Anda di halaman 1dari 9

Vol. 15 No.

1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

Parameter Fermentasi Rumen dan Produksi Gas In Vitro Jerami Padi Hasil Fermentasi Inokulum Lignochloritik In Vitro Rumen Fermentation Parameter and Gas Production Rice Straw Fermented With Lignochloritic Innoculum
Indah Prihartini*, S.Chuzaemi** dan O. Sofjan * Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang ** Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang. Telp. (0341) 464318. email: indahprihartini@gmail.com
Abstract Background: Lignin degradation in rumen is very limited and only a few rumen microbes able to transform uncondensize or aromatic form into another hidrolyzable compound. The research was conducted to study rumen fermentation product from fermented rice straw (FRS) with lignochloritik isolates. Metode: Isolates type LC1 (TLiD). LC2 (BopR) as first factor and incubation duration (0,3,7,12 dan 18 days) were used in this experiment, and replicated thrice. In vitro gas production was measured at 0, 4, 8, 16, 24, 48, 72, and 96 hours incubation. The parameter included (a) gas production at 0 hours, (b) gas production potency, and (c) gas production rate that were measured by NAWAY programe. At the of fermentatio, supernatanr used for rumen VFA and NH3. Hasil: Gas production increase along incubation time. The highest gas production was reached at 96 hours incubation for control (63,167 ml/500 mg BK). FRS gas production lower than control, but the organic matter degradation higher than control. Isolates gave highly signficant (P<0.01) influence into VFA and NH3. Interaction isolates type and incubation duration has significant (P<0.05) effect into VFA dan NH3 production. Acetic, propionic, and butyric production with LC2 higher than LC1 and LC3. On the other hand, NH3 production with LC3 higher LC2 and LC3. Fermentation with lignochloritik in rice straw increased synthesis microbes. The highest VFA and NH3 production were reached at third days with BOpR and TLiD. Kata Kunci: Fermentation, gas production, in vitro, inoculum, lignochloritik, VFA, NH3 Abstrak Latar Belakang: Degradasi lignin di dalam rumen sangat terbatas dan hanya sebagian kecil mikroba rumen yang mempunyai kemampuan mentransformasi sebagian kecil senyawa lignin tidak terkondensasi atau berbentuk monoaromatik menjadi senyawa lain yang mudah terhidrolisasi Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hasil produk fermentasi rumen dari pakan jerami padi fermentasi (JPF) dengan isolat lignochloritik. Metode: Perlakuan untuk evaluasi jerami padi fermentasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor pertama jenis isolat LC1 (TLiD), LC2 (BOpR) dan kombinasi 2 isolat (LC3). Faktor kedua adalah waktu inkubasi (0,3,7,12 dan 18 hari) dengan 3 kali ulangan. Produksi gas in vitro diukur (metode Menke et al.) pada inkubasi jam ke 0, , 4, 8, 16, 24, , 48 , 72 dan 96. Parameter produksi gas yaitu produksi gas pada jam ke 0 (a), potensi produksi gas (b) dan laju produksi gas (c) dihitung menggunakan program NAWAY. Pada akhir supernatan digunakan untuk pengukuran produksi VFA dan NH3 rumen. Hasil: Produksi gas meningkat seiring peningkatan waktu inkubasi. Produksi gas tertinggi terjadi pada 96 jam perlakuan kontrol (63,167 ml/500 mg BK). Produksi gas JPF lebih rendah dibandingkan kontrol namun degradasi bahan organik (BO) lebih tinggi dibandingkan kontrol. Jenis isolat berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi VFA dan NH3. Interaksi jenis isolat dan waktu pemeraman berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap produksi VFA dan NH3. Produksi asetat, propionat dan butirat isolat LC2 lebih tinggi dibandingkan LC1 dan LC3, produksi NH3 LC1 lebih tinggi dibandingkan LC2 dan LC3. Fermentasi inokulum lignochloritik pada jerami padi meningkatkan sintesis protein mikroba. Produksi VFA dan NH3 paling baik pada jerami padi fermentasi dengan perlakuan inokulum BOpR dan TLiD pada hari ke 3. Kata Kunci: Fermentasi, produksi gas, in vitro, inokulum, lignochloritik, VFA, NH3

24

PENDAHULUAN Polisakarida merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia yang berasal dari pakan limbah berserat seperti jerami padi. Pemanfaatan polisakarida terbatas disebabkan kandungan lignin yang tinggi pada residu lignoselulosa dan polimerisasi bebasnya mengikat selulosa dan hemiselulosa sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon. Lignin pada jerami padi merupakan polimer poli aromatik dengan berat molekul tinggi (Arroyo, 2000) yang tahan terhadap hidrolisis enzimatik termasuk fermentasi oleh mikroba rumen dan alkali tanah (Hatakka, 2000). Kandungan lignin mencapai 25 persen dari total biomasa lignoselulosa jerami padi (Arroyo, 2000). Kandungan lignin dari bahan kering beragam, Fujino dan Ushida (1999) 6,5 %, Jayasuriya (2000) 7 % dan Prihartini (2003) 4-6 %. Lignin sangat mempengaruhi physiochemikal dari dinding sel yang memainkan peranan penting dalam degradasi polisakarida non pati secara in vitro maupun in vivo (Jung et al., 1992; Knudsen, 1997). Degradasi lignin di dalam rumen sangat terbatas dan hanya sebagian kecil mikroba rumen yang mempunyai kemampuan mentransformasi sebagian kecil senyawa lignin tidak terkondensasi atau berbentuk monoaromatik menjadi senyawa lain yang mudah terhidrolisasi (Kondo et al., 1997). Walaupun secara in-vitro mikroflora mampu melarutkan lignin tetapi tidak bisa menggunakan lignin sebagai sumber karbon. Komposisi lignin pada jerami menentukan kualitas baik kimia maupun kecernaan jerami padi. Sehingga perlakuan untuk meningkatkan kualias jerami diutamakan pada pemutusan senyawa kompleks ligninselulosa (delignifikasi), melarutkan silika dan meningkatkan protein (Sutardi, 1980). Biodegradasi lignin pada jerami terutama jerami gandum telah banyak dilakukan dengan tujuan menghilangkan lignin, meningkatkan kecernaan selulosa dan jumlah protein, sehingga meningkatkan kualitas jerami sebagai pakan ternak. Tetapi perubahan yang terjadi pada biodegradasi lignin jerami hanya

perubahan struktur lignoselulosa pada dinding sel jerami untuk memudahkan penetrasi enzim oleh mikroba selulolitik di dalam rumen (Hatakka, Mohammadi dan Lundell, 1989; Abdullah, Ho dan Jalalludin, 1992; Blanchette, 1995). Disamping itu hasil yang diperoleh sulit diimplementasikan di lapang dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Prihartini, Chuzaemi dan Sofjan (2006) menemukan isolat TLiD dan BOpR mampu mendegradasi lignin dan organochlorin (Lignochloritik) dan spesifik tumbuh baik pada jerami padi. Fermentasi jerami padi dengan isolat TLiD dan BOpR dapat mendegradasi lignin jerami padi sampai 100 % pada fermentasi hari ke 7 dan meningkatkan PK jerami padi. Efisiensi degradasi isolat tinggi dimana mendegradasi lignin lebih tinggi dibandingkan dengan selulosa. Pakan difermentasi dalam rumen menjadi VFA, NH3, protein mikroba dan gas. Produksi gas merupakan parameter aktivitas mikroba rumen dalam sintesis energi dan protein asal mikroba. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hasil produk fermentasi rumen dari pakan jerami padi fermentasi. MATERI DAN METODE Inokulum Inokulum yang digunakan pada fermentasi jerami padi terdiri dari 2 jenis isolat lignochloritik yaitu TLiD dan BOpR, dengan konsentrasi sel 109. Pemberian inokulum 0, 05 % dari jerami padi kering. Bahan tambahan (starter) adalah 0,1 % larutan mineral, 1,2 % pollard dan air dengan rasio 2:1 dari berat kering jerami padi. Jerami Padi Fermentasi Jerami padi fermentasi (JPF) didapatkan melalui tahapan sebagai berikut ; Jerami dikeringkan dan dicacah dengan ukuran 2,5-3 cm. Inokulum dicampur starter kemudian campuran dipercikkan pada jerami padi kering dan diaduk secara merata hingga seluruh permukaan jerami basah. Kemudian Jerami diinkubasi sesuai perlakuan waktu inkubasi. Kandungan nutrisi jerami padi fermentasi yang digunakan untuk percobaan in-

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

vitro produksi gas (Menke et al., 1979) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrien Jerami Padi Fermentasi Perlakuan Nutrien Kontrol Isolat Waktu Inkubasi (hari) (%BK) JPK LC1 LC2 LC3 0 3 7 12 18 BK 73,38 94,10c 93,70b 93,42b 93,83b 95,72c 91,52a 93,94b 93,69b BO 74,88 69,14a 69,52ab 69,34ab 71,16b 70,82b 69,30ab 67,78a 67,60a PK 3,47 7,02ab 7,10ab 7,31bc 6,68a 7,31bc 6,81a 7,13ab 7,78c SK 40,02 27,88ab 27,67ab 27,58ab 31,17b 28,98ab 26,95ab 25,95a 25,49a Lignin 6,70 3,02bc 2,87bc 2,76bc 5,50c 2,86bc 2,19ab 1,80a 2,07ab Selulosa 35,02 29,33b 28,90ab 28,90ab 34,38c 29,16b 27,51a 26,32a 27,81a
Keterangan : Superscrip huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P 0,05), huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05)

Cairan Rumen Cairan rumen yang digunakan untuk percobaan in-vitro diperoleh dari Rumah Potong Hewan Batu. Perlakuan Perlakuan untuk evaluasi jerami padi fermentasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor pertama perlakuan jenis isolat LC1 (TLiD), LC2 (BOpR) dan kombinasi 2 isolat (LC3). Faktor kedua adalah perlakuan waktu inkubasi (0,3,7,12 dan 18 hari). Perlakuan waktu inkubasi berdasarkan kinetika pertumbuhan dan aktivitas enzim paling optimal dari penelitian sebelumnya. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Metode Penelitian Metode In-vitro Produksi Gas (Menke et al., 1979) Pengukuran produksi gas secara invitro sesuai metode Menke et al. (1979) yang dimodifikasi oleh Makkar et al. (1995). Uraian metode percobaan disajikan pada lampiran 3. Produksi gas diukur pada inkubasi jam ke 0, , 4, 8, 16, 24, , 48 , 72 dan 96. Setelah inkubasi 96 jam, fermentasi mikroba rumen dihentikan dengan merendam syring dalam air dingin. Kemudian sampel disaring dengan kertas saring. Supernatan diambil untuk pengukuran NH3 sesuai metode Conway (1950) dan pengukuran VFA dengan GC sesuai metode Bachruddin (1996). Proporsi jumlah dan molar asam asetat, propionate dan butirat menentukan mol produksi fermentative

(Van Soest, 1994; Blummel et al., 1997b; Blummel et al., 1998). Residu dihitung degradasi BK, BO berdasarkan modifikasi metode Tilley and Terry (1963). Data produksi gas diolah dengan menggunakan persamaan regresi non linier menurut petunjuk Orskov (1982). Parameter degradasi (a), potensi produksi gas (b) dan laju produksi gas (c) pada masingmasing waktu pemeraman dihitung dengan menggunakan program NAWAY. Rancangan percobaan dan Analisis Statistik: Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pola tersarang (3x5x3). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1994). Variabel yang diukur, produksi gas in-vitro dan karakteristik fermentasi (Produksi VFA dan NH3) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Produksi Gas Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan total produksi gas, potensi dan laju produksi gas JPF lebih rendah dari JPK dan kontrol. Potensi degradasi pada 0 jam menunjukkan angka minus, hal ini menunjukkan gas belum diproduksi pada waktu 0 jam. Produksi gas tertinggi dihasilkan dari perlakuan kontrol pada inkubasi 96 jam yaitu rata-rata 63,167 ml/500 mg BK. Produksi gas

26

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

inkubasi hari ke 3 perlakuan isolat LC2 lebih tinggi dibanding kontrol dan tidak berbeda dibandingkan JPK. Hal ini menunjukkan BO didegradasi menjadi VFA sebagai sumber energi pada ternak.

Produksi gas merupakan parameter aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan. Hasil penelitian menunjukkan semakin lama waktu inkubasi produksi gas semakin meningkat. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan semakin meningkat.

Tabel 2. Karakteristik Produksi Gas Jerami Padi Fermentasi


Perlakuan Variabel 18 Produksi 195,14a gas Parameter produksi gas a -3,28 -1,95a -0,88a -1,16a -2,29a -1,58a -1,07a -1,21a -0,49a b 81,53 74,86b 77,92b 67,22a 81,65c 82,68c 72,72b 67,14a 62,46a c 0,05 0,03a 0,02a 0,02a 0,02a 0,01a 0,03a 0,02a 0,03a Keterangan: Superscrip huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P 0,05), huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) Kontrol JPK 329,81 LC1 216,19a Isolat LC2 191,87a LC3 221,83b 0 257,06b Waktu Inkubasi 3 7 12 192,36a 181,28a 223,97b

Karakteristik Fermentasi Rumen Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan jenis isolat berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi VFA dan NH3 rumen. Perlakuan interaksi jenis isolat dan waktu pemeraman berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap produksi VFA dan NH3.

Hasil penelitian yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan produksi asetat, propionat dan butirat isolat LC2 lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan isolat LC1 dan LC3. Sedangkan produksi NH3 rumen LC1 lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan LC2 dan LC3.

Tabel 3. Parameter Fermentasi Rumen Jerami Padi fermentasi


Variabel N-NH3 Asetat Propionat Butirat Keterangan: Perlakuan Kontrol Isolat Waktu Inkubasi JPK LC1 LC2 LC3 0 3 7 12 18 18,85 16,36b 15,06a 15,88a 16,00a 15,58a 16,59b 15,66a 14,99a 47,23 23,77ab 25,49b 20,01a 24,49b 20,49a 21,95a 21,48a 23,71ab 14,23 8,99ab 10,38b 8,21a 10,14b 7,81a 8,87ab 9,07b 10,08b a b 7,84 3,74 4,46 3,52a 4,18b 3,25a 3,49 3,88a 4,73b Superscrip huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P 0,05), huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05)

Produksi gas JPF lebih rendah dibandingkan dengan kontrol dan JPK, walaupun degradasi BK dan BO meningkat dibandingkan kontrol dan JPK. Hasil ini menunjukkan fermentasi BO menjadi VFA rendah dan tidak digunakan sebagai sumber energi bagi ternak tetapi BO terfermentasi lebih

banyak dimanfaatkan untuk sintesis protein mikroba rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Makkar et al. (1995) bahwa tingginya degradasi pakan yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi gas mengindikasikan bahwa hasil degradasi banyak dimanfaatkan untuk sintesis protein mikrobial.

27

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

Tabel 4. Rata-Rata Degradasi BK dan BO In-Vitro Jerami Padi Fermentasi Perlakuan Degradasi Kontrol Isolat Waktu Inkubasi JPK LC1 LC2 LC3 0 3 7 12 18 BK 22,02 33,93b 34,57b 34,57b 35,81b 41,67c 30,33a 34,85b 29,10a BO 28,08 42,30b 41,85b 41,18b 38,78 46,29c 39,33a 41.92b 39,60a
Keterangan: Superscrip huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P 0,05), huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05)

Mikroba rumen mengubah asam organik menjadi VFA disertai dengan terbentuknya gas (Orskov dan Ryle, 1990). Laju produksi gas semakin tinggi dan potensi terbentuknya gas juga semakin meningkat. Tingginya produksi gas merupakan indikator terbentuknya VFA terutama asam asetat dan propionat (Menke et al., 1979). Hasil ini sesuai dengan produksi VFA dan NH3 hasil penelitian dimana produksi gas yang tinggi pada LC2 menunjukkan degradasi
PRODUKSI GAS LC1
60

BO digunakan untuk pembentukan VFA dimana produksi asetat, propionat dan butirat LC2 lebih tinggi dibandingkan LC1 dan LC3. Sedangkan degradasi BO dari LC1 dan LC3 lebih banyak digunakan untuk sintesis protein mikroba rumen yang ditunjukkan dengan jumlah NH3 yang tinggi dari perlakuan LC2 dan LC3. Hubungan antara waktu inkubasi dengan produksi gas masing-masing perlakuan disajikan pada gambar 1,2,3 dan 4.
PRODUKSI GAS LC0
80
Prod gas (ml/500mgBK)

Prod gas(ml/500mgBK)

50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Waktu Inkubasi(jam)
W.I 0 hari W.I 3 hari W.I 7 hari W.I 12 hari W.I 18 hari
W.I 0 hari W.I 3 hari

Waktu Inkubasi(jam)
W.I 7 hari W.I 12 hari W.I 18 hari

Gambar 1. Grafik hubungan waktu inkubasi Gambar 2. Grafik hubungan waktu dengan produksi gas LC0 dengan produksi gas LC1
PRODUKSI GAS LC3
80
Prod gas (ml/500mg BK)

inkubasi

PRODUKSI GAS LC2


80
Prod gas (ml/500 mgBK)

70 60 50 40 30 20 10 0 0 10
W.I 0 hari

70 60 50 40 30 20 10 0

20

30
W.I 3 hari

Waktu Inkubasi(jam)
W.I 7 hari

40

50

60

70

80

90
W.I 18 hari

100

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Waktu Inkubasi(jam)
W.I 0 hari W.I 3 hari W.I 7 hari W.I 12 hari W.I 18 hari

W.I 12 hari

Gambar 3. Grafik hubungan waktu inkubasi Gambar 4. Grafik hubungan waktu dengan produksi gas LC2 dengan produksi gas LC3

inkubasi

28

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

Produksi gas dan aktivitas fermentasi berhubungan erat dengan fraksi protein tanaman dan kecernaan BK in-vitro (Min et al., 2005). Produksi gas yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroorganisme dan kaya nutrisi dalam rumen. Produksi gas semakin cepat mencapai puncak bila fraksi yang larut dan mudah terdegradasi semakin banyak. Pada jerami gandum produksi gas mencapai puncak pada jam ke 1-2 dan 5-6 (Min et al., 2007) Produksi gas mencapai puncak pada jam ke 24 (Eun et al., 2006) dan jam 18 (Eun dan Beauchemin, 2007) berbeda dengan hasil penelitian dimana produksi gas terus meningkat sampai jam ke 96. Laju produksi gas tinggi mulai jam ke 16 dan lambat mulai jam ke 72. Produksi gas yang dihasilkan pada jam ke 24 lebih rendah dibandingkan penelitian Eun et al. (2006) yang menggunakan jerami padi amoniasi dan jerami gandum (Min et al., 2007), Eun dan Beauchemin (2007) yang menggunakan alfafa hay. Pakan di fermentasi menjadi VFA, protein mikroba dan gas. Produksi gas tergantung pada produksi VFA terutama komposisi dan berhubungan erat dengan kecernaan BO dan kandungan PK. Effisiensi fermentasi tinggi bila proporsi kecernaan BO per ml produksi gas tinggi. Effisiensi fermentasi hasil penelitian tinggi dimana kecernaan BO lebih tinggi dibanding JPK sementara produksi gas jauh lebih rendah dari JPK. Effisiensi fermentasi LC1 inkubasi hari ke 3 0, 24 lebih tinggi dibandingkan JPK 0,09. Hasil penelitian proporsi VFA lebih rendah namun produksi NH3 lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Santoso et al. (1998). Produksi VFA lebih rendah karena pengukuran VFA pada penelitian Santoso pada jam ke 24 dimana produksi VFA mencapai puncak sedangkan hasil penelitian parameter VFA diukur pada jam ke 96 dimana VFA sudah digunakan untuk sintesis protein mikrobial. Hasil penelitian juga lebih rendah dibandingkan penelitian Eun et al. (2006), Reed et al. (2006) dan Richard, Pugh dan Waller (2006), pada pengukuran VFA jam ke 24. VFA mencapai puncak pada jam ke 24 inkubasi dan masingmasing VFA memberikan karakteristik laju

produksi yang berbeda yang dipengaruhi oleh tipe dan komposisi NDF. NDF didegradasi tinggi pada jam ke 3-, produksi propionat tinggi pada jam ke 1-2 dan butyrat tinggi pada jam ke -10. Produksi asetat tinggi pada jam ke 12-24 (Monteils et al., 2002). Komposisi NDF mempengaruhi komposisi VFA. Perubahan satu jenis VFA akan menghasilkan produk VFA yang berbeda baik proporsi maupun konsentrasi. Serat pakan semakin tinggi akan meningkatkan proporsi asetat dan butirat dan semakin tinggi fraksi serat yang larut akan meningkatkan aktivitas amilolitik sehingga menurunkan jenis mikroba selulolitik sehingga menurunkan degradasi serat. Produksi butirat merupakan indikator aktivitas amilolitik. Proporsi VFA perlakuan JPF lebih rendah dibandingkan kontrol karena komposisi NDF secara struktural sudah berubah sehingga meningkatkan fraksi BO yang larut terutama protein sehingga meningkatkan aktivitas protease dan amilase dan menurunkan aktivitas selulase. Indikator peningkatan aktivitas amilase diketahui dari produksi butirat JPF yang cenderung lebih tinggi dari kontrol sementara produksi asetat lebih rendah dari kontrol. Proporsi asetat hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan propionat berbeda dengan hasil penelitian Karunanandaa dan Varga (1996) dimana asetat lebih rendah dibandingkan propionat pada jerami padi fermentasi dengan jamur akar putih. Produksi dan komposisi VFA dipengaruhi oleh aktivitas proteolitik dari enzim fibrolitik sehingga membebaskan N dari fraksi serat. Pengeluaran N dari fraksi akan mengurangi kekuatan ikatan lignoselulosa dan meningkatkan penetrasi enzim oleh mikroba rumen. N bebas juga akan meningkatkan ketersediaan bakalan N untuk sintesis enzim. Produk enzim mempengaruhi degradasi serat, produk akhir fermentasi berupa VFA dan efisiensi penggunaan nutrisi. Produksi NH3 hasil penelitian disajikan pada tabel 4.11. Produksi NH3 LC1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain namun lebih rendah dari JPK. Dan inkubasi hari ke 7 menunjukkan produksi NH3 yang paling baik. Produksi NH3 sebesar 16,79 mmol pada JPF

29

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

LC 1 inkubasi hari ke 12 lebih rendah dibandingkan penelitian Elizalde et al. (1998), Rotger et al. (2006), Reed et al. (2006) dan Eun et al. (2006). Pengukuran NH3 pada inkubasi jam ke 96 sementara elizalde et al. (1998) melaporkan produksi NH3 mencapai puncak pada inkubasi jam ke 12-24. Dan Fieser dan vaszant (2004) menyatakan produksi NH3 mencapai puncak pada inkubasi jam ke 2-5. N-NH3 rendah menunjukkan _ntesis protein mikrobial maksimal terutama apabila aviabilitas non struktural karbohidrat dan peptida atau asam amino tinggi. N-NH3 rendah pada jam ke 96 juga menunjukkan NH3 sudah dimanfaatkan untuksntesis protein mikrobial yang ditunjukkan pada degradasi BO yang tinggi dari hasil penelitian. Produksi NH3 sangat menentukan kecernaan serat oleh mikroba rumen terutama dalam menyediakan bakalan untuk sntesis enzim selulolitik. Produksi enzim selulolitik dipengaruhi oleh ketersediaan N rumen dan NH3 yang dikonsumsi oleh mikroba (Richard et al., 2006). KESIMPULAN Fermentasi inokulum lignochloritik pada jerami padi meningkatkan sintesis protein mikroba. Produksi VFA dan NH3 paling baik masing-masing pada jerami padi fermentasi dengan perlakuan inokulum BOpR dan TLiD pada fermentasi hari ke 3. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, N., Y.W. Ho, and S. Jalaludin, 1992. Microbial Colonization and Digestion of Feed Materials in Cattle and Buffaloes. II. Rice Straw and Palm Press Fibre. AJAS 5: 329-335. Adamovic, M., G. Grubic, I. Milenkovic, R. Jovanovic, R. Protic, L. Sretenovic and Lj. Stoicevic. 1998. The Biodegradation of Wheat Straw by Pleurotus ostreatus Mushrooms and Its Use in Cattle Feeding. J. Anim. Feed Sci.. Technol. 71: 357-362. Arroyo, D. 2000. Gasification of Lignin From Rice Straw. University of

Puerto Rico, Mayaguez Campus National Renewable Energy Laboratory Golden, Colorado. Bachruddin, Z., 1996. Pengukuran pH dan Asam Lemak Terbang (Vollatile Fatty Acid VFA) Cairan Rumen dengan Gas Khromatografi (Kursus Singkat Teknik Evaluasi Pakan Ruminansia). Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta. Blanchete, R.A., 1995. White Rot Fungi Colonization to Decay of Wood In: Hatakka, A., 2000. Biodegration of Lignin. University of Helsinki, Viikki Biocenter, Department of Applied Chemistry and Microbiology. Helsinki. Blummel M., H.P.S. Makkar and K. Becker, 1997. In Vitro Gas Production: A Technique Revisited. J. Anim. phys. Nutr. 77: 24-34. ______________________________________, 1998. The In Vitro Gas Production Characteristics of Whole Roughage Versus Extracted Neutral Detergent Fibre Different Approach. British Soc. of Anim. Sci. Occasional Publication No. 32. Conway, E.J. 1950. Microdiffusion Analysis and Volumetric Error. 3rd Ed. Crostay Loskwood and Sows. Ltd. London. Elizalde, J.C., J.D. Cremin, Jr., D.B. Faulkner and N.R. Merchen, 1998. Performance and Digestion by Steers Grazing Tall Fescue and Suplemented with Energy and Protein. J.Anim.Sci. 76: 1691-1701 Eun, J.S., K.A. Beauchemin, S.H. Hong and M.W. Bauer, 2006. Exogenous Enzymes Added to Untreated or Ammoniated Rice Straw : Effect on In-Vitro Fermentation Characteristic and Degradability. J.Anim.Sci and Technol. 131 : 86-101 ------------------------------------, 2007. Assessment of The Efficacy of Varying Experimental Exogenous Fibrolitik Enzymes Using In-Vitro

30

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

Fermentation Characteristics. J.Anim. Sci. 132: 298-315 Fujino, Y. and K. Ushida. 1999. Plant Wall Degradation dan Glyconase Activity of The Rumen Anaerobic Fungus Neocallimastix frontalis MCH3 Grown on Various Forages. AsianAus. J.Anim.Sci.1999. 12 (5) :752-757 Hatakka, A. I., , O.K. Mohammadi and T.K. Lundell. 1989. The Potential of White Rot Fungi and Their Enzymes in The Treatment of Lignocellulosic Feed. J. Food Biotech. 3: 45 58. Jayasuriya, M.C.N., 1995. The Use of Fibrous Residues in South Asia. Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Peradeniya, Peradeniya. Jung, H.G., F.R. Valdez, R.D. Hatfield, and R.A. Blanchette. 1992. Cell Wall Composition and Degradability of Forage Stems Following Chemical and Biological Delignification. J. Sci. Food Agric. 58: 347-355. Karunanandaa A.K. and G. A. Varga. 1996. Colonization of Rice Straw by WhiteRot Fungi (Cyathus stercoreus): Effect on Ruminal Fermentation Pattern, Nitrogen Metabolisme, and Fiber Utilization During Continuous Culture. Anim Feed Sci. Technol. 61 : 1-16 Knudsen, K.E.B., 1997. Carbohydrate dan Lignin Contents of Plant Materials Used In Animal Feeding. J. Anim. Feed Sci. Technol. 67: 319-338. Kondo, T., T. Ohshita and T. Kyuma, 1997. Structural Changes of Forage Grass Lignin by Rumen Digestion: Characteristics of Soluble Lignin Released from Timothy (Phleum pratense L.,) In vitro Rumen Digestion. JARQ 31: 49 53 Makkar, H.P.S., Blummel M. and Becker K., 1995. Formation of Complexes Between Polyvinyl Pyroli Dones on Polyethilene glycoles and Tannin and Their Implication in Gas Production and True Digestibility. In in-vitro

Tech. British J. Feed Nutrition 73: 893 913. Menke, K.H., Raab, L., Salewaki, A., Steingass, H., Fruitz, D. and Schneider, W., 1979. Estimation of the digestibility and metabolizable energy content of ruminant feedstuffs from gas production when they are incubated with rumen liquor in vitro. J. Agric. Sci. 93: 217 222. ----------------., S. Chuzaemi dan O.Sofjan, 2006. Produksi inokulum mikroba pendegradasi lignin dan organochlorin : Upaya meningkatkan nilai nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XIV tahun I. FPP.UMM. Min, B.R., W.E. Pinchak, J.D. Fulford and R. Puchala, 2005. Wheat pasture bloat dynamics in-vitro ruminal gas production and potensial bloat mitigation with condensed tannins. J.Anim.Sci. 83: 1322-1331 Monteils, V., S. Jurjanz, O. Colin-Schoellen, G. Blanchart and F. Laurent, 2002. Kinetics of ruminal degradation of wheat and potato starches in total mixed ration. J. Anim. Sci. and Technol. 80: 235-241 Orskov, E.R., Hovell and Mould, F. 1982. The use of the nylon bag technique for the evalution of feedstuff. J. Trop. Anim. Prod. 5: 195 213. Prihartini, I., 2003. Pengaruh fermentasi Plearotus sp pada kualitas nutrisi jerami padi. Laporan Penelitian. UMM. Malang. Reed, J.J., A.L. Gelvin, G.P. Lardy, M.L. Bauer and J. S. Caton, 2006. Effect of creep feed supplementation and season on intake, microbial protein synthesis and efficiency, ruminal fermentation, digestion and performance in nursing calves grazing native range in Southeastern North Dakota. J.Anim. Sci. 84: 411-423 Richards, C.J., R.B. Pugh and J.C. Waller. 2006. Influence of soybean hull

31

Vol. 15 No. 1 Tahun 2007

Parameter Fermentasi Rumen

supplementation on rumen fermentation and digestibility in steers consuming freshly clipped endophyte-infected tall fescue. J.Anim. Sci. 84: 678-685 Santoso, B., S.P.S. Budhi, B.P. Widyobroto and M. Soejono, 1998. Ruminal fermentation and microbial nitrogen synthesis in buffalo fed fibrous feeds. Bull. of Anim. Sci. Suppl. Ed. Pp : 204211 Steel, R.G.D. and Torrie, J.H. 1994. Prinsip dan prosedur statistika suatu pendekatan biometrik. Terjemahan.

Sumantri B.Gramedia Utama.Jakarta.

Pustaka

Sutardi, T. 1980. Peningkatan mutu hasil limbah lignoselulosa sebagai pakan ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tilley, J.M. A. and R.A. Terry, 1963. The relationship between the soluble constitutent herbage and their dry matter digestibility. J. British Feed Sci. 18: 104-111. Van Soest, P.J., 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2 nd. Cornell University Press. London.

32

Anda mungkin juga menyukai