Anda di halaman 1dari 4

http://kikykykok.blogspot.com/2010/06/fonem.

html Sumber Buku : Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi pertama, cetakan kedua tahun 1988) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi ketiga(edisi revisi), tahun 2000) Fonologi Bahasa Indonesia (Masnur Muslich, tahun 2008)

Metode historis dapat pula digunakan untuk mengkaji fonem. Buku yang digunakan sebagai buku acuan adalah buku karya Soejono Dardjowidjojo dkk. yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka dan terbit sebanyak tiga edisi. Dari ketiga edisi tersebut, buku yang digunakan sebagai acuan adalah buku cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember tahun 1988 dan edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun 2000. Selain menggunakan buku tata bahasa baku bahasa Indonesia, buku karya Masnur Muslich tentang fonologi bahasa Indonesia yang terbit tahun 2008 juga dapat digunakan untuk mengkaji pengertian fonem dari masa ke masa. Bunyi bahasa yang dikaji oleh para ahli bahasa bukan sembarang bunyi, namun yang dipelajari oleh para ahli bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan berperan di dalam bahasa. Dalam fonologi, bunyi bahasa (fon) dibedakan menjadi dua, yaitu fonem dan fona. Pembedaan ini didasarkan atas ciri fungsional bunyi bahasa itu sendiri. Ciri fungsional bunyi bahasa yang dimaksud adalah ciri pembeda makna. Bunyi bahasa tersebut dinamakan fonem. Pengertian fonem menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia mengalami perubahan pada edisi pertama dan edisi ketiga. Pada edisi pertama, fonem didefinisikan sebagai bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan pada edisi ketiga yang merupakan edisi revisi, definisi fonem mengalami perubahan. Pengertian fonem berubah menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Dalam ilmu bahasa fonem ditulis di antara dua garis miring: /../. Jadi, dalam bahasa Indonesia /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi tersebut membedakan bentuk dan makna kata. Menurut Masnur Muslich, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Fonem mengandung fungsi pembeda. Pengertian fonem pada edisi pertama dan ketiga buku tata bahasa baku bahasa Indonesia jelas mengalami perubahan. Pada edisi pertama disebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip, sedangkan pada edisi ketiga mengalami perubahan menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Edisi pertama menyebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Hal ini tidak sesuai, fonem bukan hanya bunyi-bunyi bahasa yang berbeda atau mirip,tetapi di samping itu, bunyi bahasa juga mempunyai fungsi,yaitu sebagai pembeda makna atau arti. Misalnya Pola - /pola/ : bola /bola/ fonem /p/ dan /b/ selain mempunyai bunyi pelafalan yang berbeda, juga mempunyai fungsi sebagai pembeda makna. Kata pola dan bola mempunyai makna yang berbeda. Pola merupakan gambaran, sedangkan kata bola memiliki makna sebuah bentuk yang mempunyai sudut 24 dan bervolum. Sedangkan pada edisi revisi menyebutkan pengertian fonem yang lebih kompleks. Fonem adalah bunyi

bahasa minimal yang berfungsi membedakan bentuk dan makna. Bentuk tiap bunyi bahasa memang mempunyai perbedaan bentuk penulisan dan pelafalannya. Selain itu, fungsi pembeda makna dimiliki oleh fonem. Setiap bahasa diwujudkan oleh bunyi. Karena itu, telaah bunyi dalam tata bahasa selalu mendasari telaah tulisan yang tidak selalu dimiliki manusia. Namun bukan sembarang bunyi yang menjadi perhatian ahli bahasa. Ahli bahasa hanya menyelidiki bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi itu disebut bunyi bahasa. Setiap bunyi bahasa memiliki bentuk yang berbeda baik dalam penulisan maupun pelafalannya. Bunyi bahasa terkecil yang membedakan bentuk dan makna adalah fonem. Fonem adalah bunyi bahasa. Tanpa mengetahui dari mana asal bunyi bahasa itu dipelajari. Fonem diperoleh dari perbedaan-perbedaan pengucapan bunyi-bunyi bahasa oleh seseorang. Fonem-fonem tersebut tidak memiliki fungsi-fungsi tertentu. Dalam hal penulisannyapun, fonem tidak memiliki fungsi pembeda makna. Fonem hanya digunakan sekedar untuk menulis rangkaian kata dan selanjutnya katalah yang mempunyai makna. Fonem fonem tersebut hanya bagian dari kata. Setelah mendapatkan banyak pengetahuan tentang fonem, pemahaman tentang fonem semakin bertambah. Pemahaman ini bersifat dinamis karena terjadi perkembangan pemahaman tentang fonem. Fonem adalah bunyi bahasa, hal ini sesuai, tetapi bunyi-bunyi bahasa tersebut lebih diperinci lagi. Bunyibunyi bahasa yang dipelajari bukanlah bunyi bahasa yang diperoleh dari sembarang bahasa, tetapi bunyi bahasa yang dipelajari adalah bunyi bahasa yang berasal dari alat ucap manusia. Fonem diperoleh dari perbedaan pengucapan bunyi bahasa oleh seseorang. Fonem mempunyai perbedaan, baik bentuk penulisan maupun bentuk pelafalannya. Anggapan bahwa fonem sama sekali tidak mempunyai fungsi pembeda makna adalah salah. Fonem mempunyai fungsi pembeda makna, misalnya pada Pola - /pola/ : bola /bola/ Dari kedua kata tersebut, ada dua fonem yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, yaitu /p/ dan /b/. Prosedur atau cara yang digunakan untuk menemukan fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa disebut fonemisasi. Ada tiga cara untuk mencari fonem, yaitu cara pasangan minimal, distribusi komplementer dan variasi bebas. Cara mencari fonem yang umum digunakan adalah menggunakan metode pasangan minimal. Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang memiliki jumlah fonem yang sama, juga jenis fonem yang sama, kecuali satu fonem yang berbeda pada urutan yang sama, sedangkan arti kata-kata tersebut berbeda. Contoh: Data ibu galah Bata iba salah /d/ /b/ /u/ /a/ /g/ /s/ Dari contoh di atas dapat diperoleh fonem /d/ /b/ /u/ /a/ /g/ dan /s/. Bunyi bahasa yang dipelajari oleh para ahli linguistik bukan sembarang bunyi bahasa. Tetapi bunyi bahasa yang dipelajari adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fonem adalah kesatuan terkecil bunyi bahasa yang berfungsi sebagai berbeda makna dan bentuknya. Fonem mempunyai fungsi pembeda dalam fonologi, bunyi bahasa (fon) dibedakan menjadi dua, yaitu fonem dan fona. Pembedaan ini didasarkan atas ciri fungsional bunyi bahasa itu sendiri. Ciri fungsional bunyi bahasa yang dimaksud adalah ciri pembeda makna. Bunyi bahasa tersebut dinamakan fonem. Jadi, kesimpulannya adalah fonem merupakan kesatuan bunyi bahasa terkecil yang mempunyai fungsi membedakan makna.

Daftar Pustaka

Alwasilah, Chaedar. (1985). Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. ________. (1985). Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. ________. (1995). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Kayam, Umar. Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (Kumpulan Cerpen). Jakarta:Grafiti. Nababan, P.W.J. (1986). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Pateda, Mansoer. (1994). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Objek kajian fonetik adalah fon. Fonemik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Objek kajian fonemik adalah fonem. Alat-alat ucap yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa adalah paru-paru, pangkal tenggorokkan, rongga kerongkongan, langit-langit lunak, langit-langit keras, gusi, gigi, bibir, dan lidah. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Untuk menetapkan apakah suatu bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan minimalnya. Alofon merupakan realisasi sebuah fonem. Alofon dapat dilambangkan dalam wujud tulisan atau transkripsi fonetik yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi, dan tandanya adalah []. Grafem merupakan pelambangan fonem ke dalam transkripsi ortografis, yaitu penulisan fonem-fonem suatu bahasa menurut sistem ejaan yang berlaku pada suatu bahasa, atau penulisan menurut huruf dan ejaan suatu bahasa. Fonem dapat dibagi atas vokal dan konsonan. Pembedaan kedua fonem ini didasarkan ada tidaknya hambatan pada alat bicara. Sebuah bunyi disebut vokal apabila tidak ada hambatan pada alat bicara. Sebuah bunyi disebut konsonan apabila dibentuk dengan cara menghambat arus udara pada sebagian alat bicara. Fonem yang berwujud bunyi disebut fonem segmental. Fonem dapat pula tidak berwujud bunyi, tetapi merupakan tambahan terhadap bunyi yaitu tekanan, jangka, dan nada yang disebut ciri suprasegmental atau fonem nonsegmental. Asimilasi merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya. Disimilasi yaitu perubahan dua buah fonem yang sama menjadi fonem yang berlainan. Kontraksi adalah pemendekan bentuk ujaran yang ditandai dengan hilangnya sebuah fonem atau lebih

References

Adger, David (2003). Core Syntax: A Minimalist Approach. Oxford: Oxford University Press. Barton, David (1994). Literacy: An Introduction to the Ecology of Written Language. Blackwell Publishing. p. 96. Bauer, Laurie (1983). English Word-formation. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0521-28492-9. Brown, Keith R. (Ed.) (2005) Encyclopedia of Language and Linguistics (2nd ed.). Elsevier. 14 vols. Crystal, David (1995). The Cambridge Encyclopedia of the English Language (1 ed.). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-40179-8. Fleming, Michael et al. (2001). Meeting the Standards in Secondary English: A Guide to the ITT NC. Routledge. p. 77. Goddard, Cliff (2002). "The search for the shared semantic core of all languages". In Cliff Goddard and Anna Wierzbicka. Meaning and Universal Grammar: Theory and Empirical Findings. Volume I. Amsterdam: John Benjamins. pp. 540 Katamba, Francis (2005). English Words: Structure, History, Usage. Routledge. ISBN 0-41529892-X. Plag, Ingo (2003). Word-formation in English. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0521-52563-2. Simpson, J.A. and E.S.C. Weiner, ed (1989). Oxford English Dictionary (2 ed.). Clarendon Press. ISBN 0-198-61186-2. Wierzbicka, Anna (1996). Semantics: Primes and Universals. Oxford University Press. ISBN 0198700024.

Anda mungkin juga menyukai