Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

Penentuan Kadar Protein Tempe dengan Metode Biuret

Oleh : Lenny Susanti Frahma Safitri (652009601) (652008002)

Program Studi Kimia FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN


Nama / NIM : Lenny Susanti Frahma Safitri Kelompok Tanggal Praktikum :1 : 4 November 2011 (652009601) (652008002)

Judul Tujuan

: Penentuan Kadar Protein Tempe dengan Metode Biuret

Menentukan kadar protein dari tempe dengan menggunakan metode Biuret

Pendahuluan Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino (Anonim, 2011). Protein dapat bersumber dari tumbuhan maupun hewan, seperti susu, daging, ikan, telur, kacang-kacangan, ketang dan tumbuhan berbiji. Protein hewani umumnya memiliki semua asam amino esensial sedang protein nabati tidak, oleh sebab itu protein nabati hanya mampu memelihara jaringan tubuh dan protein hewani mampu memelihara jaringan tubuh dan pertumbuhan (Laodesyamri, 2011). Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.(Anonim2) Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520nm. Absorbansi

ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasrnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat. Halhal yang mengganggu percobaan ini adalah adanya urea (mengandung gugus -CO-NH-) dan gula preduksi yang bereaksi dengan CU2+.(Anonim,2011) Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawasenyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi.Tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas.(Anonim3,2011)

Metode 1. Pembuatan Kurva Standar Ditimbang 0,5 gram BSA dalam 10 ml akuades. Disiapkan 6 tabung reaksi, pada masing masing dimasukkan Albumin dan Akuades dengan pengenceran di bawah ini : ml larutan Albumin ml H2O 0 1 0,2 0,8 0,4 0,6 0,6 0,4 0,8 0,2 1,0 0 Pada masing masing tabung ditambahkan 4 ml reagen biuret Dicampur secara merata dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar Diukur absorbansinya dengan Spektrofatometer mini UV-vis 1240 Shimadzu pada 500 nm.

Dibuat kurva standar

2. Penetapan Sampel Sampel (tempe) dihaluskan dengan mortar. Ditimbang sebanyak 5 gram sampel halus lalu ditambahkan akuades Ekstrak disaring kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan akuades hingga garis tera. Lalu dihomogenisasikan Sampel diperlakukan sama seperti pembuatan kurva standar. Larutan Albumin diganti dengan larutan sampel.

3. Pembuatan Larutan a) Reagen Biuret Ditimbang 0,15 gram CuSO4.5H2O dan 0,6 gra Natrium kalium trattat dan dilarutkan dalam 50 ml akuades. Ditambahkan 30 ml larutan NaOH 10 % Dihomogenkan, ditambahkan akuades sampai volumenya 100 ml.

b) Albumin - Ditimbang 0,5 gram albumin lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 ml. - Ditambahkan akuades sampai garis tera lalu dihomogenisasikan

Hasil Larutan standar BSA yang digunakan = 0,5 gram / 10 ml = 0,05 g/ml Pembuatan Kurva Standar

Larutan BSA (ml) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

Akuades (ml) 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0

Konsentrasi (g / ml) Blanko 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

Absorbansi

0 0,027 0,0335 0,453 0,543 0,579

Kurva standart albumin


0.7 0.6 0.5 Absorbansi 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 0.01 0.02 0.03 Konsentrasi 0.04 0.05 0.06 y = 9.52x + 0.1378 R = 0.9638

Kurva Standart Albumin

Pengukuran Kadar Protein dalam Sampel Sampel tanpa pengenceran = 5 gram dalam 50 ml akuades (5gr/50ml = 0,1 gr/ml). Pengenceran 0,1ml sampel dalam 0,9ml akuades (0,01 gr/ml) 0,5ml sampel dalam 0,5ml akuades (0,05 gr/ml) 1 ml sampel dalam 0 ml akuades (0,1 gr/ml) Absorbansi 0.051 0.143 0.265

Persamaan garis y = 9,52x + 0,1378 0,265 0,1272 x x = 9,52 x + 0,1378 = 9,52 x = 0,0134 g/ml = 0,67 g/50 ml (dalam labu)

Kadar protein =

Pembahasan Kadar protein merupakan banyaknya protein yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar protein juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan. Dalam percobaan ini mula-mula dibuat larutan albumin dengan beberpa konsentrasi .Pada pembuatan kurva standar konsentrasi larutan standart akan mempengaruhi besarnya nilai absorbansi yang diperoleh. Larutan albumin dalam beberapa konsentrasi tersebut akan digunakan untuk menentukan kurva standar. Pada pengukuran absorbansi sampel, dilakukan hal yang sama seperti pada perlakuan terhadap larutan albumin pada kurva standar. Dalam pembuatannya juga dilakukan pada beberpa konsentrasi dengan tujuan untuk menentukan pada konsentrasi berapa, larutan dari sampel tersebut masuk pada range kurva standard.

Dari 5 gram sampel yang dilarutkan dengan akuades sampai volumenya 50 ml. Kemudian dari filtrat sampel tersebut dibuat beberapa pengenceran dan seri pengenceran. Pada larutan sampel yang mengandung protein mengalami perubahan warna saat ditambah reagen Biuret seperti halnya pada larutan albumin. Dengan adanya perubahan warna larutan menjadi biru maka reaksi berjalan dan konsentrasinya dapat dihitung dengan mengukur absorbansinya dengan spektrofotometri. Senyawa dengan dua atau lebih ikatan peptida apabila direaksikan dengan garam Cu (kupri) pada suasana basa maka akan membentuk suatu kompleks warna ungu violet yang absorbansinya dapat dibaca pada panjang gelombang 500nm Senyawa dengan dua atau lebih ikatan peptida apabila direaksikan dengan garam Cu (kupri) pada suasana basa maka akan membentuk suatu kompleks warna ungu violet yang absorbansinya dapat dibaca pada panjang gelombang 500nmPada pembuatan larutan sampel ini juga tidak boleh terlalu pekat dan tidak terlalau encer agar absorbansi yang diukur masuk dalam range absorbansi kurva standar Selanjutnya hasil yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan kurva standar protein. Dari hasil percobaan diketahui kadar protein dalam 5 gram diperoleh sebesar 13,4% . apabila dibandingkan dengan literatur kadar protein pada 10 gram tempe sebesar 40 % masih terlalu jauh berbeda hal ini mungkin disebabkan karena tidak semua proein ikut terlarut dalam pelarut.

Kesimpulan Pengukuran kadar protein suatu sempel dapat dilakukan dengan menggunakan metode biuret. Dari hasil percobaan diperoleh kadar protein sebesar 13,4 %.

Daftar Pustaka

Anonim, 2011. Protein. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Protein. Diakses tanggal 10 november 2011 Anonim, 2011. Tempe. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe. Diakses tanggal 10 november 2011 Laodesyamri. 2011. Protein. Tersedia dalam http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/2109722-protein/. Diakses tanggal 15 November 2011

Anda mungkin juga menyukai