Anda di halaman 1dari 4

DAFTAR PUSTAKA Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1996, Jilid I, Edisi ketiga, Editor Kepala: Sjaifoellah Noer,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, trans. Huriawati Hartanto, EGC, Jakarta. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta. Mansjoer et al., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, cetakan 1, Media Aesculapius, Jakarta. Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson, 1991, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Edisi 2, Alih bahasa: Adji Dharma, EGC, Jakarta. Rubenstein, David, David Wayne & John Bradley, 2007, Lecture Notes: Kedokteran Klinis, Edisi 6, trans. Annisa Rahmalia, Erlangga, Surabaya.

T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.

GANGGUAN PADA JANIN Dampak hipotiroid ternyata bukan cuma menghambat kehamilan. Pada wanita yang sudah telanjur mengandung pun, hipotiroid bakal mengganggu pertumbuhan janin. Tiroid juga dibutuhkan janin. Padahal selama masa pertumbuhannya dalam kandungan, metabolisme janin amat tergantung pada metabolisme si ibu. Bila metabolisme si ibu terganggu, maka metabolisme janin pun bakal terganggu. Lebih jauh, gangguan metabolisme ini amat berpeluang memunculkan bayi lahir cacat, memiliki kelainan atau mengidap penyakit bawaan dan sebagainya. Dalam otak ada bagian yang namanya hipothalamus. Bagian inilah yang akan merangsang pembentukan tiroid, yang kemudian mengirim sinyal ke hipofise yang juga berada dalam otak. Hipofise akan menghasilkan Tyroid Stimulating Hormon (TSH) yang nantinya akan merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan T3 dan T4. Kalau TSH yang dihasilkan tinggi, maka T3 dan T4 yang dihasilkan juga tinggi. Sebaliknya, bila TSH rendah, maka T3 dan T4 pun rendah. Untuk menstabilkan produksi hormon, T3 dan T4 pun memiliki daya feedback ke hipothalamus. Kalau produksi hormon terlalu tinggi, dengan sendirinya dia akan mengirim feedback negatif supaya hipofise mengurangi produksi TSH. Sebaliknya, bila produksinya rendah, maka sinyal dikembalikan hipofise ke hipothalamus agar produksi TSH meningkat. Pada kasus hipotiroid, penderita tidak mampu menghasilkan hormon T3 dan T4. Oleh karena itu, TSH mendapat feedback untuk meningkatkan produksinya. Bila di hipothalamus atau di hipofise ada kelainan, maka produksi T3 dan T4 tetap rendah. Kelainan ini sendiri sebenarnya bisa terjadi di hipothalamus, hipofise, atau di T3 atau T4.

Pada bayi baru lahir, penyebab dari hipertiroidisme yang paling sering ditemukan adalah penyakit Graves neonatorum. Penyakit ini bisa berakibat fatal dan bisa terjadi pada bayi yang ibunya menderita atau pernah menderita penyakit Graves. Penyakit Graves adalah suatu penyakit autoimun di mana tubuh menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid. Mekanismenya, tubuh si ibu menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid. Antibodi ini kemudian sampai ke janin dan turut merangsang kelenjar tiroid si janin. Ini harus dicegah dan diobati karena efek buruknya bisa saja terjadi lahir mati, keguguran atau kelahiran prematur.

Gangguan tiroid pada ibu hamil dapat berupa kekurangan atau kelebihan hormon tiroid, namun yang paling umum terjadi adalah kekurangan hormon tiroid atau disebut hipotiroid. Hipotiroid pada ibu hamil dapat berakibat buruk bagi ibu maupun perkembangan janin atau bayinya. Terutama bila hipotiroid terjadi pada trimester pertama karena pada periode tersebut janin hanya memeroleh hormon tiroid dari ibunya. Pada umumnya, hipotiroid pada ibu hamil terjadi karena kekurangan iodium. Selain itu, sekira 10 persen dari ibu hamil memproduksi antibodi atau zat anti yang menyerang kelenjar tiroidnya sendiri yang disebut Anti TPO-Ab (Anti Thyroid Peroxidase Antibody) pada awal kehamilannya. Sebagian dari ibu hamil yang positif memroduksi anti TPO akan mengalami hipotiroid tetapi bersifat subklinik atau tidak bergejala, namun bila diperiksa di laboratorium akan didapatkan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang tinggi. Dampak Hipotiroid Wanita hamil yang menderita hipotiroid berpotensi mengalami komplikasi pada kandungannya seperti kematian janin dalam kandungan, bayi lahir prematur, hipertensi pada saat hamil, kerusakan plasenta, dan masalah pada bayi yang dilahirkannya. Pada umumnya, bayi dari wanita hipotiroid terlihat sehat tanpa gangguan fungsi tiroid, namun pada beberapa penelitian diketahui bahwa bayi yang lahir dari ibu hipotiroid mempunyai risiko kematian setelah kelahiran yang lebih tinggi. Bayi dari ibu hipotiroid juga berisiko tinggi mengalami cacat bawaan, memiliki berat badan rendah dan berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang. Cegah Komplikasi pada Janin Kehamilan dan penyakit tiroid pada kehamilan memiliki gejala yang sama sehingga sulit dibedakan, misalnya lelah, mual, penambahan berat badan, perubahan rambut, kulit dan kuku, sulit buang air besar, pusing, sakit kepala, dan perubahan mood. Untuk wanita yang belum hamil dan ingin merencanakan kehamilan disarankan untuk memerhatikan

beberapa hal: 1. Semua wanita yang merencanakan kehamilan dipertimbangkan penyaringan penyakit tiroid. 2. Semua wanita hamil dengan gondok atau goiter (tiroid yang membesar), tingkat-tingkat antibodi tiroid darah yang tinggi, sejarah penyakit tiroid keluarga atau gejala-gejala dari hypothyroidism harus diuji untuk hypothyroidism. 3. Wanita yang mendapatkan terapi hormon tiroid sebelum kehamilan harus disetujui oleh dokter penyakit dalamnya untuk hamil, dan jika hamil harus dirawat dalam pengawasan dokter penyakit dalam. Guna memastikan apakah Bumil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu dilakukan skrining laboratorium. Diagnosis dini dan pengobatan hipotiroidisme yang efektif pada kehamilan penting dilakukan, karena laporan terakhir menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu dengan TSH yang meningkat dan atau dengan anti TPO selama kehamilannya mempunyai IQ yang cenderung rendah. Karena itu, semua wanita hamil direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan TSH dan TPOAb pada trimester pertama kehamilannya

Hipertiroid dan Masalah Kehamilan Selama hamil, kelenjar tiroid berproduksi 50 persen lebih banyak dibanding saat tidak hamil. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif disebut Hipertiroidisme. Kondisi tersebut membuat kebutuhan kelenjar ini akan yodium pun meningkat. Karena itu jika asupan yodium tidak mencukupi, tiroid bisa membengkak, dan risiko hipertiroid pun meningkat. Kondisi hipertiroid dapat memicu terjadinya: 1. Kelahiran prematur atau persalinan yang terpaksa harus dilakukan sebelum waktunya. 2. Preeklampsia yang disebabkan tekanan darah tinggi dan masalah dengan organ tubuh lain termasuk ginjal. 3. Berat badan bayi yang rendah atau lahir dalam kondisi meninggal dunia. 4. Peningkatan detak jantung abnormal pada janin.

Pathofisiologi Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel di dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat. Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan

reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Dimana ada peningkatan produksi T3 dan T4 mengakibatkan peningkatan pembentukan limfosit oleh karena efek dari auto imun yang akan mengilfiltrasi kejaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan dapat menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf optik sehingga mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu kerusakan pada kelopak mata yang menjadi sulit menutup sempurna pada waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya permukaan epitel mata menjadi kering dan mudah mengalami iritasi dan seringkali terinfeksi sehingga timbul luka pada kornea penderita. Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi peningkatan metabolisme KH dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.

Anda mungkin juga menyukai