Anda di halaman 1dari 7

Al Quran dan IPTEK (1)

Tsaqafah Islamiyah 13/11/2005 | 11 Shawwal 1426 H | 8.071 views Oleh: Al-Ikhwan.net

Sebagian orang yang rendah pengetahuan keislamannya beranggapan bahwa al-Quran adalah sekedar kumpulan cerita2 kuno yang tidak mempunyai manfaat yang signifikan terhadap kehidupan modern, apalagi jika dikorelasikan dengan kemajuan IPTEK saat ini. Al-Quran menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu didalamnya, apalagi untuk dapat menjawab permasalahan2 dunia modern dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan, hal itu adalah sesuatu yang nonsense. Anggapan2 diatas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau berusaha untuk membuka alQuran dan menganalisis kandungan ayat2 nya. Oleh karenanya maka anggapan tersebut adalah sangat keliru dan bertolak belakang dengan semangat al-Quran itu sendiri. Bukti2 di bawah ini menunjukkan yang sebaliknya: 1. Bahwa wahyu yang pertama sekali diturunkankan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca/belajar (QS 96/1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa atau dzikrullah. Demikian tinggi hikmah turunnya ayat ini, menunjukkan perhatian Islam yang besar terhadap ilmu pengetahuan. 2. Bahwa Allah SWT mengangkat manusia (Adam as) sebagai khalifah-Nya dimuka bumi dan bukan para malaikat-Nya sebab adanya ilmu pengetahuan (QS 2/31-33). Yang dengan kelebihan ilmu pengetahuan itu juga, Allah SWT memuliakan Adam as, sehingga memerintahkan para malaikat-Nya untuk bersujud kepada Adam as. 3. Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi disisi ALLAH SWT, adalah manusia yang memiliki iman dan ilmu (QS 58/11). Karena iman membawa manusia kepada ketinggian di akhirat (fil akhirati hasanah), dan ilmu membawa manusia kepada ketinggian di dunia (fid dunya hasanah). 4. Syarat manusia yang berhak diangkat menjadi pemimpin dalam Islam ada 2 hal : ilmu yang tinggi dan fisik yang sehat (QS 2/247). Ini menunjukkan betapa tinggi penghargaan Islam kepada nilai2 ilmu dan nilai2 kesehatan. 5. Bahkan Allah SWT melarang manusia untuk melakukan suatu pekerjaan/ perbuatan tanpa memiliki ilmunya (QS 17/36). Artinya bahwa Islam sangat menghargai spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu dan menganjurkan ummatnya untuk menjadi seorang yang profesional sesuai dengan bidang keilmuannya masing2 (menjadi expert dalam bidangnya). 6. Sejarah menunjukkan, bahwa pada masa kaum muslimin mempelajari dan melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia dengan pakar2 yang menguasai dalam disiplin ilmunya masing2, sehingga Baratpun belajar dari mereka (lihat buku III). Baru dimasa kaum muslimin meninggalkan ajaran agamanya dan tergiur dengan kenikmatan duniawi dan berpaling ke Barat, maka Allah SWT merendahkan dan menghinakan mereka. Sungguh telah benar Rasulullah SAW yang telah memperingatkan ummatnya akan hal ini, sebagaimana dalam haditsnya : Kelak akan datang suatu masa dimana kalian akan menjadi seperti makanan diatas piring yang dihadapi oleh orang2 yang kelaparan. Maka para sahabat ra bertanya : Apakah karena jumlah kita sedikit saat itu ya Rasulullah ? Jawab Nabi SAW : Bahkan jumlah kalian sangat banyak. Tetapi kalian terkena penyakit wahn! Tanya para sahabat ra : Apa itu wahn ya Rasulullah ? Jawab Nabi SAW : Kalian cinta dunia dan takut mati. (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

Al-Quran dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam


Tsaqafah Islamiyah 13/11/2005 | 11 Shawwal 1426 H | 43.193 views Oleh: Al-Ikhwan.net

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut. 1. Al-Quran dan Sunnah: Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21). 2. Alam semesta: Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti[1] : Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11). Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan). Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C. Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47). Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6). Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16). Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7). Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88). Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40). Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5). Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125). Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa (in bedakan dengan lau) dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).

Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43). Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30). Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15/22). Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3). Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate (pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir). Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim. Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat (alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme (izhama) tulang tersebut dibalut oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14). 3. Diri manusia: Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10). 4. Sejarah: Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Firaun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.

Iman, Ilmu dan Amal sebagai satu kesatuan Islam merupakan ajaran agama yang landasan pengembangannya adalah iman. Iman adalah kepercayaan terhadap wujud Zat yang Maha Mutlak yang menjadi tujuan hidup manusia. Iman merupakan fundamen dalam sistem ajaran Islam. Iman merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan dan pengembangannya adalah dalam bentuk amal. Iman tanpa amal m dengan potensi yang tak dikembangkan. pengembangan iman bermakna dan berhil guna, mak perlu ilmu. Ilmu merupakan motor penggerak untuk majunya Islam. Iman adalah kendali yang mengarahkan motor tadi supaya dapat mencapai tujuan. Islam melihat bahwa IPTEKS dan agama adalah sesuatu yang memiliki kaitan. Sains tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keagamaan. Agama menjadi landasan segala prilaku manusia termasuk di dalamnya sains dan teknologi. Islam melihat sain sebagai suatu perkara yang amat penting karena dengan sains dan teknologi manusia dapat: 1. Mengenal Tuhannya 2. Menegakkan hakikat kebenaran 3. Membawa manusia kepada sikap tafakkur dan berfikir 4. Membantu manusia memenuhi keperluan material untuk kehidupannya 5. Membantu manusia dalar melaksanakan syari'at 6. Menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam. Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal Shaleh, apabila perbuatan tersebut tidak dibangun di atas landasan iman dan takwa. m halnya pengembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan, tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Apabila IPTEKS tidak dikembangkan di atas dasar iman, maka yang akan muncul adalah kerusakan dan kemafsadatan bagi kehidupan umat manusia. 5.3. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama dalam diri manusia adalah akal. Akal, menurut Ibnu `Arabi adalah puncak kesempurnaan ciptaan Tuhan. Akal berfungsi untuk berpikir dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkenaan dengan keutamaan orangorang yang berilmu, al-Quran menyatakan bahwa "Allah akan mengangkat martabat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat". Dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu diibaratkan sebagai orang yang hidup dan orang yang tidak berilmu diibaratkan orang yang mati. Orang yang berilmu laksana orang yang dapat melihat dan orang yang tidak berilmu laksana orang yang buta. Tinta para ulama lebih bernilai di sisi Allah daripada darah para syuhada, demikian sabda Nabi. Dalam Hadits yang lain Nabi menyatakan : Barang siapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya jalan menempuh surga. Masih banyak ayat-ayat dan Hadits-Hadits yang menjelaskan keutamaan orang yang beriman dan berilmu. Barang siapa berilmu lalu ia memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, maka ia bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang lain

SENI
Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda : Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom. Ada orang berkata, Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus. Nabi bersabda, Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-Quran adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda : Hiasilah Al-Quran dengan suaramu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, NasaI, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi) Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyiannyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ? Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Quran disebutkan : Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan. (Luqman:6) Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya. Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal nyanyian antara lain : 1. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika islami dan ajaranajarannya. 2. 3. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar, menampakkan aurat,

atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas. 4. Nyanyian sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi dengan sikap tidak berlebih-lebihan. Wallahualam bishawab

SENI DALAM PANDANGAN ULAMA ISLAM Sebelum kita membahas dan mendiskusikan pendapat para fuqaha, khususnya para imam mazhab yang empat terlebih dahulu kami kutipkan pendapat mereka tentang seni suara beserta dalil dalilnya, baik dari golongan yang mengharamkan maupun yang membolehkannya. :1. Imam Asy Syaukani, dalam kitabnya Nailut Authar menyatakan sebagai berikut

a. Para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik. Menurut mazhab jumhur adalah haram, sedangkan mazhab Ahlul Madinah, Azh Zhohiriyah dan jama'ah Suflyah memperbolehkannya. b. Abu Mansyur Al Baghdadi (dari mahzab Asy Syafi'i) menyatakan: 'Abdullah bin Jafar berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Dia sendiri pemah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan (budak) wanita (jawari) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib RA. c. Imam Al Haramain di dalam kitabnya An Nihayah menukil dari para ahli sejarah bahwa Abdullah bin Az Zubair memiliki beberapa jariyah (wanita budak) yang biasa memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang kepadanya dan melihat gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar bertanya, "Apa ini wahai sahabat Rasulullah?" Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata, "Oh, ini barangkali timbangan buatan negeri Syam," ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair berkata, "Digunakan untuk menimbang akal manusia." d. Ar Ruyani meriwayatkan dari Al Qaffal bahwa mazhab Maliki membolehkan menyanyi dengan ma'azif (alat alat musik yang berdawai). e. Abu Al Fadl bin Thahir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara ahli Madinah tentang menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja." f. Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya Al Umdah mengatakan bahwa para sahabat Rasulullah yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara lain Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqas dan lain lain. Sedangkan dari tabi'in antara lain Said bin Musayyab, Salim bin Urnar, Ibnu Hibban, Kharijah bin Zaid, dan lain lain.

2. Abu Ishak Asy Syirazi dalam kitabnya Al Muhazzab berpendapat: a. Diharamkan menggunakan alat alat permainan yang membangkitkan hawa nafsu seperti alat musik gambus, tambur (lute), mi'zah (sejenis piano), drum dan seruling. b. Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua acara tersebut tidak boleh. c. Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang, berjalan. 3. mengatakan:Al'Alusi dalam tafsirnya Ruhul Mni a. Al Muhasibi di dalam kitabnya Ar Risalah berpendapat bahwa menyanyi itu haram seperti haramnya bangkai. b. At Thursusi menukil dari kitab Adabul Qadha bahwa Imam Syafii berpendapat menyanyi itu adalah permainan makruh yang menyerupai pekedaan batil (yang tidak benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah orang yang tidak beres pikirannya dan ia tidak boleh menjadi saksi. c. Al Manawi mengatakan dalam kitabnya Asy Svafbut Kabir bahwa menurut mazhab Syafi'i menyanyi adalah makruh tanzih yakni lebih baik ditinggalkan daripada dikelakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat dalam fitnah. d. Dari murid murid Al Baghawi ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu haram dikerjakan dan didengar. e. Ibnu Hajar menukil pendapat imam Nawawi dan Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa haramnya (menyanyi dan main musik hendaklah 'dapat dimengerti karena. hal demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul dengan wanita, dan semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkat suatu yang berat, nyanyian orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta

mereka, nyanyian ibu untuk mendiamnkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imam Awza'iy adalah sunat. f. Jama'ah Sufiah berpendapat boleh bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat alat musik. g. Sebagian ulama berpendapat boleh menyanyi dan main alat musiktetapihanyapada perayaan perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta pernikahan, khitanan, hari raya dan hari had lainnya. h. Al 'Izzu bin Abdussamarn berpendapat, tarian tarian itu bid'ah. Tidak ada laki laki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas, kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang kepada akhirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan. i. Imam Balqini berpendapat tari tarian yang dilakukan dihadapan orang banyak tidak haram dan tidak pula makruh karena tarian itu hanya merupakan gerakan gerakan dan belitan serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi SAW kepada orang orang Habsyah di dalam mesjid pada hari raya. j. Imam Al Mawardi berkata, "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyi bunyian alat alat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan dosa besar." 4. mengagatakan:Abdurrahman At Jaziri di dalam kitabnya Al Fiqh Al Mazahibi Al Arbaa a. Ulama ulama Syafi'iyah seperti yang diterangkan oleh Al Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin. Beliau berkata, "Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata senjata perang pada hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari hari lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara'. b. Al Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian suara alat alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa macam macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal hal yang telah dilarang oleh syara'. c. Para ulama Hanafiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah nyanyian yang mengandung kata kata yang tidak baik (tidak sopan), seperti menyebutkan sifat sifa jejaka (lelaki bujang dan perempuan dara), atau sifat sifat wanita yang masih hidup. Adapun nyanyian yang memuji keindahan dan pernandangan alam lainnya maka tidak ada larangan sama sekali. Memang ada orang orang yang menukilkan pendapat dari imam Abu Hanifah yang mengatakan bahwa ia benci terhadap nyanyian dan tidak suka mendengarkannya. Baginya orang orang yang mendengarkan nyanyian dianggapnya telah melakukan perbuatan dosa. Di sini harus dipahami bahwa nyanyian yang dimaksud Imam Hanafi adalah nyanyian yang bercampur dengan hal hal yang dilarang syara'. d. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat alat permainan yang digunakan untuk memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk momen seperti itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling dan terompet. e. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat alat musik, seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya. Adapun tentang nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh. Bahkan sunat mela-gukannya ketika membacakan ayat ayat Al Qur'an asal tidak sampai mengubah aturan aturan bacaannya

Anda mungkin juga menyukai