PRATOMO BAGANSIAPIAPI
AGUSTRIONO DEDY MASRUL ERTATI GUSNIATI INTAN HASIBUAN KHOLIQUL AMRI MINZAADIYAH PURWATI RUFAIZAL SRI SUNANDANG SYAHRUL
P071202 7442 P071202 7446 P071202 7450 P071202 7454 P071202 7458 P071202 7462 P071202 7466 P071202 7473 P071202 7478 P071202 7482 P071202 7487
1.
1.
DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedoktoran, jakarta : EGC). Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). ETIOLOGI
1.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri: 1. 2. 3. Ketuban pecah sebelum waktunya Perdarahan atau infeksi pada ibu. Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu: 1. Streptococus group B (SGB) 2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu 3. Virus herpes simplek 4. Enterovirus 5. E. Coli 6. Candida 7. Stafilokokus. GEJALA Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala lainnya adalah: gangguan pernafasan, Kejang, Jaundice (sakit kuning)Muntah, Diare, Perut kembung. Gejalanya tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah
4. 5. 6. 7. 1)
dari pusar.
2)
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubunubun 3) Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena 4) Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat 5) Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan
diare berdarah. 1. PATOGENESIS Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005) Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;
Antenatal Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain. Intranatal Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Pascanatal Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus. Selain dari faktor patofisiologi ada beberapa faktor yan menyebabkan yaitu :
Faktor predisposisi Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :
Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan Perawatan antenatal yang tidak memadai Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus. Tidak menerapakan rawat gabung Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak Ketuban pecah dini,
PATHWAY Invasi Bakteri dan kontaminasi sistemik Pelepasan endotoksi oleh bakteri Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator Gangguan fungsi mitokondria ketidakstabilan suhu Kekacauan metabolic yang progresif Kerusakan dan kematian sel
Penurunan perfusi jaringan Asidosis metabolik Syok septik insufisiensi Disseminated Intravasculer coagulation Sepsis neonatorum ( Bobak : 2005 )
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
MANIFESTASI KLINIS Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000) Bentuk manisfetasi klinis yang lain adalah: Tersangka bakteri Sepsis neonatorum Saluran pernapasan dispnea, takipnea, apnea. Tampak tarikan otot pernapasan Merintih, dan mengorok Mengalami hiportemia Aktivitas lemah atau tanpa tidak ada yang sakit Dan berat badan menurun secara tiba-tiba.
KOMPLIKASI Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, dan meningnitis dan DIC. PENCEGAHAN Sepsis neonatarum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ini dapat menyebabakan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian. Tindakan pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara : 1. Pada Masa Antenatal Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, iminisais, pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penangan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan. Pada Saat Persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan operasi, tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan. Mengawasi keaadan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir. Pada Masa Sesudah Persalinan Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan agar tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendir. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus mencuci tangan gterlebih dahulu. Dan bayi yang berpenyakit menular harus
2.
3.
diisolasi, dan pemberian antibotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. PENGOBATAN Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, dan gentasimin, atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasi tes resistensi. PROGNOSIS Tergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit, dan 25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar. Dan kira-kira angka kematian kasus adalah 30-60%. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik : Organsisme penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis maupun pembiakan terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari telinga dan lambung. Jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal. Bila ditemukan satu atau lebih faktor resisko infeksi adalah sebagai berikut ; 1. 2. 3. 4. 5. Ibu selama melahirkan demam ( suhu > 38.5 oC). Ibu leukositosis ( lekosit > 1500/ mm3). Air ketuban keruh dan atau berbau busuk. Ketuban pecah >12 jam sebelum lahir. Partus kasep
Langkah diagnosis : 1. 2. 3. 4. 5. Indikasi faktor resiko infeksi yang didiagnosa tersangkan infeksi. Tetapkan apakah kasus tersangka infeksi berkembang menjadi sepsis neonatarum dengan mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan hasil pemeriksaan laboratorium Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis dapat dilakukan dengan identifikasi pemeriksaan secara cermat Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,pemeriksaan CRP dan kultur darah. Semua penderita sepsis neonatorum dilakukan lumbal fungsi untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi, batasan minignitis : - Usia 0-48 jam > 100 - Usia 2-7 hari > 50 - Usia > 7 hari > 22 Bila ada alat ultrasonografi ( USG), maka USG transfontanel bisa membantu menegakkan diagnosis meningitis.
6.
PENATALAKSANAAN 1. Terapi Suportif Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi, mengatasi dehidrasi dan kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapat gangguan respirasi/sodroma gawat napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto terapi/tranfusi tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu formula. Terapi Spesifik Segera berikan anti biotika polifragmasi : Tersangka infeksi. Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/ hari.dibagi 2 dosis Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/ 18jam. Im sekali pemberian untuk bayi cukup bulan. Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24 jam, sekali pemberian, untuk bayi kurang bulan. lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak antibiotika,dapat dihentikan. Sepsis Neonatorum Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis. Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10 hari. Sepsis Neonatorum Dengan Meningitis Sama dengan butir dua, dengan catatan : dosis ceftazidim 100 mg/kgBB/hari, dosis menjadi 40 mg/kgBB/hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.
2.
1. 2. 3. 4.
1. 2.
1.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien 2. Riwayat Penyakit 1. Keluhan utama 2. Riwayat penyakit sekarang 3. Riwayat penyakit dahulu. 4. Riwayat penyakit keluarga 3. Riwayat Tumbuh Kembang 1. Riwayat prenatal Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi. 2. Riwayat neonatal Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain. 4. Riwayat Imunisasi 5. Pemeriksaan Fisik Inspeksi
1. 2. 3.
Studi Diagnosis Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi. Prioritas masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolism resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan kedalam intersisial resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan, Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi (Doenges, 2000)
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN 1. hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolism : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )
Tujuan
Rasional : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut 2) pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal 3) berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
4)
Rasional : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus 1. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Rasional : menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen 2) pantau perubahan pada tekanan darah
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah 3) pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia 4) kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak 5) catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal 6) kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan
R: mengetahui status syok yang berlanjut 7) kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
R: mempercepat proses penyembuhan 1. resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial
Intervensi :
1)
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia 2) pantau tekanan darah dan denyut jantung
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah 3) kaji membrane mukosa
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi 4) kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia 1. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan
Tujuan /Kriteria hasil : Intervensi 1) pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin 3) auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial 4) catat adanya sianosis sirkumoral
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi 6) sering ubah posisi
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC. Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC. Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC. Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
LAPORAN KASUS
1.
Data Biografi 1. Identitas pasien 1. Nama lengkap 2. Tempat / tanggal lahir 2009 3. Umur ( hr / bl / thn ) 4. Jenis kelamin 5. Suku Bangsa 6. Bahasa yg digunakan 7. Agama 8. Pendidikan
: By. I : Bagansiapiapi / 21 Juni : 23 Hari : Perempuan : Melayu / Indonesia : : ( Orang tua Islam ) :
1.
Identitas orang tua 1. Nama ayah / ibu / wali 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Suku 7. Alamat Punak 8. Bahasa yg digunakan
1.
Sianosis sentral, Apnoe, Reflek hisap kurang / lemah kejang 1. Keluhan utama Bibir membiru Menangis kurang Reflek hisap lemah Demam ( suhu 38,5 oC ) :
Riwayat kehamilan dan kelahiran Prenatal Natal : : Os lahir ditolong oleh dukun bayi tanggal 21 Juni 2009, umur Kehamilan aterm, tidak segera menangis, Afgar score : ?
1.
Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Simetris : Cekung : Tampak Anemis : Ikterik : Simetris : Simetris : Simetris : Utuh
1.
Dada : Simetris
Bentuk dada
1.
1.
Laki-laki Perempuan
1.
Anus
: Ada, paten
1.
Kelembaban
: Dingin
1.
1.
1.
10. Sistem Gastroinstestinal Buang Air Besar Pola Konsistensi Warna : 1 X / 2 hari : Lembik : Kuning
11. Sistem Perkemihan Pola Konsistensi Warna : Cair : Kekuningan. : Ganti Pampers 3 X Sehari
12. Nutrisi Status Gizi BBL Intake Enteral / Oral : 140 cc / 24 Jam : Kurang : 2400 Gram
: : 50 cc / 24 Jam : 15 cc / 3 jam
14. Psikososial Status anak Respon Orang Tua Hub orang tua dgn anak : Baik : Cemas : Anak kandung
1.
Data Penunjang
Pemeriksaan Bilirubin tgl 15/07/2009, hasil : 7,9 mg/ dl Glukosa Haemoglobin Erytrocit : 69 mg/dl : 13,5 gr % : 3,72
1. -
Therapi Inj Viccilin 100 mg / 12 Jam Inj Cefotaxim 100 mg / 12 Jam Foto Therapie continue sejak tanggal 15 Juli 2009
1. DS : -
Data Fokus
Keluarga mengtakan bayi demam selama 2 hari ini Keluarga mengatakan bayi tidak mau minum Keluarga mengatakan bayi menangisnya lemah Keluarga mengatakan cemas dengan keadaan bayinya.
DO : Keadaan Umum bayi lemah Sianosis Apnoe Pernafasan 68 X / Menit Nadi 148 X / menit O Nasal Canula terpasang 0,5 1 L / menit Hypertermi, suhu 38,5 oC Kejang berulang, lama kejang 3-5 detik Ikterik, Kadar bilirubin 7,9 mg/dl Foto therapie sejak 15/07/2009 Keluarga tampak gelisah dan sering bertanya tentang perkermbangan kesehatan
bayinya.
..
1.
ANALISA DATA
NO
ETIOLOGI
PROBLEM
Perfusi cerebral
Data Objektif :
Data Objektif : Hypertermi, Suhu : 38,5 C Nadi : 148 X / Menit Pernafasan : 68 X / menit
Data Subjektif Keluarga mengatakan cemas dengan keadaan bayinya. 3 Data Objektif : Keluarga tampak gelisah / cemas dan sering bertanya tentang perkembangan kesehatan bayinya.
Cemas
Prioritas Diagnosa : 1. 2. 3. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi temperature,dehidrasi, peningkatan metabolisme. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
1.
INTERVENSI
NO DX 1
TUJUAN / KRITERIA Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal, dengan kriteria : Sianosis berkurang RR 30 60 x / menit
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernafasan didalam otak.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria : Temp : 36,5 37,2C Tidak ada kejang Dehidrasi berkurang
Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus. Beri asupan minuman sesuai kebutuhan dan jadwal
Dengan mengetahui keadaan penyakit dan perawatan yang akan dilakukan keluarga dapat menerima segala tindakan yang diberikan.
Beri penyuluhan tentang penyakit dan perawatan bayinya 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, keluarga mengerti tentang penyakit dan perawatan yang akan diberikan kepada bayinya dengan kriteria : Keluarga tampak tenang Keluarga mengerti tentang penyakit bayinya. Diskusikan tentang keadaan dan program2 pengobatan yang akan dilakukan di Rumah Sakit.
Hubungan yang baik akan meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi.
1.
IMPLEMENTASI
No D X
Implementasi
Paraf
Jumat/17.7.2009/ 10.00 1
Memantau Tanda Tanda Vital : Temp : 38C Nadi : 148 x / menit RR : 68 x / menit
Mengamati perubahan warna kulit, kelembaban Mengatur posisi bayi sedikit lebih ekstensi dengan mengganjal bantal dibawah bahu.
Mengecek residu lambung Memberi bayi minum PASI 15 cc Mengobservasi tetesan infuse : D5 NS
Memberikan penyuluhan / penjelasan kepada keluarga klien tentang penyakit yang diderita bayinya dan tindakan keperawatan yang
diberikan.
1.
EVALUASI
No D X
Evaluasi ( Formatif )
Paraf
Jumat/17.7.2009/16.30 1
O: Sianosis berkurang, apnoe berkurang, reflek hisap Mulai membaik,fekwensi kejang berkurang
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan : Pukul 17.00 wib S : Keadaan Umum bayi masih lemah 2 O: Suhu : 37C. Nadi 148 x/menit, RR 60 x/ menit A: Sebagian masalah sudah teratasi Memberikan O, NC : 0,5 1 L/menit Mengobservasi TTV Pertahankan posisi ektensi Melanjutkan therapy hasil kolaborasi
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan : Pemberian asupan cairan yang sesuai kebutuhan dan jadwal
Subjektif : Keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit anaknya Objektif : Keluarga tampak tenang Cemas berkurang