedesaan setara dengan dua garasi mobil di perumahan kota. Seperti yang telah kami gariskan sebelumnya, orang-orang tertentu (yang mengadopsi sebuah inovasi di waktu tertentu) sebagian besar dimotivasi oleh pencarian status dibandingkan motivasi lainnya. Sebagai contoh, orang-orang yang berpenghasilan rendah kurang peduli dengan model pakaian. Umumnya, kelas menengah ke atas tampaknya memberikan perhatian yang lebih kuat pada aspek pemberian status dari sebuah inovasi. Motivasi status untuk pengadopsian tampak menjadi hal yang penting bagi innovator, adopter dan mayoritas orang yang perduli dengan kemajuan jaman tapi kurang penting bagi orang-orang yang kurang mengikuti perkembangan jaman. Bukti untuk pernyataan ini ditunjukkan oleh Van der Haak (1972), yang menanyai dua sampel dari pengusaha kecil Belanda, satu orang yang

menyetujui bantuan financial dari program pemerintahan baru, sedangkan sampel lainnya merupakan orang yang menolak bantuan tersebut (padahal mereka memenuhi syarat untuk menerimanya). Pengadopsi bantuan pemerintah pada bisnis kewirausahaan seperti penjualan barang bekas (termasuk toko gadai), bagi mereka, bantuan pemerintah dirasa sebagai pemberian status sosio ekonomi. Akan tetapi, pengusaha yang lebih borjuis, yang menolak inovasi bantuan pemerintah, merasakan hal itu memalukan untuk diterima, mereka merasa hal itu akan mengancam prestise sosial di mata komunitas lokal jika menerima bantuan tersebut, meskipun mereka membutuhkannya. Jadi status social adalah hal yang cukup kuat mempengaruhi pengadopsi program pemerintah dan penolaknya, dan inovasi bantuan pemerintah benar-benar memiliki makna sosial yang berbeda pada dua atau lebih kelompok. Motivasi status sosial menjadi lebih penting dari pada kebutuhan ekonomi bagi sebagian kecil pengusaha Belanda yang memutuskan menolak inovasi tersebut. c. Dampak-dampak insentif Banyak agen perubahan menyerahkan insentif atau subsidi pada klien untuk mempercepat banyaknya adopsi. Salah satu fungsi dari insentif untuk adopter adalah untuk meningkatkan tingkat keuntungan relative dari sebuah ide baru. Insentif adalah pembayaran langsung atau tidak langsung (cash dan non cash) yang diberikan pada individu atau sebuah sistem untuk mendorong

beberapa perubahan perilaku yang jelas. Seringkali perubahan memerlukan adopsi sebuah innovasi. Insentif dibayarkan untuk mempercepat penyebaran inovasi di berbagai bidang: pertanian, kesehatan, pengobatan, dan perencanaan keluarga (program KB). Kebanyakan penelitian dengan jelas dilakukan dalam pemberian insentif program KB dibandingkan bidang lainnya. Sebenarnya, terdapat banyak perbedaan bentuk inovasi yang dapat di ambil, yaitu: 1. Insentif Adopter vs Penyebar, insentif dapat dibayarkan langsung kepada adopter atau orang lain untuk mendorongnya membujuk adopter. Sebuah

contoh dari insentif yang diberikan kepada penyebar inovasi adalah pembayaran kanvaser vasektomi di India, Insentif penyebar meningkatkan aspek observabilitas dari sebuah inovasi dibandingkan keuntungan relatifnya. 2. Insentif individu vs system. Pembayaran mungkin dibayarkan pada seorang adopter, agen perubahan atau sistem sosial yang mereka miliki. Contohnya, Agen program KB pemerintah Indonesia membayar insentif kepada desa-desa yang paling tinggi mengadopsi alat kontrasepsi; kebijakan insentif meningkatkan keuntungan relative dalam mengontrol kelahiran. 3. Insentif positif dan negative, kebanyakan insentif adalah positif yang menghargai perubahan tingkah laku yang diinginkan, akan tetapi mungkin juga menghukum seseorang dengan menjatuhkan hukuman yang tidak diinginkan atau dengan mengambil beberapa hal yang diinginkan untuk tidak mengadopsi inovasi. Contohnya, Pemerintah Singapura memutuskan bahwa setiap keluarga yang memiliki anak ketiga atau lebih maka tidak memenuhi syarat untuk menerima biaya persalinan dan harus membayar semua biaya rumah sakit dan dan biaya pengiriman (dimana hal-hal tersebut gratis untuk semua warga negara) 4. Insentif moneter vs non moneter. Ketika insentif seringkali berupa pembayaran financial, insentif-insentif tersebut dapat pula mengambil bentuk berupa komoditas atau objek yang diinginkan oleh penerima inovasi. Singkatnya, di India sari dengan segitiga merah (symbol keluarga berencana di india) diberikan kepada setiap wanita yang disterilkan (tidak ingin punya anak lagi/dimandulkan). 5. Insentif segera vs tunda. Kebanyakan insentif dibayarkan bersamaan dengan adopsi, tapi juga ada yang hanya dibayarkan di kemudian hari. Contohnya, beberapa Negara berkembang menyediakan biaya pendidikan

gratis untuk anak-anak yang lahir dari keluarga dengan jumlah anak sedikit. Berbagai kombinasi dari ke lima tipe kebijakan insentif dapat dibayarkan dalam berbagai situasi yang berbeda. Secara bertahap, bukti yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa insentif tertentu memiliki pengaruh dalam penyebaran inovasi. # Keuntungan relatif dan banyaknya adopsi Melalui buku ini kami telah menekankan bahwa penyebaran inovasi merupakan proses pengurangan ketidakpastian. Ketika seseorang atau organisasi melalui proses pengambilan inovasi, mereka termotivasi mencari informasi untuk mengurangi ketidakpastian dari keuntungan relatif sebuah inovasi. Sebagian besar adopter ingin mengetahui apakah suatu ide baru lebih baik dari pada praktek yang saat ini dilakukan. Jadi keuntungan relatif (relative adventages) seringkali berisikan jaringan informasi mengenai sebuah informasi. Pertukaran informasi evaluasi dan inovasi berada di jantung proses difusi. Dari itu, tidaklah mengejutkan bahwa ilmuan difusi telah menemukan bahwa keuntungan relatif adalah salah satu alat prediksi terbaik dari banyaknya adopsi inovasi. Keuntungan relatif di sisi lain mengindikasikan kekuatan reward dan punishment dari adopsi inovasi. Terdapat sejumlah dimensi dari keuntunga relatif: tingkat keuntungan ekonomi, rendahnya biaya awal, mengurangi ketidakcocokan, menghemat waktu dan tenaga serta pemberian keuntungan. Faktor terakhir mengungkapkan mengapa inovasi preventif secara khusus memiliki tingkat adopsi yang rendah. Inovasi preventif adalah sebuah ide baru dimana seseorang mengadopsi untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. Seperti ide pembelian asuransi, penggunaan sabuk pengaman otomatis, praktek konservasi lahan, pemberian vaksin terhadap virus, atau penggunaan metode kontrasepsi. Keuntungan relatif dari inovasi preventif sangat sulit bagi agen perubahan untuk menunjukkan

pada klien mereka, karena hal itu berisikan masa yang akan datang, masa yang belum diketahui.1 Hasil investigasi dari persepsi karakteristik inovasi dan banyaknya adopsi ditunjukkan pada table 6-1 pada buku Diffusion of innovation. Hampir semua penelitian mengungkapkan hubungan positif antara keuntungan relative dan banyaknya adopsi. Kami dapat meringkas penemuan penelitian tersebut mengenai generalisasi keuntungan relative bahwa : Keuntungan relative inovasi dirasakan anggota sistem sosial memiliki hubungan positif dengan banyaknya adopsi. Sayangnya, untuk tujuan generalisasi, dikebanyakan penelitian tersebut merupakan petani komersial, dan motivasi mengadopsi inovasinya terpusat pada aspek ekonomi dari keuntungan relatif. Fliegel dan Kivlin (1966) menilai: Semenjak kami menguraikan bahwa inovasi memiliki signifikansi ekonomi untuk orang yang setuju, hal itu tidak mengejutkan jika persepsi inovasi sebagai yang paling menguntungkan dan mencakup sedikit resiko dan ketidak pastian akan disetujui dengan sangat cepat. Faktanya, sebuah penelitian dari Kivlin dan Fliegel (1967) yang memasukkan petani Amerika skala kecil (yang kurang berorientasi pada pertimbangan keuntungan) menemukan bahwa pengurangan dari ketidak cocokan yang merupakan salah satu dari sub dimensi keuntungan relative, dan bukannya keuntungan ekonomi memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi. Aspek ekonomi dari keuntungan relative bahkan mungkin kurang penting untuk petani di Negara berkembang. Faktanya, Fliegel dan lainnya (1968) menemukan bahwa petani Punjab di India berperilaku lebih mirip petani kecil di Pansilvania (bahkan sebenarnya lebih) dari pada petani skala besar Amerika Serikat, dalam mempertimbnagkan persepsi mereka terhadap inovasi.

Ketidak mampuan meneliti juga merupakan karakteristik inovasi preventif yang memperlambat banyaknya adopsi.

2. Kebersesuaian/Kecocokan (Compatibility) Kebersesuaian adalah tingkat dimana inovasi dirasa bersesuaian dengan nilai yang ada, pengalaman terdahulu, dan kebutuhan sebagian besar adopter. Sebuah ide yang lebih sesuai adalah yang memiliki sedikit ketidak pastian: (a) dengan nilai dan kepercayaan social budaya (b) dengan ide-ide yang dikenal sebelumnya atau (c) dengan kebutuhan-kebutuhan client akan inovasi. a. Bersesuaian dengan nilai dan kepercayaan sosial budaya Banyak ilustrasi dapat disediakan tentang bagaimana ketidak sesuaian sebuah inovasi dengan nilai budaya menghalangi pengadopsian inovasi. Pada bab 1, bagaimana penduduk di desa Peruvian Los Molinos merasa memasak air sebagai ketidak cocokan dengan nilai-nilai budaya mereka. Petani Amerika juga menempatkan nilai kuat dalam meningkatkan produksi pertanian; inovasi konservasi tanah dirasa bertentangan dengan nilai produksi dan secara bertahap diadopsi dengan lambat. Dalam kota modern India terdapat norma kuat dalam memakan makanan menggunakan tangan kiri yang dipercayai merupakan tangan yang kotor. Kebiasaan ini dimualai berabad-abad lalu ketika desa-desa di India menggunakan tangan kiri mereka untuk fungsi-fungsi aktifitas buang air. Pada waktu itu fasilitas sanitasi dan pencucian tidak memadai dan tangan kiri yang kotor difungsikan dengan komplek. Akan tetapi saat ini sangat mudah bagi masyarakat kota di India mencuci tangan mereka sebelum makan. Akan tetapi, kebiasaan tangan kotor dengan kaku tetap melekat sebagai elemen khusus di kota India. Lalu, apakah anda mau menjadi agen perubahan yang bertangggung jawab untuk membujuk orang-orang India makan dengan tangan kiri mereka? Banyak agen perubahan menghadapi tugas-tugas sulit serupa dalam mempromosikan inovasi-inovasi yang berhadapan langsung dengan nilai yang dianut dengan kuat oleh masyarakat. b. Kesesuaian dengan ide-ide yang dikenal sebelumnya

Sebuah inovasi bisa jadi bersesuaian tidak hanya dengan nilai budaya yang dianut akan tetapi juga ide-ide yang diasopsi sebelumnya. Kesesuaian inovasi dengan ide terdahulu dapat mempercepat atau memperlambat banyaknya adopsi. Ide-ide lama adalah alat utama yang menilai ide baru. Seseorang tidak dapat menghadapi sebuah inovasi kecuali didasarkan model lama dan familiar. Praktek sebelumnya adalah standar familiar dimana inovasi diinterpretasikan dapat mengurangi ketidakpastian. Contoh penggunaan pengalaman terdahulu untuk menilai ide baru adalah penilitian difusi di komunitas petani Kolombia (Fals Borda, 1960). Pertamatama, para petani mengaplikasikan pupuk kimia di pucuk benih kentang (di samping mereka juga memupuk dengan pupuk sapi), Dengan cara demikian justru merusak benih dan menyebabkan evaluasi negative dari inovasi. Petani lainnya dengan berlebihan menyemprotkan kentang mereka dengan insektisida, beralih pada ide metode baru dalam menyirami tanaman. Banyaknya adopsi dari ide baru dipengaruhi oleh ide lama yang telah ada. Oleh karena itu, jika ide baru sangat bersesuaian dengan praktek yang ada, tak akan ada inovasi, setidaknya dalam pikiran sebagian besar adopter.2 Dengan kata lain, semakin sesuai sebuah inovasi maka semakin sedikit perubahan yang ditunjukkan. Pengalaman negatif dengan sesuatu inovasi dapat menghambat adopsi inovasi masa depan. Pandangan negatif inovasi (Arensberg dan Niehoff, 1964) adalah aspek yang tidak diinginkan dari kebersesuaian. Pandangan negatif inovasi adalah sebuah sikap dimana kegagalan inovasi mengkondisikan sebagian besar adopter untuk menolak inovasi di masa yang akan datang. Ketika sebuah ide gagal, kebanyakan adopter terkondisikan untuk memandang inovasi di masa yang akan datang dengan risau/galau.
2

Han pada tahun 1974 melaporkan bahwa pengajar social AS menolak inovasi pendidikan yang sangat mirip dengan praktek yang ada. Jika inovasi terlalu mirip, hal itu akan tampak tak ada keuntungan dibandingkan status quo.

c. Kesesuaian dengan kebutuhan Salah satu indikasi kesesuaian inovasi adalah tingkat dimana inovasi dirasakan oleh klien memenuhi kebutuhannya. Ketika agen perubahan menentukan kebutuhan-kebutuhan kliennya, kesulitan seringkali terletak pada bagaimana merasakan kebutuhan-kebutuhan; agen perubahan harus memiliki tingkat empati dan hubungan yang tinggi dengan kliennya untuk menilai kebutuhan mereka dengan akurat. Kontak interpersonal dengan klien perorangan, komite penasehat klien untuk agen perubahan, dan survey terkadang digunakan untuk menentukan kebutuhan inovasi. Klien mungkin tidak mengetahui bahwa mereka memiliki kebutuhan akan inovasi sampai mereka sadar ide baru itu. Oleh karena itu, salah satu dimensi kesesuaian adalah tingkat dimana inovasi dirasa sebagai pemenuhan kebutuhan klien. Ketika merasakan kebutuhannya terpenuhi, cepatnya tingkat adopsi biasanya terjadi. # Kesesuaian dan banyaknya adopsi Contoh-contoh dan bukti yang baru saja ditunjukkkan mendukung generalisasi 6-2 bahwa: Kesesuaian inovasi yang dirasakan anggota system social memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi. Analisa stastistik untuk preposisi ini memiliki kontrol pengaruh dari karakteristik inovasi lainnya. Tabel 6-1 pada buku Diffusion of Innovation menunjukkan kebersesuaian relatif kurang penting dalam memperkirakan banyaknya adopsi dibandingkan dengan karakteristik lainnya seperti keuntungan relatif. Hal ini mungkin dikarenakan kesulitan-kesulitan dalam pengukuran persepsi dari kebersesuaian. Di kebanyakan penelitian pada table 6-1, kebersesuaian ditemukan memiliki hubungan positif dengan banyaknya adopsi, meskipun korelasi sering kali tidak signifikan ketika pengaruh-pengaruh dari karakteristik inovasi lainnya menggeser secara statistik. 3. Kompleksitas/kerumitan (complexity)

Kompleksitas adalah tingkat dimana sebuah inovasi dirasakan relatif sulit dipahami dan digunakan. Setiap ide baru mungkin diklasifikasikan dalam rangkaian kompleks-simpel. Beberapa inovasi jelas dimengerti oleh kebanyakan adopter ketika yang lainnya tidak mengerti dengan jelas. Meskipun bukti penelitian jauh dari kesimpulan, kami menganjurkan generalisasi 6-3 bahwa: Kompleksitas inovasi yang dirasakan anggota system social memiliki hubungan negative terhadap banyaknya adopsi. Kivlin (1960) menemukan bahwa kompleksitas inovasi pertanian lebih memiliki hubungan yang tinggi (dalam arti negatif) terhadap banyaknya adopsi dibandingkan dengan karakteristik inovasi lainnya selain keuntungan relatif. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Singh (1966) di Kanada dan oleh Petrini (1966) di Swedia (table 6-1). Graham (1956) mencari penentu mengapa penyebaran permainan kartu dan televisi memiliki tingkat adopsi yang berbeda pada kelas sosio ekonomi atas dan bawah. Salah satu alasannya adalah perbedaan kompleksitas antara dua ide tersebut. Permainan kartu harus dipelajari melalui penjelasan detail dari pemain kartu lainnya. Sedangkan televisi nampak relatif sederhana yang hanya mensyaratkan kemampuan untuk menyentuh tombol-tombol. 4. Dapat diujicobakan/Triabilitas (Trialability) Karakteristik dapat diujicobakan adalah tingkat dimana sebuah inovasi dapat diuji cobakan dengan dasar yang terbatas. Ide baru yang dapat dicoba pada tahapan perencanaan umumnya akan lebih cepat diadopsi dibandingkan inovasi yang tidak diuji coba. Meskipun hanya sedikit bukti yang kuat, kami menganjurkan generalisasi 6-4 bahwa: Triabilitas dari sebuah inovasi yang dirasakan oleh anggota system social memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi. Penelitian yang dilakukan oleh Kivlin (1966a), Singh (1966) dan Fliegel et al (1968) mendukung pernyataan ini. Adopter pertama relatif merasakan bahwa triabilitas lebih penting dibandingkan adopter terakhir (Gross, 1942; Ryan, 1948). Laggards melangkah

dari percobaan awal sampai pengggunaan skala keseluruhan lebih cepat dari pada innovator lain. Orang-orang yang yang lebih inovatif belum memiliki teladan untuk diikuti ketika mereka mengadopsi, ketika orang lain dikelilingi oleh para panutan yang telah mengadopsi inovasi. 5. Dapat diteliti/Observabilitas (observability) Karakteristik dapat diteliti/observabilitas adalah tingkat dimana hasi inovasi dapat dilihat oleh yang lain. Hasil dari beberapa ide mudah diteliti dan dikomunikasikan kepada orang lain dimana beberapa inovasi lainnya sulit untuk dijelaskan. Kami meganjurkan generalisasi 6-5 bahwa: Observabilitas dari inovasi dirasakan oleh anggota system social memiliki hubungan positif terhadap banyaknya adopsi. Kebanyakan pembahasan inovasi dalam penelitian difusi adalah ide-ide teknologi. Teknologi adalah sebuah perencanaan untuk tindakan bantuan yang mengurangi ketidak pastian dalam hubungan sebab akibat yang mencakup hasil pencapaian yang diinginkan. Teknologi memiliki dua komponen: (1) Perangkat keras yang berisikan alat yang berwujud teknologi dalam bentuk material atau objek fisik. (2) Perangkat lunak yang berisi alat dasar informasi. Sebagai contoh pada bab 1 buku Diffusion of Innovation, hardware computer (alat perlengkapan) dan software (program komputer). Biasanya komponen software dari inovasi teknologi tidak nyata untuk diobservasi, oleh karena itu inovasi yang memiliki dominasi aspek perangkat lunak kurang dapat diobservasi dan biasanya relatif lebih lambat diadopsi. D. Penjelasan banyaknya adopsi Banyaknya adopsi adalah kecepatan relatif dimana inovasi diadopsi oleh anggota sistem social. Umumnya hal itu duukur dari jumlah individu yang mengadopsi inovasi dalam periode waktu tertentu. Kita telah menunjukkan pada bab sebelumnya bahwa salah satu tipe penting dari variabre dalam menerangkan banyaknya adopsi dari inovasi adalah persepsi akan karakteristik inovasi. Table 6-1 mengindikasikan bahwa 49-87 % dari varian dalam hal

banyaknya adopsi depengaruhi oleh lima karakteristik (keuntungan relative, kebersesuaian, kompleksitas, tribilitas/dapat diuji cobakan dan dapat diteliti). Selain persepsi akan karakteristik inovasi di atas, terdapat variable lain yang mempengaruhi banyaknya adopsi inovasi, yaitu: 1. Tipe keputusan inovasi 2. Media- media komunikasi lingkungan menyebarkan inovasi di berbagai tingkatan dalam proses keputusan inovasi 3. Lingkungan sistem sosial 4. Tingkat usaha mempromosikan agen perubahan dalam menyebarkan inovasi.

Variabel-variabel yang menetukan banyaknya adopsi

Variable terikat yang diteliti

Karakteristik inovasi yang dirasakan adopter: 1. 2. 3. 4. 5. Keuntungan relative Kebersesuaian Kompleksitas Triabilitas Observabilitas

Tipe pengambilan keputusan inovasi: 1. 2. 3. Optional Kolektif Otoritas

Banyaknya adopsi dari sebuah inovasi

Media komunikasi

Lingkungan/Nilai system sosial

Tingkat usaha agen perubahan dalam mempromosikan inovasi

Tipe pengambilan keputusan sebuah inovasi juga mempengaruhi banyaknya adopsi inovasi. Pada umumnya kami mengharapkan bahwa inovasi yang menyaratkan pengambilan keputusan secara optional individual akan lebih cepat diadopsi dari pada inovasi yang diadopsi oleh sebuah organisasi. Dalam pengambilan keputusan, semakin banyak orang maka semakin lambat inovasi tersebut diadopsi. Jika demikian, satu cara untuk mempercepat banyaknya adopsi adalah dengan mengusahakan untuk mengubah pengambilan keputusan unit sehingga lebih sedikit individu yang tercakup. E. Kesimpulan Kegunaan penelitian mengenai karakteristik inovasi yang paling utama adalah untuk memperkirakan banyaknya adopsi di masa yang akan datang. Sedangkan karakteristrik inovasi yang paling penting untuk sebagian besar responden dapat dimasukkan dalam lima karakteristik sebagai kerangka umum yang kami gunakan, yaitu: keuntungan relative (relative adventages), kebersesuaian, dan kompleksitas, dengan dukungan agak lemah untuk keberadaan karakteristik triabilitas (dapat diuji cobakan) dan observability (dapat diteliti). Karakteristik yang paling besar mempengaruhi banyaknya adopsi adalah keuntungan relative dan kebersesuaian. Keuntungan relative terdiri dari Keuntungan financial (ekonomi) dan keuntungan status social. Sedangkan kebersesuaian adalah tingkat dimana inovasi dirasa bersesuaian dengan nilai yang ada, pengalaman terdahulu, dan kebutuhan sebagian besar adopter. Sebuah ide yang lebih sesuai adalah yang memiliki sedikit ketidak pastian (a) dengan nilai dan kepercayaan social budaya (b) dengan ide-ide yang dikenal sebelumnya atau (c) dengan kebutuhan-kebutuhan client akan inovasi.

Anda mungkin juga menyukai