Anda di halaman 1dari 8

ASKEP KLIEN DENGAN SYNDROM NEFROTIK

2.1

Pengertian Syndrom nefrotik merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan fungsi ginjal yang bercirikan hipoproteinemia, oedema, hiperlidpidemia, proteinuri, ascites dan penurunan haluaran urin. Syndrom nefrotik merupakan kumpulanm manifestasi klinis ditandai proteinuria masif lebih dari 3,5 gram per 1,75m3 luas permukaan badan per hari dan kelainan glomelurus.

2.2

Etiologi Penyebab umum penyakit tidak diketahui, akhir-akhir ini sering dianggap sebagai suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagi menjadi 4 kelompok : 1. Sindroma nefrotik bawaan. 2. Sindroma nefrotik sekunder. 3. Sindroma nefrotik ideopati. 4. Glumerulosklerosis fokal segmental.

2.3

Faktor Predisposisi 1. Penyakit parenkim ginjal primer Glomerulonefritis akut pasca streptococcus. Glomerulopati idiopatik. 2. Penyakit metabolic dan jaringan kolagen (sistemik) Diabetes melitus, amiloidosis. Henoch-schoenlein purpura. 3. Gangguan sirkulasi mekanik Right heart syndrom. Thrombosis vena renalis.

4.

Penyakit keganasan : Penyakit Hodgkin. Limfosarkoma. Mieloma multiple.

5. Penyakit infeksi. 6. Toksin apesifik : logam berat, obat-obatan. 7. Kelainan congenital : sindrom nefrotik herediter. 8. Lain-lain seperti sirosis hepatis, kehamilan, obesitas, transplantasi ginjal. 9. Grumeruloronefritis (akut / kronis).

2.4

Jenis nefrotik syndrome 1. Nefrotik syndrom primer (syndropm nefrotik ideopatik / minimal change nefrotik syndrome / MCNS) Merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%). Penyebabnya tidak jelas. Lebih banyak pada anak usia prasekolah. sakit yang tidak spesifik : infeksi virus saluran pernafasan manifestasi : 4-8 hari. mendahului adanya

2. Nefrotik syndrom sekunder Berkembang sebagian bagian dari penyakit sistemik. Terjadi setelah berkumpulnya kerusakan-kerusakan pada glomerulus. Penyebab tersering dari kerusakan glomerulus. Biasanya sekunder pada penyakit vascular seperti DIC (Diseminata Intravaskular Coagulation) dan anaphylactoid purpura atau keracunan obat : trimethadione, sengatan atau bisa ular. Member gejala utama penyakit ginjal pada anak dengan AIDS.

2.5

Patofisiologi
Kerusakan membrane glomerulus pada ginjal

Proteinuria (massive)

Hipoproteinemia

Peningkatan sintesis protein & lemak pada hati

Hipovolemia

Penurunan tekanan onkotik

Hyperlipidemia

Penurunan aliran darah ke ginjal Pelepasan renin

Peningkatan sekresi ADH & aldosteron

Reabsorbsi Na & air

Edema

Vasokontriksi

Peningkatan tekanan hidrostatik

2.6

Manifestasi Klinis Berat badan meningkat. Pembengkakan pada wajah, terutama disekitar mata, edema anasarka, asites. Pembengkakan pada labla / skotum. Diare, anoreksia, absorbs usus menurun edema pada mukosa usus.

Volume urin mennurun, kadang-kadang berwarna pekat dan berbusa. Kulit pucat. Celultis, pneumonia, peritonitis atau adanya sepsis. Azotemia. TD biasanya normal / naik sedikit.

2.7

Evaluasi Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan manifestasi klinis. Konsentrasi total serum protein menurun : albumin menurun ( 2 g/dl) plasma lipid meningkat. Serum kolesterol naik 450 1500 mg/dl. Hb dan Ht biasanya normal atau meningkat. Jumlah platelet meninggi (500.000-1.000.000) hemokonsenterasi.

Konsenterasi serum sodium menurun 130-135 Meq / L. Biopsi renal : memberikan informasi tentang status glomerulus dan tioe dari nefrotik sindrom, serta respon dari obat.

2.8

Management Terapeutik Mengurangi eksresi protein dalam urin. Mencegah infeksi akut. Mengontrol edema. Meningkatkan nutrisi. Mengembalikan penyesuaian dari gangguan proses metabolik

2.9

Tindakan Umum Prinsipnya supportive. Klien bedrest namun aktivitasnya tidak dibatasi pada fase remesi. Infeksi akut dengan pemberian antibiotik yang sesuai. membatasi garam. gagal ginjal dan azotemia.

Memberikan diet yang sesuai Intake tinggi protein dikurangi Terapi kortikosteroid : -

Dimulai dari pada saat anak didiognosis NS. Pemberian secara oral dalam dosis 2 mg/kg BB urin bebas dari protein. = 10 hari 2 minggu sampai

Perhatikan efek samping yang terjadi seperti Growth retardation, katarak, obesitas, hipertensi, perdarahan gastrointestinal,, infeksi.

Terapi imunosupresant. Memungkinkan mengurangi relaps dan memberikan tahap remisi dalam jangka waktu yang lama. Misalnya pemberian cyclophos phamide yang digabung dengan prednison bulan. 2-3

Pemberian diuretic Furosemid yang dikombinasi dengan metolazone. Plasma expander seperti salt poor human albumin.

3.0

Prognosis Tergantung pada respon anak pada terapi steroid. Kerusakan dapat diominimalkan bila deteksi dini dan tindakan yang cepat dan terapi untuk menghilangkan proteinuria. 80% anak mempunyai pronosis yang baik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SYNDROM NEFROTIK 1. Pengkajian Mengkaji adanya retensi cairan dan ekskresinya. Mengkaji intake dan output. Mengkaji integritas kulit. Melakukan pengukuran lingkar abdomen dan menimbang BB. Mengkaji adanya edema. Memonitor tanda-tanda vital.

2. Diagnosa Keperawatan a. Volume cairan berlebih berhubungan dengan peningkatan retensi Na dan air sekunder terhadap peningkatan permeabilitas glumerolus. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kenutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan. 3. Intervensi Keperawatan Daignosa 1 Volume cairan berlebih berhubungan dengan peningkatan retensi Na dan air sekunder terhadap peningkatan permeabilitas glumerolus. Tujuan Terjadi pemenuhan kebutuhan cairan intravaskular dan ekstravaskular. Kriteria Hasil Penurunan oedema, ascites. Kadar protein darah meningkat / cukup. Berat badan kembali dalam batas normal. Output urine adekuat (450-900 cc/hari). Tekanan darah dalam batas normal (D < 54 S > 90). Intervensi Catat intake dan output secara akurat. Rasional Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan. Kaji dan catat TD, pembesaran TD dan BJ urine dapat menjadi indicator

abdomen, BJ urine, nilai laboratorik regimen terapi. setiap 4 jam.

Timbang BB setiap hari dalam skala Estimasi penurunan oedema tubuh. yang sama. Pegang daerah oedema secara hati- Mengurangi hati, laki-laki mungkin cidera yang mungkin timbul,

perlu mengurangi oedema.

menggunakan penyangga scrotum. Berikan jadwal. samping potasium). Sesuai indikasi, berikan deuretik dan Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat antacid (untuk mencegah perdarahan diperlukan dalam mengurangi oedema. GI akibat terapi steroid). steroid Kaji (prednison) dan sesuai Peningkatan ekses cairan tubuh. efek

efektivitas NA,

(retensi

kehilangan

Diagnosa 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kenutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan. Tujuan Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dengan kriteria : Kembalinya nafsu makan. Tidak terjadi hipoproteinemia. Absorbsi kalori dalam jumlah adekuat. Intervensi Rasional

Catat intake dan output makanan Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh. secara akurat. Kaji adanya tanda-tanda perubahan Gangguan nutrisi : anoreksi, letargi, berlahan. nutrisi dapat terjadi secara

hipoproteinemia, diare. Pastikan anak mendapatkan makanan Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat dengan diet yang cukup. memperburuk status nutrisi.

Program anak untuk mempertahankan Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk. tingkat energy tubuh.

Anda mungkin juga menyukai