Anda di halaman 1dari 16

BAB II TINJAUAN TEORI 2.

1 Konsep dasar Diabetes Melitus Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. 2.1.2 Etiologi

2.1.1 Pengertian

1) Diabetes tipe I: a) Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. b) Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. c) Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. 2) Diabetes Tipe II Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. a. b. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) Obesitas

c. d. e. f. g.

Riwayat keluarga Aktifitas fisik yang kurang Penggunaan obat yang bermacam-macam Keturunan Keberadaan penyakit lain

2.1.3 Klasifikasi DM
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin. 2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM) Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. 3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. DM Gestasional terjadi pada masa kehamilan.

2.1.4

Tanda dan gejala

Pada permulaan gejala yang ditujukan meliputi 3 yaitu : 1) Poliuria (banyak kencing.) 2) Polidipsia(benyak minum) 3) Polifagia (terus makan.) Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, maka lama-kelamaan tidak 3P lagi melainkan 2 P yaitu: 1. Polidipsia 2. Poliuria 3. Penurunan BB dan rasa lemah Penurunan BB dalam waktu relative singkat merupakan gejala awal yang sering dijumpai. Selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap dirasakan, yang disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel

kurang bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Dalam hal ini, sumber tenaga akan diambil dari cadangan lemak dan otot. Lama kelamaan penderita akan kehilangan cadangan tubuh termasuk lemak dan otot, akibatnya badan semakain kurus dan BB menurun. 2.1.5 Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM, yaitu usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluraga DM, riwayat kehamilan dengan BB > 4.000 g. Pemeriksaan penunjang: 1) Glukosa darah sewaktu 2) Glukosa darah puasa 3) Tes toleransi glukosa Bukan DM Kadar glukosa sewaktu -Plasma vena -Darah Kapiler Kadar Glukosa darah puasa -Plasma vena -Darah Kapiler Tes toleransi glukosa

Belum Pasti DM

DM

<100 <80

100-200 80-200

>200 >200

<110 <90

110-120 90-110

>126 >110

200mg/dl (DM) mg/dl (TGT) mg/dl (Normal)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. 2.
3.

Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

2.1.6

Komplikasi

Komplikasi DM dapat muncul secara akut maupun kronik. 1) Komplikasi akut a) Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita dapat menjadi koma. Karena koma pada penderita disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam darah, maka koma disebut Koma Hipoglikemik. Penyebabnya antara lain : 1) Penggunaan insulin atau OAD yang berlebihan 2) Konsumsi makanan yang terlalu sedikit 3) Aktivitas yang berat 4) Pada bayi yang lahir dengan ibu DM b) c) Suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi berat insulin Hiperglikemia (lebih dari 200mg/dl) disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein Penyebabnya: - Kehilangan sekresi insulin - karena infeksi - Stres fisik dan emosional - Menolak terapi insulin atau dosis insulin dikurangai 2) Komplikasi kronis a) Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil, diantaranya: Retinopati diabetika, akibat glukosa darah yang mendadak tinggi. Yaitu kerusakan mata seperti katarak dan glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan. Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup lama. Hal ini

terjadi akibat terjadinya kebocoran protein plasma sehingga terjadi peningkatan tekanan darah ginjal yang berperan sebagai stimulus. Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa pada kaki dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta perasaan seperti terbakar.
b)Komplikasi makrovaskular adalah komplikasi yang mengenai pembuluh

darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki. 2.1.7 Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1. Diet Tujuan utama dari terapi diet adalah mengendalikan kadar glukosa darah agar tetap berada nilai normal (Lanywati, 2007). Diet meliputi: Jumlah diperhitungkan dengan benar menurut rumus:
BB BB relative: :100 x 100%

> 90% > 110% Obesitas

TB

: 40-60 kalori : 20 kalori : 15 kalori

N: 90-100% : 30m kalori

Jenis Jadwal

2.

Latihan Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + jam. Adanya kontraksi otot akan meningkatkan aliran darah dan pernarikan glukosa kedalam sel. Jangan memulai latihan sebelum makan

3.

Pemantauan terhadap gula darah dengan melakukan pemeriksaan rutin sesuai intruksi dokter. Terapi (jika diperlukan) 1) Obat-obatan a. Golongan sulfoniluria: merangsang sel beta pancreas mengeluakan insulin. b. Golongan biguanid: merangsangsekresi insulin yang tidak menyebabkan hipoglikemi. c. Alfa glukosidase inhibitor: menghambat kerja insulin alfa glukosidase didalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post pandrial. d. Insuling sensitizing agent: efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin. 2) Penatalaksanaan sekunder a. Kerja cepat: R I (Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam. Contoh obat: actraqpid. b. Kerja sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam. c. Kerja lambat: PZ I (Protmme Zinc Insulin) mas kerja 8-24 jam.

4.

5.

Pendidikan/Penyuluhan Meliputi pengetahuan mengenai diet, latihan fisik, minuman obat, komplikasi dan pencegahan.

2.1.8

WOC

11

WOC

Kerusakan sel pankreas

DM

Terapi jangka panjang

Penurunan produksi insulin Gangguan metabolism karbohidrat Pe kadar gula dalam darah DP: Ketidak efektifan program terapeutik DP:Kecemasan

Gg.system pernapasan Tubuh memecah lemak pe benda keton Gg.asam basah tubuh Ketosasidosis diabetik Hiperventilasi,Tachipneu

Gg. Sistem Neurologi

Gg. Sistem Pencernaan Tubuh banyak memecah protein untuk kebutuhan energi tubuh Sel syaraf bagian perifer rusak Neuropati Anoreksia, mual muntah

Gg. Sistem muskuloskeletal

Gg. Sistem Sirkulasi Ginjal tidak dapat menyaring kelebihan glukosa darah Glukosuria Cairan dan elektrolit keluar berlebihan Diuresis Osmotik

Mikroaneurisme Perdarahan Neovaskularisas

pe benda keton Gg. Keseimbangan asam basa KAD

Jaringan parut retina DP: Perubahan sensori penglihatan

Penurunan kesadaran DP: Resti Cedera

DP: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan metabolisme cadangan protein dan lemak tubuh Penurunan masa otot DP:kerusakan mobilitas fisik

DP:Ketidakefektifan pola pernapasan

DP: Resti kerusakan integritas kulit

DP: Kurang pengetahuan tentang diit

Diit rendah kalori sesuai kebutuhan tubuh

DP: Defisit volume cairan dan elektrolit

12

2.2 Konsep Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tingal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep kes RI, 1998). 2.2.1 Tipe Keluarga Dengan berkembannya peran individu dan meningkatnya individualisme, pembagian tipe keluarga dibagi menjadi:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, pamanbibi).


3) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang

dibentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.


4) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah

satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)

Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tingal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
6) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital

heterosexual cohabiting family)


7) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and

lesbian family) 2.2.2 Tahap Perkembangan Keluarga 1) Tahap I : Keluarga pemula (perkawinan dari sepasang insan) Tugas perkembangannya: (1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan (2) Meghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis (3) Keluarga berencana

13

2) Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak Tugas perkembangan: (1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga) (2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga (3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan (4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua, kakek dan nenek. 3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah Tugas perkembangan: (1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga yaitu rumah, ruang bermain, privasi, keamanan. (2) Mensosialisasi anak (3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tahap memenuhi kebutuhan anak-anak lain. (4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan diluar keluarga 4) Tahap IV : Keluarga anak usia sekolah Tugas perkembangan: (1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat (2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan (3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. 5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangan : (1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri (2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan (3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

14

6) Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Tugas perkembangan: (1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan dari perkawinan anak anak. (2) Melanjutkan untuk membaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan (3) Membantu orang tua lanjut usia dan saki-sakitan dari suami atau istri 7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan Tugas perkembangan: (1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan (2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak. (3) Memperkokoh hubungan perkawinan 8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia. Tugas perkembangan: (1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan (2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun (3) Mempertahankan hubungan perkawinan (4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan (5) Mempertahan ikatan keluarga antar generasi (6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka 2.2.3 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Ekonomi yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga. 2) Fungsi mendapatkan status sosial yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya. 3) Fungsi pendidikan yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

15

4)

Fungsi sosialisasi bagi anaknya yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5) Fungsi pemenuhan kesehatan yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga. 6) Fungsi religius yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran agamanya. 7) Fungsi rekreasi yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapt mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah. 8) Fungsi reproduksi yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak dan yang lainnya. 9) Fungsi afeksi yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah. 2.2.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehata, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang meliputi: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. 2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh

16

keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga 2.3 Asuhan keperawatan a. Pengkajian
- Identitas Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30

tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit. - Keluhan utama Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran. - Riwayat penyakit sekarang Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

17

- Riwayat penyakit dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen. - Riwayat kesehatan keluarga Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b. Pemeriksaan fisik

1)

Breath (B-1)

Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum, pernapasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat. 2) Blood (B-2) Adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung. 3) Pusing, Brain (B-3) kesemutan, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan

penglihatan.Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang. 4) Bladder (B-4) Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare. 5) Bowel (B-5) Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus. 6) Bone (B-6) Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun, kulit kering bersisik, turgor jelek.

18

c. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. d.

Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Gangguan integritas kulit Resiko tinggi terhadap perubahan pola seksualitas Resiko terjadi injury Kurang pengetahuan Perubahan pola nafas Intervensi 1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrisi yang tepat,berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya Intervensi : a. Timbang berat badan. R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM. b. Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula. R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk mengambil glukosa. c. Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan, jumlah nutrisi. R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi. d. Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten. R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel.

19

e.

Kolaborasi dengan ahli diet. R/ Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi,kriteria hasil pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : a. Pantau TTV, catat adanya perubahan TD. R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.
b. Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan

membran mukosa. R/ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel. c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan. R/ memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh 60-79 % adalah air. d. Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari overload jantung. e. Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis. R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis.

20

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik

(neuropati perifer). Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. dengan kriteria hasil kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi Intervensi : a. Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk. R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi pilihan. b. Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan. R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka. c. Balut luka dengan kasa steril R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme. d. Kolaborasi pemberian antibiotik. R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi. 4. Ketidakefektifan program terapeutik Tujuan: setelah dilakukan tindakan..x.. jam diharapkan pasien dapat memahami informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan dengan kriteria hasil: pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit. Intervensi:
a. Kaji

tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan

pengobatannya. R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan menghindari kejemuan informasi. b. Memberian pendidikan kesehatan secara bertahap R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dengan pasti. c. Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya. R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

Anda mungkin juga menyukai