Bagian Inti

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Globalisasi merupakan sebuah gejala yang menempatkan ruang dan waktu tidak lagi membatasi individu ataupun kelompok untuk saling berinteraksi. Globalisasi telah mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan manusia, mulai dari masalah individual hingga ke masalah global. Salah satu ciri globalisasi adalah berkembangnya teknologi dan komunikasi secara pesat, seperti internet, telepon genggam, televisi, dan satelit. Globalisasi terkait berbagai aspek kehidupan mulai dari ekonomi, politik, sosial, seni, teknologi, bahkan ke wilayah pertahanan. Dalam aspek yang lebih luas, bidang-bidang tersebut masuk dalam ranah kebudayaan karena konsep budaya adalah teks dan praktik hidup seharihari (Storey, 2008:2). Globalisasi telah menyerang berbagai bidang kehidupan manusia dan memberikan banyak pengaruh baik pengaruh positif maupun negatif. Ada kalanya manusia sebagai subjek langsung penerima pengaruh globalisasi mengalami krisis identitas yang diakibatkan karena bercampurnya pemahaman lokal dengan nilai-nilai asing. Kemajuan bidang teknologi dan komunikasi yang merupakan salah satu dampak dari globalisasi membuat beragam informasi masuk dengan mudahnya tanpa ada suatu proses penyaringan. Lambat laun, dengan segala kemudahan teknologi yang dapat membantu hampir semua bidang kehidupan, membuat manusia jadi terlena. Globalisasi telah membawa perubahan besar pada kebudayaan umat manusia. Kebudayaan yang berasal dari bahasa Sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi, berarti budi atau akal. Koentjaraningrat (2000:181) mendefinisikan budaya sebagai daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu . Dengan kata lain manusia sendirilah yang menciptakan budaya.

Seperti yang tercermin pada lambang negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia terdiri atas berbagai ras serta memiliki ciri khas budaya yang berbeda antara wilayah satu dengan wilayah lain. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki berbagai kekayaan dalam bidang kebudayaan baik pada bidang sistem religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi. Namun masihkah semua budaya-budaya Indonesia dipegang teguh oleh masyarakatnya? Tak dipungkiri dampak globalisasi yang semakin santer membuat bangsa Indonesia perlahan-lahan melupakan jati diri bangsanya. Tuntutan zaman yang semakin tinggi membuat bangsa Indonesia sibuk bergulat dengan dirinya sendiri. Jika bangsa Indonesia dikenal memiliki budaya gotong royong yang tinggi, kemanakah hal itu pergi sekarang? Dapat kita lihat di daerah perkotaan, yaitu daerah yang memiliki masyarakat yang dinamis dan bersentuhan langsung dengan pesatnya dampak gobalisasi, masyarakatnya tak lagi mengenal satu sama lain, kesibukan telah membuat mereka lupa. Salah satu bentuk budaya Indonesia adalah permainan tradisional. Banyak makna yang terkadung dalam permainan tersebut yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial, antara lain bagaimana seharusnya berinteraksi dengan orang lain, baik berupa kerjasama, menghargai orang lain, gotong royong, persahabatan dan rasa setia kawan atau solidaritas. Itulah yang menyebabkan mengapa permainan tradisional menjadi suatu media yang penting bagi pembentukan karakter generasi Indonesia dengan nilai solidaritas yang tinggi. Kondisi yang berkembang dalam masyarakat Indonesia akhir-akhir ini adalah permainan tradisional mulai ditinggalkan generasi-generasi muda karena pengaruh globalisasi yang menggeser permainan lokal yang sarat makna dengan permainan sejenis video game yang kurang mendorong anak untuk berinteraksi secara aktif dengan sesamanya sehingga cenderung membuat anak menjadi individualistis dan apatis.

Globalisasi memang membawa dampak baik yang sangat banyak dan instan bagi kita, tapi perlu diingat globaisasi juga membawa dampak negatif yang cukup konsisten dan pasti walaupun bergerak perlahan seperti penyalahgunaan narkoba, free sex, dan HIV AID, bahkan dampak positif globalisasi sendiri, membawa dampak negative. dari Makanan instan sampai video game instan, pola hidup yang serba instan inilah yang menciptakan generasi yang maunya serba instan, tidak mau repot dan cenderung semaunya sendiri, itulah yang menyebabkan terkikisnya budaya kita yang notabenenya serba repot, seperti pakaian tradisional yang ribet, bahan-bahan makanan tradisional yang sukar diolah, dan permainan tradisional yang melelahkan, yang harus mengguanakan tempat yang luas serta waktu dan pemain yang cukup banyak. Oleh sebab itulah perlu digalakkan suatu wadah yang nyata dan memberi solusi atas permasalahan tersebut untuk terus melestarikan permainan tradisional dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya di kalangan masyarakat Indonesia itu sendiri terutama di kalangan anak-anak dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Cara-cara yang bisa ditempuh antara lain dengan mengadakan kompetisi permainan tradisional berskala nasional yang melibatkan pemuda-pemuda Indonesia.

(perlu penyempurnaan)

1.2.

Rumusan Masalah

Terkait dengan latar belakang di atas, karya tulis ini menampilkan beberapa masalah yang akan dipecahkan pada tahapan berikutnya. Masalah-masalah tersebut adalah: 1 Bagaimana eksistensi permainan tradisonal di kalangan pemuda ?

2. Nilai-nilai apakah yang terkandung dalam permainan tradisional ? 3. Solusi apakah yang dapat ditawarkan permainan tradisional dalam kaitannya untuk membangun solidaritas nasional ? 1.3. Maksud dan Tujuan Setelah mencermati rumusan masalah diatas, maka karya tulis ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis eksistensi permainan tradisional di kalangan pemuda. 2. Menjelaskan nilai-nilai yang ada pada pemainan tradisional. 3. Mencari solusi untuk membangun solidaritas nasional melalui permainan tradisional.

BAB 2 TELAAH PUSTAKA

Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun-temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya. Permainan tradisional kerap kali dikenalkan kepada individu ketika pribadi tersebut dalm masa pertumbuhan atau masa anak-anak. Menurut Kasiram (1994) anak-anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiaptiap fase perkembangannya. Dalam fase perkembangan, anak-anak memerlukan suatu sarana untuk bersosialisasi dan mengenal ligkungan serta nilai-nilai yang belum mereka ketahui. Melalui bermain, banyak hal-hal berpengaruh yang dapat dipelajari anak-anak, utamanya dalam permainan tradisional yang membutuhkan banyak individu lain untuk melakukan permainan-permainannya. Adapun fungsi dari permainan tradisional antara lain: 1. Mengembangkan kecerdasan emosional. Sebagian besar permainan tradisional dilakukan secara berkelompok, hal tersebut tentu menuntut solidaritas dan kerjasama yang baik serta sikap menghargai satu sama lain, tidak egois serta toleran. Selain itu melalui bermain secara berkelompok anak-anak juga akan memiliki persahabatan dengan sesamanya, menumbuhkan rasa setia kawan dan melatih intuisi sosialnya untuk bergaul. 2. Mengembangkan kecerdasan kinestatik. Sebagian besar permainan tradisional anak-anak dituntut bergerak seperti berlari, melompat, mengejar dan gerakan-gerakan lainnya. Hal ini dapat melatih fungsi fisik anak, sehingga selain bermain anak-anak juga melatih tubuhnya untuk bergerak cepat, aktif, spontan. 3. Mengembangkan kecerdasan natural dan spiritual anak. Beberapa alat permainan tradisional anak-anak banyak memanfaatkan bahan-bahan dari alam dalam proses pembuatannya. Dengan begitu anak-anak akan lebih

peka dengan alam dan mengasah kreativitas untuk memanfaatkan bahanbahan yang ada di sekitarnya. Melalui beramain dengan permainan tradisional banyak manfaat seperti yang telah disebutkan diatas untuk tumbuh kembang anak-anak. Namun, sudahkah pemerintah atau masyarakat melestarikan permainan tradisional dikalangan anakanak Indonesia sendiri? Seiring perkembangan zaman, semakin berkembang pula tipe-tipe permainan anak-anak. Tak lagi menggemari permainan tradisional namun anak-anak Indonesia telah menggandrungi permainan berbasis IT (Ilmu pengetahuan dan Teknologi) yang bisa mereka akses dengan mudah dirumah masing-masing. Permainan zaman sekarang yang banyak digandrungi anak-anak dan remaja adalah bukan jenis permainan massal seperti permainan tradisinoal. Permainan modern seperti video game, baik itu dalam console maupun komputer. Walaupun bisa dimainkan dengan lebih praktis, jenis permainan ini pun memiliki sisi-sisi negatif apabila tidak bisa dikontrol dengan bijak. Dari segi kesehatan apabila terlalu lama duduk dan memfokuskan mata pada layar komputer atau televisi tentunya hal ini akan mengganggu kesehatan mata serta memperbesar kemungkinan terjadinya radiasi. Tubuh yang tidak bergerak aktif pun akan mengalami gangguan, hal ini beresiko mengakibatkan anak-anak mengalami obesitas, tidak lincah serta cenderung malas mengerjakan sesuatu yang membutuhkan banyak tenaga. Dari segi sosial terlalu banyak memainkan video game untuk bermain di luar bersama teman-teman seusianya. Hal tersebut akan mengurangi rasa solidaritas diantara sesamanya. Anak tidak saling mengenal dan menjadi acuh pada dirinya sendiri saja. Tidak berkembangnya nilai-nilai yang ada dalam permainan tradisional pada diri anak-anak akan mengakibatkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak dibiasakan untuk mempelajari atau menerima nilai-nilai sosial secara langsung. Ketika sang anak sejak kecil telah terbiasa untuk bermain secara individual, ia

akan tumbuh menjadi generasi yang apatis. Seiring bergantinya zaman, apatisme menjadi suatu problematika besar akan permasalahan ketidaksolidan bangsa ini. Permainan tradisional dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya perlu digalakkan mulai dari skala wilayah yang terkecil yaitu lingkungan rumah hingga lingkup negara. Sehingga anak-anak bisa belajar banyak dari sesamanya, menerapakan nilai-nilai yang diajarakan pada permainan tradisional dan membawa nilai-nilai tersebut hingga mereka dewasa sehingga generasi penerus bangsa ke depan akan tumbuh menjadi generasi yang solid.

(perlu penyempurnaan)

BAB 3 METODE PENULISAN

3.1. Sumber Data

Tahapan-tahapan metode penelitian ini adalah : 1. Sumber Data a. Sumber Primer, yaitu data yang diperoleh dari menyebar kuisioner kepada sejumlah anak-anak berumur enam hingga sebelas tahun dan sejumlah remaja berusia lima belas hingga sembilan belas tahun. Kuisioner tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai permainan tradisional pada kehidupan sehari-hari mereka. b. Sumber sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dari sumber-sumber yang berupa buku bertema sosial, internet, serta bacaan koran harian Kompas yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2.

Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data, langkah berikut adalah menganalisis data yang diperoleh dengan a. Kualitatif, yaitu dibahas dengan metode deskripstif dengan menguraikan hasil tinjauan kepustakaan tentang permainan tradisional yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. b. Kuantitatif, yaitu dengan menyebarkan angket ke sejumlah anak-anak dan remaja mengenai permainan tradisional.

(kurang... gaero carane)

3.2. Desain Penelitian Pada penelitian skripsi ini ada beberapa pembahasan yang tersusun dalam lima bab. Adapun sistematika pembahasannya, antara lain : Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan uraian ringkasan . Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang uraian data-data yang diperoleh dari tinjauan pustaka baik yang bersumber dari buku-buku, internet, maupun media lainnya.

Bab III, berisi Metologi Penulisan, yang bermakna peta pemikiran Bab IV, analisis dari data-data yang membahas tentang jawaban dari perumusan masalah yang sedang di angkat dalam karya ini. Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

(perlu penyempurnaan)

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

4.1. Eksistensi permainan tradisional di mata pemuda Sebagian besar pemuda khususnya anak SMA masih menyukai permainan tradisional. Terbukti dari survei yang telah dilakukan pada akhir bulan Agustus. Dari dua puluh lima siswa SMA yang ditanya, tiga puluh tiga menyatakan menyukai permainan tradisional. Beraneka ragam alasan yang membuat mereka menyukai permainan tradisional. Rata-rata mengatakan bahwa permainan

tradisional seru dan membuat pemain dapat berkumpul bersama teman-teman. Sedangkan mereka yang menyatakan tidak menyukai beralasan bahwa permainan tradisional hanya sekedar budaya yang sudah kuno. Dapat dikatakan masih menyukai karena hal ini didasari oleh hasil angket yang membuktikan bahwa 92% anak SMA memainkan permainan tradisional ketika mereka masih duduk dibangku SD atau ketika bermain bersama anak SD. Ini menunjukkan bahwa permainan tradisional mulai punah di kehidupan remaja seiring tumbuh dan bertambah usianya. Hal ini juga menunjukkan bahwa anak-anak SD lah yang paling sering memainkan permainan tradisional. Sebagian kecil responden bahkan mengatakan bermain setiap hari untuk mengisi waktu luang. Ketika ditanyakan apa manfaat permainan tradisional, sebagian pengisi angket mengatakan menumbuhkan rasa kebersamaan dan sebagian yang lain untuk melestarikan budaya Ketika ditanyakan apakah permainan tradisional atau video game yang lebih disukai, duapuluh tujuh memilih permainan tradisional dan delapan belas memilih video game. Mereka yang memilih permainan tradisional umumnya beralasan lebih menyenangkan karena bisa bermain bersama teman-teman, tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, lebih sehat, dll. Sedangkan yang lebih menyukai video game pun memiliki alasan yang beragam. Ada yang mengatakan karena animasinya menarik, lebih sering menghadap laptop, tidak punya waktu luang, dll. Tigapuluh empat dari tigapuluh delapan responden setuju bahwa perlu adanya penggalakan ulang mengenai permainan tradisional. Sebagian besar responden mengatakan bahwa video game telah membuat generasi muda menjadi pribadi yang egois dan individualis. Responden juga khawatir, bila tidak dilakukan penggalakan ulang maka generasi yang akan datang akan menjadi generasi yang buta akan budayanya sendiri. Dari hasil survei terkumpul beberapa saran dan masukan berupa opini mengenai peran pemuda dalam menghidupkan kembali permainan tradisional.

Ada yang mengatakan bahwa peran orang tua amatlah penting untuk membiasakan putra-putrinya bermain permainan tradisional. Ada pula anak SD yang berinisiatif membuat film mengenai permainan tradisional. Namun opini yang paling sering tertulis adalah mengadakan event khususnya lomba yang mengandung permainan tradisional di dalamnya. Namun faktanya, walaupun jawaban mereka banyak yang pro terhadap permainan tradisional, rupanya responden juga tidak kontra terhadap permainan sejenis video game, game both, gameboy dan lain-lain, bahkan keseharian mereka adalah lebih sering bermain video game. Hal ini didasari (...twitter....) beberapa faktor antara lain lingkungan (lahan) yang tidak memadai. Fasilitas yang ada kurang mendukung pelaksanaan permainan tradisional. Dapat dibuktikan dengan menjamurnya warnet, rental, dan toko yang menjual dan menyewakan mesin dan peralatan bermain lainnya yang beredar bebas di masyarakat. Bahkan di surabaya akan dijumpai tujuh warnet berjajar sekaligus dalam satu gang di jalan (BELUM DITULIS !!). Sedangkan permainan tradisional harus diburu ke pasar-pasar yang tradisional pula. Semakin padatnya kegiatan seseorang untuk memenuhi tuntutan zaman, membuat waktu luang yang dimiliki ikut berkurang. 4.2. Menggali nilai-nilai yang ada dalam permainan tradisional Orang-orang terdahulu adalah orang-orang yang sangat solid. Beraneka ragam suku dari Sabang sampai Merauke dapat menyatukan hati dan pikirannya untuk mencapai satu kata, merdeka. Semangat ini terbawa hingga generasigenerasi penerusnya. Dan jadilah budaya Indonesia yang dapat menyingkirkan egoisme, individualisme, dan apatisme untuk mencapai satu tujuan dan keberhasilan bersama. Sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia, sebuah bangsa yang masyarakatnya santun, gotong royong, beramah tamah, dan bertoleransi. Dapat dilihat dari unggah-ungguh masyarakat indonesia seperti menghormati orang yang lebih tua, menjunjung tinggi kehidupan bergotongroyong, keramahan kepada siapa saja, dan lain-lain. Nilai-nilai ini di turunkan

kepada generasi di bawahnya juga melalui budaya-budaya yang telah ada. Termasuk melalui permainan tradisional. Sama seperti halnya cerita rakyat, mainan tradisional lahir sebagai bentuk pewarisan nilai dari para orangtua terhadap generasi muda. Ia juga lahir dari kondisi alam dan lingkungan sekitar. Walaupun memiliki kesan yang sederhana, namun dibalik kesederhanaan itu sebenarnya terdapat banyak manfaat yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun psikologis, sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya. Dalam kajian sosial-budaya, permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya. Warisan budaya memiliki kepentingan untuk dilestarikan dan dipertahankan. Karena unsur ini merupakan sebuah sarana sosialisasi yang efektif dari nilai-nilai yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Nilai-nilai ini kemudian dapat menjadi pedoman hidup, pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat. Permainan tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia sangatlah beragam, dan masih perlu digali dan dikembangkan karena mengandung nilai-nilai seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong royongan. Permainan tradisional juga dapat mengembangkan kreativitas anak, kognitif, afektif maupun motoriknya. Contoh permainan tradisional yaitu gobag sodor, engklek, gasingan, yoyo, egrang, dakon, dan pasaran. Anak dapat mengembangkan kreatifitas dengan bermain permainan tradisional. Ia dapat merubah aturan permainan sesuai kesepakatan. Permainan tradisional juga bisa menjadi terapi bagi anak-anak, anak bisa berekspresi secara bebas dengan teman-temannya. Permainan tradisional tidak hanya melatih kecerdasan intelektual, tapi juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak. Anak terlibat dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun yang lainnya, di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan mengatur satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan.

Banyak sekali nilai-nilai dan manfaat yang terkandung dalam permainan tradisional. Yang mana nilai-nilai tersebut tidak dapat dijumpai pada permainan modern. Namun kurangnya pengetahuan akan hal tersebut membuat minat masyarakat belum maksimal. Justru permainan modern seperti video game lah yang kini menjadi sahabat dekat mereka. Rata-rata saat melaunching game barunya, produser game akan mempromosikan keistimewaan gamenya dari gambar (graphic) yang realistis, alur cerita (storyline) yang menajubkan, dan cara bermain (gameplay) yang seru dan asyik. Itu semua memang sudah dirancang untuk membuat video game menjadi jarum suntik dan pil-pil yang mencandu masyarakat untuk memainkannya terus menerus tanpa bosan, dan masyarakat sendiri mampu merasakan manfaat bermain video game secara instan. Seperti mengembangkan imaginasi dan kreatifitas anak, memperlancar bahasa inggris, menghindari narkoba, dan semacamnya. Namun dampak negatif yang jauh lebih berbahaya inilah yang sangat jarang dirasakan pemain secara langsung. seperti adegan yang menampilkan kekerasan (violence), kemesuman (filthy), minuman keras dan obat-obatan terlarang (alcohol & drugs). Dan masih sangat banyak yang lain. Menurut penelitian yang melibatkan 1.323 anak berusia tujuh sampai sepuluh tahun dengan merekam kebiasaan menonton televisi dan video game mereka selama tiga belas bulan, dan catatan sekolah tentang konsentrasi anak saat menerima pelajaran. yang dilakukan oleh Profesor Psikologi Doughlas A. Gentile dari Research Lab di Iowa State University, Amerika Serikat. Dikutip dari laman Fox News yang berbunyi ketika anak-anak kecanduan, depresi, gelisah, dan fobia sosial (apatisme, egois, dan individualis) akan semakin memburuk dan nilai sekolah mereka akan turun, sedangkan apabila mereka berhenti dari kecanduan depresi, gelisah, dan fobia sosial akan menjadi lebih baik. Profesor Doughlas juga menjelaskan dari 3.000 lebih anak usia sekolah di Singapura, bahwa hampir satu dari sepuluh anak yang kecanduan video game akan terjebak pada suatu masalah entah itu ketrampilan sosial yang buruk, prestasi yang hancur, dan

bahkan sampai depresi. Belum lagi dampak-dampak secara Psikologis, kesehatan, dan lain-lain. (perlu penyempurnaan)

4.3. Pentingnya Mengadakan OPSS (Olilmpiade Permaianan Tradisional Tingkat Nasional) Menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada pada permainan-permainan tradisional dengan menghidupkan kembali permaian tradisional adalah hal yang dirasa paling logis. Mengadakan event besar berskala nasional bertema permainan tradisional adalah salah satu langkah yang dirasa paling efektif dalam merestorasi salah satu kearifan lokal, yaitu budaya permainan tradisional yang semakin hari semakin langka ini. Walaupun sudah mulai bermunculan festival-festival permaian tradisional. OPSS ini tetap menjadi salah satu langkah efektif dalam membantu pemuda-pemudi Indonesia untuk berperan sebagai pembangun solidaritas di tanah air, karena festival-festival yang ada saat ini kebanyakan masih bersifat keresidenan atau kedaerahan dan teknisnya juga sekedar penampilan kebudayaan, bukan lomba. Accara OPSS yang bersifat lomba ini, bukan berarti acara yang mengkondisikan ketidak solidan atau kebersamaan yang dipecah-belah antara satu dengan yang lain didalam kompetisi, namun justru persiapan yang dilakukan saat akan mengikuti lomba inilah yang akan menjadi nilai timbangan yang berat bagi OPSS sebagai langkah nyata yang efektif untuk membangun solidaritas di tanah air Teranalisa bahwasanya saat seorang peserta akan mengikuti suatu lomba, maka umumnya peserta akan melakukan persiapan-persiapan tertentu agar peserta siap bertanding di hari H dengan keadaan sebaik-baiknya dan persiapan yang matang. Di dalam OPSS (Olimpiade Permainan Tradisional tingkat Nasional) inilah, diharapkan peserta yang tergiur dengan hadiah sangat besar yang

ditawarkan, akan mempersiapkan segalanya, yang akan membuat mereka sering berlatih pemainan itu di kampung-kampung maupun di perumahanperumahan bersama timnya, sehingga hal tersebut secara tidak langsung dan langsung akan menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional yang sarat akan makna, manfaat, dan kandungan kebaikanya. Dan secara otomatis akan menigkatkan animo masyarakat yang akan membuat permainan tradisional kembali semarak (booming) di setiap pelosok-pelosok desa, penjuru-penjuru daerah, dan jantungjantung perekonomian Indonesia (kota-kota besar). Beriringan dengan semaraknya permainan tradisional itulah, akan mulai terbibit atau terbangun generasi Indonesia yang kaya ilmu pengetahuan akan budaya tanah airnya sembari mendapatkan manfaat yang luar biasa dari nilai-nilai yang terkandung oleh permainan tradisional yang sudah terurai di awal. (perlu penyempurnaan) 4.4. Gambaran kasar teknis OPSS OPSS (Olimpiade Permainan Tradisisonal tingkat Nasional) ini bersistem Olimpiade. Panitianya adalah manusia-manusia berkompeten yang terpilih dalam program penyaringan dari masing-masing daerah di seluruh Indonesia. Begitu juga dengan pesertanya, pesertanya adalah pelajar SD, SMP yang lolos di babak penyaringan di tingkat kota dan provinsi, macam lomba-lombanya tentu saja adalah seluruh permainan tradisional di Indonesia dari permainan tradisional yang ada di Pulau Rote sampai yang ada di Pulau We, dan dari Sabang sampai Merauke yang disusun sedemikian rupa sebagai Olimpiade Nasional . Putaran final sampai dengan final acara ini akan diiadakan secara berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah yang lain sembari berpariwisata menikmati dan belajar budaya-budaya daerah sekaligus untuk meningkatkan animo masyarakat akan penggalakan salah satu budaya bangsa ini (permainan tradisional). Didalam teknis acara, sela-sela lomba akan diisi penampilan budaya daerah secara orisinil dan modifikasi, yang dimaksud dengan budaya modifikasi adalah, karya yang menunutut masyarakat pemiliknya untuk mengembangkan

budayanya supaya lebih menarik dan agar tidak monoton, tanpa melupakan budaya orisinil (asli) beserta nilai-nilai luhur warisan kebudayaanya. Dan penampilan budaya tersebut juga ikut dilombakan sebagai sub lomba kebudayaan. (perlu penyempurnaan)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan a. Penyebab utama menurunnya solidaritas nasional dapat juga dikaitkan dengan semakin punahnya permainan tradisional yang banyak mengandung nilai-nilai sosial yang vital di kalangan anak-anak dan remaja. b. Olimpiade Permaian Tradisional diharapkan dapat menjadi alat untuk membangkitkan semangat pemuda-pemuda untuk terus melestarikan permainan tradisional di kalangan anak-anak maupun seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga anak-anak dapat mempunyai permainan-permainan yang sekaligus dapat mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan mereka di masa mendatang dan sekaligus membuat generasi Indonesia di masa mendatang memiliki rasa solidaritas yang kuat. Kegiatan bermain, utamanya pada anak-anak akan ikut memberi andil mengenai pembentukan karakter pada anak-anak itu sendiri. Permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern tentunya memiliki banyak nilai-nilai positif yang berguna dalam mengembangkan solidaritas di

antara sesama. Namun mengingat semakin santernya globalisasi, serangan permainan berbasis IT maupun alat permainan impor dari negara lain yang semakin terjangkau harganya, dan semakin ditinggalkannya permaian tradisional oleh anak-anak bangsa sendiri, maka perlu diadakan suatu acara yang bertujua untuk melestarikan permainan tradisional berskala nasional yang juga mempunyai tujuan untuk memupuk solidaritas nasional. 5.2. Saran Orangtua, guru, masyarakat, dan juga pemuda-pemuda Indonesia harus ikut serta berperan aktif dalam mengenalkan dan melestarikan permainan tradisional Indonesia kepada anak-anak.

Pendidikan di Indonesia perlu ditinjau kembali oleh para petinggi-petinggi Negara. Peningkatan mutu guru serta materi pendidikan harus menjadi titik fokus Mediknas sebelum melaksanakan ujian nasional. Seluruh sekolah di Indonesia berhak mendapatkan mutu pendidikan yang sama. Sehingga pelaksanaan UNAS tidak lagi menimbulkan kontroversi jika semua hal dari akarnya diperbaiki dan membentuk undang-undang yang menguatkan keberadaan UNAS itu sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai