Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR PENAWARAN KREDIT PADA BANK UMUM DI INDONESIA Desi Arisandi, SE.

Program Studi Manajemen Perbankan, Universitas Gunadarma (dear_deasy@ymail.com)

ABSTRAK Sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dan penawaran kredit dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh beberapa indikator. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variabel variabel yang mempengaruhi penawaran kredit perbankan. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear berganda, uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil Penelitian dalam kurun waktu Desember 2005 Desember 2007 adalah sebagai berikut : pertama, variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit. Kedua, secara parsial variabel variabel DPK, CAR, dan ROA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit kecuali variabel NPL. Ketiga, secara serempak variabel variabel DPK, CAR, NPL dan ROA mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit. Kata Kunci : penawaran kredit, DPK, CAR, NPL, ROA, Bank Umum

PENDAHULUAN Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah untuk melikuidasi bank bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan. Sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga untuk bank konvesional dan bagi hasil untuk bank syariah. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Kedua, penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan. Ketiga, melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Keempat, sumber utama dana bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dan penyaluran kredit kepada masyarakat kerap kali mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank dan nyaris semua bank beroperasi di Indonesia mengalami kredit macet (bermasalah). Menurut Perry Warjiyo (2004), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan

kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPL (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Suseno dan Piter A. (2003), menambahkan bahwa indikator lain yang berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyediakan kredit kepada debitur adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam ROA (Return on Assets).

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank dan Jenis Bank Menurut Fungsinya Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Undang Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari : a. Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya berdasarkan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Pengertian Kredit dan Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Dalam bahasa latin kredit disebut credere yang artinya percaya. Pengertian kredit menurut Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya ( Suseno dan Piter A., 2003:6 ). Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Lebih lanjut Melitz dan Pardue ( 1973 ) dalam Insukindro ( 1995 ) merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai berikut: SK = g( S, ic, ib, BD ) Keterangan: SK = jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank S = kendala-kendala yang dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai nisbah cadangan wajib

ic = tingkat suku bunga kredit bank ib = biaya oportunitas meminjamkan uang BD = biaya deposito bank Selain dana yang tersedia ( DPK ), perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri, seperti permodalan ( CAR ), jumlah kredit macet ( NPL ), dan Loan to Deposit Ratio ( LDR ). Dengan demikian, dapat dinyatakan dalam suatu bentuk hubungan fungsi sebagai berikut: KS = f( DPK, prospek usaha debitor, kondisi perbankan itu sendiri ) = f( DPK, prospek usaha debitor, CAR, NPL, LDR ) Keterangan: KS = kredit yang ditawarkan perbankan DPK = Dana Pihak Ketiga Kondisi perbankan terdiri atas CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Sementara menurut Suseno dan Piter A. ( 2003 ), selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return on Assets ( ROA ) juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit kepada debitur. Berdasarkan tinjauan teori penawaran uang Keynes dan perilaku penawaran kredit di atas, maka penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas sebagai proksi dari faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku perbankan dalam menyalurkan kredit, yang akan dijelaskan pada uraian berikut : 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga atau biasa disingkat dengan DPK adalah seluruh dana yang berhasil dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas ( Kasmir, 2000 ). Dalam UU Perbankan No. 10, Tahun 1998 dana yang dihimpun bank umum dari masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro ( demand deposit ), simpanan tabungan ( saving deposit ), dan simpanan deposito ( time deposi t). DPK diharapkan berkorelasi positif dengan penawaran kredit. 2. Capital Adequecy Ratio (CAR) Modal bank yang cukup atau banyak menjadi sangat penting karena modal bank dapat berfungsi untuk memperlancar operasional sebuah bank. Tingkat kecukupan modal pada perusahaan perbankan tersebut diwakilkan pada rasio CAR ( Capital Aduquecy Ratio ) yang merupakan bagian dari rasio kehati hatian. CAR ( Capital Aduquecy Ratio ) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Menurut SK Dir. BI Nomor 26/20/KEP/DIR/29 Mei 1993 ( Suseno dan Piter Abdullah, 2003 ), di Indonesia jumlah modal minimum yang harus ada pada bank diatur oleh BI, yaitu sebesar 8% dari ATMR. CAR diharapkan berkorelasi positif dengan penawaran kredit. Rasio CAR dicari dengan rumus ( Bank Indonesia, 2006 ): Modal Sendiri CAR = x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

3. Non Performing Loans (NPL) NPL menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah ( dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet ) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. NPL diharapkan mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit. NPL merupakan salah satu bagian dari rasio perbaikan asset. Total Kredit Bermasalah NPL = Total Kredit Yang Disalurkan Dimana : Nilai NPL <= 5% adalah kinerja NPL baik Nilai NPL > 5% adalah kinerja NPL buruk Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Umumnya perbankan nasional melakukan penghapusbukuan ( write off ) untuk mengurangi NPL, dengan cara ini utang tetap ditagih, namun jumlah utangnya tidak muncul dalam pembukuan bank. Penilaian kolektibitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok : - Lancar ( pass ) - Dalam Perhatian Khusus ( special mention ) - Kurang Lancar ( sub-standard ) - Diragukan ( doubtfull ) - Macet ( loss ) Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. 4. Return on Assets (ROA) ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA membandingkan laba terhadap total asset, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan, yang dapat dicari dengan rumus berikut ( Bank Indonesia, 2006 ) : Laba Setelah Pajak ROA = x 100% Total Asset

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/3/PBI/2005, BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Batas maksimum pemberian kredit atau Legal Lending Limit (LLL), sejalan dengan prinsip prudential banking, maka kepada setiap bank dalam penyaluran dananya tidak diperkenankan ditujukan kepada kelompok tertentu dalam jumlah yang tidak terbatas. Besarnya BMPK yang diperkenankan kepada : a. Pihak terkait adalah perseorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan pengendalian dengan bank, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan. BMPK seluruh pihak terkait adaalah sebesar 10% dari modal bank. b. BMPK kepada pihak tidak terkait kepada 1 peminjam adalah 20% dari modal bank dan BMPK kepada pihak tidak terkait 1 kelompok peminjam adalah 25% dari modal bank. Peminjam digolongkan sebagai kelompok peminjam apabila mempunyai hubungan pengendalian melalui hubungan kepemilikan, kepengurusan dan atau keuangan, meliputi peminjam merupakan pengendali peminjam lain, common ownership, financial interdependence, penerbit jaminan dan Direksi, Komisaris, dan atau Pejabat Eksekutif peminjam menjadi Direksi dan atau Komisaris pada peminjam lain.

METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan neraca untuk periode tahun 2005 2007. Sumber data penelitian diperoleh dari 10 Bank umum di Indonesia, yaitu sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Bank PT. Bank Central Asia Tbk PT. Bank Internasional Indonesia Tbk PT. Bank CIMB Niaga Tbk PT. Bank OCBC NISP Tbk PT. Bank Permata Tbk No. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Bank PT. Bank Himpunan Saudara PT. Bank Index Selindo PT. Bank Kesejahteraan Ekonomi PT. Bank Syariah Mandiri PT. Bank Victoria International Tbk

Teknik Analisis Data Asumsi Klasik Dalam Regresi Linear 1. Uji Autokorelasi Autokorelasi sering disebut juga korelasi serial, misalnya data pertama berkorelasi dengan data kedua, data kedua berkorelasi dengan data ketiga dan selanjutnya. Uji autokorelasi dapat melakukan pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut : - Jika DW>batas atas (dU) maka tidak ada autokorelasi - Jika DW<batas bawah (dL) maka terjadi autokorelasi - Jika dL<DW<dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Menurut Arif Prastito ( 2004 ) regresi yang bebas multikolineritas ditandai dengan: - Nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) berkisar angka 1 - Nilai tolerance berkisar angka 1 Tambahan : VIF = 1/tolerance 3. Uji Normalitas Asumsi normalitas mensyaratkan bahwa perilaku unsur gangguan yang random didistribusikan secara normal atau mendekati normal. Pada uji normalitas ini , uji yang digunakan adalah Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan sebagai berikut : - Jika probabilitas > 0,05 maka variabel yang diuji bersifat normal. - Jika probabilitas < 0,05 maka variabel yang diuji bersifat tidak normal. Regresi Linear Berganda. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS, yaitu regresi yang membahas hubungan antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dengan pendekatan uji signifikan dapat dilakukan dengan uji t (t test ) atau uji F ( F test ). uji t digunakan untuk pengujian hipotesis koefisien secara individu atau terpisah, sedangkan uji F digunakan untuk pengujian hipotesis koefisien regresi secara menyeluruh ( J. Supranto, 2005 ). 1. Uji Koefesien Regresi Parsial (t Test) Hipotesis : H0 : Variabel DPK, CAR, NPL, dan ROA tidak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat penawaran kredit. : Variabel DPK, CAR, NPL, dan ROA berpengaruh secara parsial H1 terhadap tingkat penawaran kredit.

Prinsip pengujian hipotesis adalah membandingkan nilai statistik uji t: - Bila t hitung < t tabel, maka terima H0, dan - Bila t hitung > t tabel, maka tolak H0 dan terima H1. Sedangkan jika menggunakan uji probabilitas, maka pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: - Bila probabilitas > 0.05 ( = 0.05), maka terima H0, dan Bila probabilitas < 0.05, maka tolak H0 dan terima H1. 2. Uji Koefesien Regresi Serempak ( F Test ) Prinsip pengujian hipotesis adalah membandingkan nilai statistik uji F: - Bila F hitung < F tabel, maka terima H0, dan - Bila F hitung > F tabel, maka tolak H0 dan terima H1. Sedangkan jika menggunakan uji probabilitas, maka pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: - Bila probabilitas > 0.05 ( = 0.05), maka terima H0, dan - Bila probabilitas < 0.05, maka tolak H0 dan terima H1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data data CAR, NPL dan ROA yang diperoleh dari laporan keuangan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada awal periode penelitian nilai CAR cukup tinggi pada tahun 2005 dan mencapai ketinggian maksimal setelah pada tahun 2006 yaitu sebesar 33 % dan perlahan menurun pada tahun 2007, hal ini mengakibatkan turunnya kemampuan bank menyalurkan kredit sebagai akibat menurunnya tingkat permodalan. Disisi lain ROA menunjukkan peningkatan yang relatif lambat namun stabil, setelah tahun 2006 ROA mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang kemudian akhirnya melemah pada tahun 2007 sama halnya yang terjadi pada tingkat NPL, hal ini menjelaskan stabilnya laba bank umum dan semakin menurunnya tingkat kredit bermasalah yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pada bank tersebut. Asumsi Klasik Dalam Regresi Linear 1. Uji Autokorelasi Pada pengujian ini dapat diketahui bahwa DW hitung adalah sebesar 1,534 dan batas atas sebesar 1,51, hal ini menunjukkan bahwa DW hitung > batas atas (dU), berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada variabel bebas dalam penelitian ini. 2. Uji Multikolinearitas Pada pengujian ini dapat dilihat nilai VIF untuk keempat variabel independen bernilai sekitar 1, yaitu DPK sebesar 1.043, CAR sebesar 1.133, NPL sebesar 1.093 dan ROA sebesar 1.007. Demikian juga dengan nilai tolerance, juga berkisar pada nilai 1, yaitu DPK sebesar 0.959, CAR sebesar 0.883, NPL sebesar 0.915 dan ROA sebesar 0.993.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami gangguan multikolinearitas. 3. Uji Normalitas Dengan menggunakan grafik Q-Q Plot, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
1.00

.75

.50

E xpected Cum P rob

.25

0.00 0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai plot Q-Q terletak disekitar garis diagonal atau tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga bisa diartikan bahwa distribusi data penawaran kredit adalah normal. Analisis Regresi Linear Berganda Pada model Summary dimana semua variabel dimasukan, maka didapat nilai R antara variabel DPK, CAR, NPL, dan ROA dengan variabel kredit adalah sebesar 0,977 dan R Square adalah sebesar 0,955. angka tersebut berarti bahwa sekitar 95,5% tingkat penawaran kredit dapat dijelaskan oleh varabel variabel DPK, CAR, NPL, dan ROA sedangkan sisanya (100 % - 95,5% = 4,5 % ) dijelaskan oleh faktor faktor yang lain. Dari tabel coeffecient, dikarenakan sifat data yang berbeda yaitu dimana jumlah kredit dan DPK dalam bentuk jutaan rupiah sedangkan CAR, NPL, dan ROA dalam bentuk persentase maka maka diperoleh model persamaan regresi linear yang dapat dilihat dari kolom Beta yang sudah distandarisasikan yaitu sebagai berikut : Yk = 0,976X(DPK) + 0,056X(CAR) 0,100X(NPL)+ 0,024X(ROA) Nilai beta pada variabel DPK adalah sebesar 0,976 berarti dapat disimpulkan DPK mempunyai pengaruh positif dan signifikan sebesar 97,6% terhadap tingkat penawaran kredit, nilai beta pada variabel CAR adalah sebesar 0,056 berarti dapat disimpulkan bahwa CAR mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan sebesar 5,6% terhadap tingkat penawaran kredit, nilai beta pada NPL adalah sebesar -0,100 berarti dapat disimpulkan bahwa NPL mempunyai pengaruh negatif dan signifikan sebesar 10 % terhadap tingkat penawaran kredit dan nilai beta pada ROA adalah sebesar 0,24 berarti dapat disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan sebesar 24% terhadap tingkat penawaran kredit.

Uji Koefesien Regresi Parsial (t Test) Prinsip pengujian hipotesis dengan membandingkan nilai statistik uji t, maka dapat dijelaskan bahwa ttabel adalah t 0,05 dengan derajat bebas (n-k), jumlah sampel (n) = 30, jumlah variabel bebas dan bergantung (k) = 5, karena uji dilakukan 2 sisi maka ttabel dengan 0,025 adalah t(0,025;25) = 2,060 , maka dari pengujian ini dapat diketahui bahwa DPK mempunyai thitung sebesar 3,272 ,CAR mempunyai thitung sebesar 20,276 atau NPL mempunyai thitung sebesar 6,012 dan ROA mempunyai thitung sebesar 6,155 dikarenakan nilai thitung dari DPK, CAR, NPL dan ROA lebih besar dari 2.060, maka dapat disimpulkan bahwa DPK, CAR, NPL dan ROA mempunyai pengaruh secara parsial terhadap penawaran kredit. Uji Koefesien Regresi Serempak (F Test) Pada pengujian ini dapat diketahui F hitung adalah 132,770 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu sebesar 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel penawaran kredit atau dengan kata lain DPK, CAR, NPL dan ROA secara serempak mempunyai pengaruh terhadap tingkat penawaran kredit.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dengan adanya program penjaminan simpanan oleh pemerintah menyebabkan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap sisitem perbankan, sehingga mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program rekapitulasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank yang tercermin dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset (ROA) serta Non Performing Loan (NPL) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit di Indonesia. Dalam pembahasan dapat diketahui bahwa variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit. 2. Pada tingkat signifikansi 5 % persen, variabel DPK, CAR dan ROA secara parsial menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit, sebaliknya NPL menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit. 3. Hasil uji F selama masa onservasi menunjukkan bahwa secara serempak variabel variabel DPK, CAR, NPL, dan ROA berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit yang disalurkan bank umum di Indonesia.

Saran 1. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa perilaku penawaran kredit pada bank umum sangat dipengaruhi oleh indikator indikator perbankan itu sendiri (seperti DPK, CAR, NPL, dan ROA), maka menurut hemat penulis perlu dilakukan langkah langkah kompromi dalam kebijakan moneter dan perbankan dengan harapan semakin stabilnya kondisi perbankan dan meningkatkan kembali peran intermediasi bank umum dalam upaya menyelaraskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Penyaluran kredit ini harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari BI dan harus ada bukti nyata bahwa sector perbankan dapat menjadi agen of development (agen pembangunan) bagi masyarakat luas terutama bagi usaha kecil. 3. Dalam penelitian ini menjelaskan peran bank umum dari sisi penawaran saja. Penulis menyarankan agar dilakukan juga penelitian lanjutan dari sisi permintaan kredit, sehingga bisa ditemukan solusi permasalahan dari disintermediasi bank umum di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4, Jakarta. Arief Wibowo. 2007 . Pengaruh Jumlah Penghimpunan Dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank-Bank Umum Di Indonesia. Arif, Prastito. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12 . PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Bank Indonesia. 2005 - 2007. Laporan Keuangan Publikasi Bank. Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/3/PBI/2005 Bank Indonesia. 1990. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 792. Cornelius, Trihendradi. 2004. Memecahkan Kasus Statistik : Deskriptif, Parametrik, dan Non Parametrik dengan SPSS 12. Andi, Yogyakarta. J. Supranto. 2005. Ekonometri. Buku Kesatu. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Kartika Sari. Penilaian Keberhasilan Bank Dengan Perhitungan Matematis. Jurnal: Kompleksitas Lembaga Keuangan Perbankan.

Kasmir.2002. Dasar Dasar Perbankan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM Di Indonesia (2002-2006). Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007. Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta. Prabayu Budi Santoso. 2005. Analisis Statistik Dengan MS Excel & SPSS. Andi, Yogyakarta. Slamet, Riyadi. 2002. Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Suseno dan Piter Abdullah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai