Anda di halaman 1dari 7

8.

2 KETENTUAN-KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu upaya untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran rencana tata ruang wilayah. Pengendalian tata ruang wilayah berpedoman pada arahan-arahan yang ditetapkan dalam rencana struktur tata ruang wilayah dan rencana pemanfaatan ruang pada tingkat propinsi dan kabupaten. Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perijinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perijinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Ijin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan ijin maupun yang tidak memiliki ijin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana kurungan/penjara, dan/atau sanksi pidana denda. Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan. Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti. Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam undang-undang ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Pada tahap awal kegiatan, pengendalian adalah untuk mengetahui sekaligus mengendalikan apakah dan bagaimanakah dalam pelaksanaannya suatu tindakan 8-2 Laporan Rencana pembangunan telah tercapai kesesuaian ataukah terjadi penyimpangan terhadap rencana awal yang telah ditetapkan. Aspek yang dimasukkan dalam pertimbangan ini antara lain ialah bentuk fisik, fungsi waktu atau tahapan pelaksanaan, fungsi pembiayaan dan sebagainya. Tinjauan kedua yang berkaitan dengan pengendalian pemanfaatan ruang ialah analisis terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan suatu rencana pembangunan. Analisis terhadap dampak yang ditimbulkan mencakup dampak positif maupun dampak negatif yang muncul ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan sebagainya. Pada tahap akhir dari tindakan pengendalian pemanfaatan ruang ini ialah memberikan atau menghasilkan umpan balik sebagai hasil evaluasi pengendalian pemanfaatan ruang yang berperan sebagai input bagi tahap pemanfaatan ruang dan/atau tahap perencanaan tata ruang dalam proses siklus berikutnya. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dalam bentuk pengawasan dan penertiban kegiatan pemanfaatan ruang. Tindakan pengawasan akan merupakan dasar tindakan penertiban untuk menyelesaikan masalah tata ruang. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dapat menjadi:

Pengarahan lokasi kegiatan untuk kegiatan budidaya melalui mekanisme perijinan (untuk kawasan berskala besar) dengan pendekatan intensif dan disinsentif; Pelarangan/pencegahan dilakukan kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan rencana; Pembatasan kegiatan lain yang telah ada dengan ketentuan tidak dilakukan pengembangannya lebih lanjut; Penyelesaian masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya (baik status/penguasaan lahan, proyek pembangunan, penggunaan lahan yang telah berlangsung lama) berdasarkan berbagai ketentuan perundangan yang berlaku; Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. RTRWP sebagai salah satu instrumen pengendalian wilayah akan menjadi efektif apabila pada tahap selanjutnya (tahap pelaksanaan rencana) dapat berfungsi sebagai arahan atau pedoman bagi proyek, program dan penyelenggaraan pembangunan pada kawasan kota, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun oleh perorangan maupun swasta. Tahap pelaksanaan rencana kota pada dasarnya merupakan suatu proses pengendalian, yang memiliki tiga simpul utama kegiatan yang saling terkait, yaitu pengawasan, 8-3 Laporan Rencana intervensi dan evaluasi. Ketiga aktivitas utama tersebut terpilah pada asas operasional, menejerial dan konsepsual. 8.2.1 Kegiatan Pengawasan atau Monitoring Kegiatan monitoring dalam rangka pengendalian RTRWP ini pada prinsipnya merupakan kaji banding antara fakta (kondisi yang ada atau sedang berkembang pada wilayah perencanaan) dengan tujuan (kondisi yang diharapkan, yang ditetapkan dalam RTRWP.

Pengawasan merupakan langkah awal dalam keseluruhan mekanisme pengendalian kawasan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan. Tahap pengawasan ini menghasilkan kesimpulan yang merupakan rekomendasi bagi tahap selanjutnya. Apabila dari hasil pengawasan didapat kesimpulan bahwa rencana pemanfaatan ruang dapat mengarahkan dan mempercepat proses pembangunan serta dapat direalisasikan, maka kesimpulan akan merekomendasi intervensi-intervensi atau tindakan untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Demikian pula sebaliknya, apabila rencana yang telah ditetapkan ternyata tidak dapat mempercepat atau bahkan menghambat proses pembangunan, maka tidak menutup kemungkinan untuk merevisi atau memperbaiki rencana yang ada. Dengan demikian, aktivitas pengawasan harus dilakukan secara periodik dan dalam kurun waktu yang cukup untuk dapat dengan segera mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan dan dengan segera melakukan intervensi atau tindakan yang diperlukan. Dalam kegiatan pengawasan ini perlu memperhatikan prosedur administratif yang melibatkan berbagai satuan kerja di dalam susunan organisasi Provinsi Papua Barat, namun satuan kerja yang terlibat langsung dengan kegiatan ini adalah: Badan Koordinasi Tata Ruang nasional. Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah. Badan Pertanahan Nasional. Kegiatan pengawasan ini dapat ditempuh melalui instrumen ijin penggunaan tanah dan bangunan. 8-4 Laporan Rencana

8.2.2 Kegiatan Intervensi Transformasi dari pedoman-pedoman dan arahan yang terdapat dalam RTRWP ke dalam tindakan nyata dilakukan melalui suatu intervensi. Intervensi dalam hal ini adalah suatu program tindakan untuk merealisasi rencana yang telah ditetapkan. Selama ini intervensi yang sering diterapkan dan lajim digunakan adalah peraturan atau perundangundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar beserta sanksisanksinya. Namun di samping itu perlu pula memanfaatkan perangkat intervensi lain secara lebih terencana dan dapat merupakan suatu kesatuan yang saling mendukung. Perangkat intervensi yang dimaksud adalah: Peraturan-Peraturan (Aspek Hukum). Perangkat ini bersifat disinsentif, yaitu berkaitan dengan prosedur-prosedur yang diijinkan dan yang tidak boleh dilanggar. Selain RTRWP yang telah dijadikan PERDA atau Keputusan Gubernur, maka terdapat peraturan-peraturan atau perundangundangan yang secara langsung maupun tidak langsung berfungsi sebagai landasan hukum. Kegiatan Pembangunan. Merupakan pembangunan sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan RTRWP untuk mendukung aktivitas yang diinginkan. Apabila perangkat peraturan dikategorikan sebagai perangkat disinsentif, maka pengembangan sarana dan prasarana ini merupakan perangkat insentif: yaitu memberikan suatu nilai tambah berupa kemudahan, kelancaran dan keuntungan bagi masyarakat yang mematuhi peraturan atau yang mendukung terciptanya kondisi yang diharapkan. Penyelenggaraan pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan akan melibatkan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat. Tetapi secara formal penyelenggaraannya dilakukan oleh pengelola kota beserta segenap jajarannya. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan prosedur administratif yang melibatkan berbagai satuan kerja dalam susunan organisasi

Provinsi Papua Barat. Dalam penyelenggaraan pembangunan, Gubernur Papua Barat dibantu oleh BAPPEDA dan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah. Informasi. Perangkat Informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan pengetahuan maupun pandangan masyarakat untuk mendukung tujuan yang ditetapkan dalam RTRWP. Hal demikian dicapai dengan mengintrodusir pengetahuan-pengetahuan tentang kondisi dan fakta dan permasalahan yang ada pada wilayah perencanaan serta prosedur-prosedur yang harus diikuti. Informasi ini dapat memanfaatkan jalur-jalur komunikasi yang telah ada dan berkembang di Provinsi Papua Barat seperti: komunikasi lisan melalui penyuluhan, koran, radio, televisi atau bahkan pemasangan 8-5 Laporan Rencana informasi mengenai arahan penggunaan lahan dan tata bangunan di wilayah perencanaan atau kabupaten dan distrik setempat. 8.2.3 Kegiatan Evaluasi Kegiatan evaluasi perlu dilakukan berdasarkan masukan dari pemantauan dan pelaporan, untuk menghasilkan umpan balik yang dibutuhkan untuk penyempurnaan rencana tata ruang yang sedang berjalan maupun masukan bagi pembuatan rencana baru atau penjabaran ke dalam rencana yang lebih rinci. Evaluasi juga dilakukan terhadap permohonan ijin dari swasta dan masyarakat untuk dapat memberikan rekomendasi apakah perijinan yang diusulkan disetujui karena telah sesuai rencana tata ruang, atau ditolak karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Evaluasi Rencana Kota diperlukan dan dilakukan setiap 5 tahun sekali untuk mengetahui penyimpangan yang ada, melakukan pengendalian, intervensi dan penyempurnaan rencana kota itu sendiri. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang berpedoman kepada

RTRWP, maka harus ada dukungan komitmen dari semua pihak di Provinsi Papua Barat, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Di samping itu, perlu pula disiapkan perangkat-perangkat pendukung, yaitu: Tersedianya rencana tata ruang skala rinci yang merupakan penjabaran dari RTRWP, yang antara lain berbentuk RTR.W Kabupaten/Kota, Kawasan, dan Rencana Tata Ruang Khusus/Strategis. Tersedianya aparat yang berkemampuan teknis memadai yang ditunjang dengan peralatan kerja yang mencukupi untuk dapat memberikan layanan yang cepat dan tepat bagi para pemohon KRR. Tersedianya aparat yang khusus melakukan pemantauan pemanfaatan ruang yang secara struktural merupakan bagian dari unit kerja yang sudah ada (bukan merupakan instansi/unit kerja baru). Dalam meningkatkan ketersediaan perangkat pendukung perlu disediakan personil, prasarana dan sarana serta anggaran yang lebih memadai.

Sumber data http://rtrwpapuabarat.info/rencana/pdf/ktt-pengendalian.pdf

Anda mungkin juga menyukai