Anda di halaman 1dari 2

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM)

Migrasi di indonesia Fakta & angka


IndIkatOr-IndIkatOr PeMbangunan
Jumlah penduduk 2005 (dalam ribuan) Tingkat pertumbuhan penduduk 2005 (%) Tingkat pertumbuhan penduduk berusia 15-39 tahun 2000-2005 (%) Tingkat kesuburan total 2005 Persentase perkotaan 2005 Tingkat migrasi bersih di tahun 2005 (per 1000) Produk Domestik Bruto per kapita 2005 (dalam AS$ 2000) 226.063 1,24 1,06 2,28 48,1 -0,9 942

Latar beLakang
Indonesia merupakan negara keempat terbesar dengan jumlah penduduk sekitar 226 juta jiwa, yang saat ini tumbuh sekitar 1,24 persen (2,8 juta jiwa) setiap tahunnya. Pulau Jawa yang terletak di pusatnya, dengan kepadatan penduduk sebesar 1.000 orang per kilometer persegi, merupakan pulau dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Migrasi berskala besar di Indonesia bukan merupakan fenomena baru, baik dikarenakan oleh ketenagakerjaan maupun sebagai akibat konflik. Selama masa penjajahan belanja, banyak tenaga kerja dari pulau Jawa di kirim ke pulau-pulau di sekitarnya dan banyak lagi yang pindah ke pelabuhan dagang Malaka (di Malaysia) untuk mencari pekerjaan. Selama Perang Dunia II, 200.000 orang Jawa dipekerjakan sebagai tenaga kerja paksa di sekitar Asia Tenggara dan sebanyak 6 juta orang diharuskan untuk mengungsi secara internal selama revolusi kemerdekaan. Walau program-program transmigrasi selama masa penjajahan dan pasca-penjajahan telah merelokasi ratusan ribu penduduk Jawa ke pulau-pulau bagian luar nusantara, migrasi menuju pulau Jawa telah membalikkan sebagian besar arus redistribusi penduduk. Sejak tahun 1965 hingga 1997, perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Namun dengan terjadinya krisis eknomi di Asia, perekonomian negara mengalami penurunan sebelum kemudian pulih kembali setelah tahun 2000. Investasi langsung dari pihak asing menunjukkan angka negatif di tahun 1998 namun meningkat hingga AS$ milyar di tahun 2005. Terusnya peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian yang berangsur-angsur pulih telah memberi tekanan terhadap ketenagakerjaan. Sejak 1995 hingga 2005 jumlah tenaga kerja meningkat sebesar 1,3 persen, rata-rata bertambah sebanyak 1,2 juta orang per tahun, namun dikarenakan krisis ekonomi, peningkatan tersebut tidak dapat diserap secara efektif dan angka resmi pengangguran meningkat dari 9,5 juta pada tahun 2003 menjadi 10,8 juta di tahun 2005.

MIgrasI ke Luar negerI


Walau Indonesia mengirimkan banyak pekerja sementara ke luar negeri, hanya sedikit warga Indonesia bekerja di negara asing sebagai migran, mahasiswa atau pegawai magang secara permanen. Pengiriman resmi pekerja kontrak ke luar negeri berkembang secara pesat sejak akhir 1970an dengan permintaan yang paling besar dari Timur Tengah untuk pekerja bangunan dan pekerja rumah tangga. Pemerintah mulai mempromosikan tenaga kerja migran di tahun 1990an dan pada tahun 2006, telah mencapai peningkatan hingga 712.160. Perbandingan jumlah wanita dalam jumlah tersebut pada tahun 2006 adalah 75,3 persen. Karena para tenaga kerja yang dikirim secara resmi umumnya menetap di luar negeri selama lebih dari satu tahun dan banyak tenaga kerja Indonesia keluar tidak melalui jalur resmi, jumlah pekerja kontrak Indonesia di negara asing beberapa kali lebih banyak dibanding jumlah pengiriman per tahun. Jumlah tersebut diperkirakan sebesar 4,3 juta pada tahun 2007. Migrasi semakin hari semakin cenderung ter-femininasikan dan tidak terdokumentasi. Pengiriman sekitar 3,9 juta tenaga kerja antara 1996 dan 2005 sama besarnya dengan lebih dari sepertiga pertumbuhan tenaga kerja berusia 15 hingga 39 tahun selama masa tersebut. Hal tersebut merupakan sebuah faktor penting dalam kesejahteraan ekonomi penduduk dewasa muda dan keluarga mereka. Di Asia, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara (bersama dengan Filipina dan Sri Lanka) yang lebih banyak mengirimkan pekerja wanita daripada pria. Angka ini sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah relatif pengiriman ke Malaysia dan Arab Saudi, yang bersama-sama menempati 86 persen dari keseluruhan pengiriman pada thaun 2004. Kaum wanita pada umumnya menduduki antara 40 hingga 50 persen tenaga kerja yang dikirim ke Malaysia, namun lebih dari 90 persen dari mereka yang dikirim ke Arab Saudi. Statistik terkini mengindikasikan bahwa 75,3 persen dari semua pekerja

Migrasi di Indonesia Fakta & Angka / April 2008 / 1

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM)

Migrasi di indonesia Fakta & angka


yang ditempatkan pada tahun 2006 adalah wanita. Sebagian besar pekerja migran dari Indonesia memiliki tingkat pendidikan rendah dan bekerja di bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan atau membutuhkan keterampilan rendah. Para pria umumnya bekerja di bidang pertanian, konstruksi atau produksi, sedangkan sebagian besar wanita bekerja sebagai pekerja rumah tangga atau perawat. Dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi para pekerja migran, Pemerintah RI telah meratifikasi sebuah undang-undang nasional untuk mereformasi sistem migrasi, memberikan perlindungan bagi pekerja migran, dan menandatangani perjanjian bilateral dengan para negara tetangga penerima tenaga kerja. Undang-undang tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri bertujuan untuk menciptakan penanganan migrasi yang lebih baik, termasuk peningkatan persyaratan pekerja dan mengurangi tenaga kerja gelap dan tanpa dokumen; menciptakan mekanisme kelembagaan untuk penempatan dan perlindungan pekerja migran; melakukan advokasi untuk kepentingan mereka; dan menerapkan sanksi administratif dan pidana terhadap pelanggaran ketentuan. Pemerintah juga bekerja untuk meningkatkan dukungan layanan di negara-negara tujuan, mengembangkan sebuah mekanisme yang lebih dapat diakses untuk layanan-layanan dukungan, menyempurnakan pengumpulan data dan mengembangkan kerjasamanya antar badan-badan pemerintahan. Program Indonesia mengenai kontrak tenaga kerja luar negeri mengalami restrukturisasi pada tahun 2006 dengan didirikannya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau BNP2TKI. Lembaga ini diberi mandat untuk memberikan layanan, melakukan koordinasi, dan mengawasi pendokumentasian, pemberian informasi dan orientasi prapemberangkatan, penempatan dan pemulangan, penyebaran informasi, kesejahteraan dan perlindungan. Di bulan Mei 2006, Indonesia dan Malaysia menandatangani sebuah Nota Kesepahaman tentang pekerja rumah tangga migran. Pengiriman uang dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri meningkat secara pasti dari AS$1,26 milyar di tahun 1997 menjadi sekitar AS$5,7 milyar pada tahun 2006. Walau pengiriman uang di negara pengirim lainnya, seperti Filipina, cenderung diinvestasikan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial atau kegiatan produktif, migran Indonesia menggunakan uang kiriman untuk membayar hutang, membangun rumah, membeli barang-barang mewah atau membeli keperluan seharihari dan konsumsi anggota keluarga yang tinggal di Indonesia. Menurut catatan Bank Dunia, keluarga menjadi bergantung pada pengiriman uang dan, dengan sedikitnya peningkatan mata pencaharian secara berkelanjutan, sebagai akibatnya para migran terjebak dalam siklus migrasi. Seperti negara-negara lainnya di kawasan, Pemerintah RI sangat menyadari mengenai permasalahan ini dan telah mulai mengambil inisiatif untuk meningkatkan nilai pengiriman uang dan membantu mendorong perannya dalam pembangunan, sebagai bagian dari sebuah kebijakan komprehensif untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja migran Indonesia. Terdapat pendapat bahwa arus migrasi gelap antara Indonesia dan Malaysia kemungkinan merupakan arus tenaga kerja terbesar kedua di dunia, di bawah yang terjadi antara Meksiko dan Amerika Serikat. Sebagian besar arus tersebut adalah dari Jawa dan Sumatera ke bagian selatan Malaysia, namun juga dengan pergerakan gelap dari Indonesia Timur ke daerah Sabah di Malaysia timur. Sulit untuk mengestimasi jumlah warga Indonesia yang tinggal secara gelap di Malaysia, namun IOM memperkirakan bahwa 95 persen dari migran gelap yang berangkat dari Indonesia berada di Malaysia. Dalam kerangka fenomena migrasi gelap, Indonesia mengalami tingkat penyelundupan dan trafiking manusia yang sangat tinggi, termasuk trafiking internal yang ekstensif di dalam negeri dari daerah pedesaan ke perkotaan, khususnya untuk eksploitasi seksual dan tenaga kerja rumah tangga secara paksa. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai prosedur migrasi, hak-hak para migran dan permasalahan trafiking pada umumnya telah menyebabkan banyak korban menjadi rentan terhadap trafiking di seluruh Indonesia. Di tingkat lokal, khususnya, dimana proses trafiking dimulai, para migran merupakan mangsa dari para pelaku trafiking yang mengumbar janji-janji palsu mengenai tawaran pekerjaan. Pemerintah RI telah menunjukkan sebuah komitmen untuk mencegah dan memerangi trafiking. Pada tahun 2007, perundang-undangan anti-trafiking yang komprehensif ditetapkan untuk menjawab permasalahan ini dan memberikan bantuan dan perlindungan kepada korban. Namun demikian, perkembangan ini dihambat oleh besarnya skala permasalahan ini di Indonesia dan di kawasan ini secara umum.

MIgrasI ke daLaM negerI


Dalam beberapa tahun belakangan ini, sekitar 20,000 tenaga kerja asing setiap tahunnya memperoleh izin kerja di Indonesia, pada prinsipnya, izin kerja dikeluarkan bagi warga asing yang memiliki keahlian atau kemampuan yang tidak mudah diperoleh di pasar tenaga kerja di Indonesia. Namun Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI memperkirakan sekitar 50,000 warga asing menyalahgunakan visa kunjungan atau visa sementara mereka untuk mencari pekerjaan. Di tahun 2003, 25 persen izin kerja yang diterbitkan bagi warga asing adalah untuk manager dan 72 persen untuk para profesional. Sebagai perbandingan, Thailand menerbitkan 102,446 izin kerja bagi pekerja terampil dan profesional selama tahun 2004.
Migrasi di Indonesia Fakta & Angka / April 2008 / 2

Anda mungkin juga menyukai