Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sri Andayani Hidayat Kelas : 1B

Langkah-langkah Persiapan Membuka Paraktek Bidan Mandiri


Sebagai seorang bidan yang ingin membuka praktek bidan mandiri , tentu ia telah menyelesaikan pendidikan kebidanan terdahulu serta telah diberikan izin oleh menteri kesehatan untuk membuka praktek bidan mandiri. Sebelum membuka klinik, biasanya seorang bidan yang professional akan lebih mempersiapkan rencana-rencana yang akan dilakukan dalam mengelola usahanya. Dengan demikian usaha yang telah direncanakan akan lebih berhasil dalam melayani masyarakat disekitar lingkungannya dibandingkan dengan usaha yang belum direncanakan. Oleh karena itu, apabila saya telah lulus pendidikan kebidanan saya ingin membuka praktek bidan mandiri dan tentunya saya akan mengadakan persiapan terlebih dahulu. Persiapan yang akan saya lakukan mencakup:

1. Persiapan sebelum membuka praktek bidan mandiri


Dalam hal ini, sebagai bidan professional saya akan mempersiapkan diri saya dengan cara mencari pengalaman terlebih dahulu seperti menjadi bidan PTT, membantu bidan senior atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan seperti dipuskesmas. Selain itu, dalam membuka praktek bidan mandiri saya harus mengetahui situasi dan kondisi tempat yang dapat memicu peningkatan kesuksesan usaha yang akan saya bangun sebuah klinik. Situasi dan kondisi yang saya inginkan seperti: masih kurangnya tenaga kesehatan ditempat itu. Banyaknya pasien yang nantinya akan berobat di klinik saya. Kenyaman dan letak strategis lokasi yang dijadikan klinik.

2. Persiapan setelah membuka praktek bidan mandiri


Persiapan yang saya akan lakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap promosi Pada tahap ini, memperkenalkan kepada masyarakat usaha yang telah saya buat melalui media promosi seperti: menyebarkan brosur/pamphlet sederhana, memberi penyuluhan singkat tentang kesehatan, memberikan pelayanan vaksinasi anak, memberi vitamin serta memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat.

2. Mendesaign pelayanan Di tahap ini, saya berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan masyarakat, baik dalam penolongan persalinan, konseling, KB, imunisasi, pelayanan ibu nifas dan pelayanan yang sesuai wewenang bidan. 3. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen Disini saya sebagai seorang bidan harus mengerti apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasien. Contohnya seorang ibu hamil memerlukan lebih perhatian dan kasih sayang, disini saya akan melayani dengan sikap penuh perhatian dan kasih sayang serta menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih perhatian kepada sang ibu.

Bacaan Dalam Shalat Jenazah Dari Thalhah bin Abdillah bin Auf rahimahullah dia berkata: Aku shalat di belakang Ibnu Abbas radhiallahu anhuma pada suatu jenazah, lalu ia membaca surat Al Fatihah. Lalu beliau berkata, Agar orang-orang tahu bahwa itu (membaca Al-Fatihah dalam shalat jenazah) adalah sunah. (HR. Al-Bukhari no. 1335) Auf bin Malik radhiallahu anhu berkata:

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menshalatkan jenazah, dan saya hafal doa yang beliau ucapkan: ALLAHUMMAGHFIR LAHU, WARHAMHU, WA AAFIHI, WAFU ANHU. WA AKRIM NUZULAHU, WA WASSI MUDKHALAHU. WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI, WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADHA MINAD DANASI. WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI, WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI, WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI. WA ADKHILHUL JANNATA, WA AIDZHU MIN ADZAABIL QABRI, AU MIN ADZAABIN NAAR. (Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia, dan maafkanlah ia. Muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya. Bersihkanlah ia dengan air, salju, dan air yang sejuk, dan bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran. Gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka). Hingga saya (Auf) berangan-angan seandainya saya saja yang menjadi mayit itu. (HR. Muslim no. 963) Penjelasan ringkas: Sudah diterangkan pada dua artikel sebelumnya dalam Kaifiat Shalat Jenazah bahwa shalat jenazah terdiri dari 4 kali takbir. Adapun perinciannya, maka disebutkan dalam hadits Abu Umamah Sahl bin Hunaif radhiallahu anhu dimana beliau berkata: Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah bertakbir (yang pertama) lalu membaca AlFatihah, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam,

kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan jenazah. Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali pada takbir yang pertama. (HR. Al-Hakim: 1/360, Al-Baihaqi: 4/39, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ahkam Al-Jana`iz hal. 121) Sementara pada takbir yang keempat tidak disyariatkan untuk membaca apa-apa karena tidak adanya dalil yang shahih dalam permasalahan. Jadi, setelah takbir yang keempat langsung salam. Maka hadits Abu Umamah di atas merinci dua hadits (hadits Ibnu Abbas dan Anas) yang kami bawakan di atas. Yaitu bahwa Al-Fatihah dibaca pada takbir pertama dan doa kepada jenazah dibaca pada takbir yang ketiga. Adapun lafazh shalawat pada takbir yang kedua, maka disyariatkan untuk membaca shalawat yang biasa dibaca di dalam shalat. Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai