Sekretariat Jenderal
2007
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di bawah produktivitas rata-rata negara lain penghasil kakao. Selama ini kakao lebih banyak diekspor dalam wujud biji kering kakao dibandingkan hasil olahannya, sehingga nilai tambahnya terhadap perekonomian sedikit. Dengan melihat kondisi potensi lahan, industri kakao, pasar kakao baik dalam negeri maupun luar negeri serta membandingkannya dengan nilai perdagangan kakao Indonesia dan dunia, buku ini menyajikan paket informasi berkaitan dengan industri kakao/cokelat. Di samping menerangkan berbagai aspek kondisi terkini, buku ini memberi ulasan tentang peluang investasi industri berbasis kakao, baik pada usaha hulu, hilir, produk samping, serta infrastruktur yang mendukung bisnis tersebut. Dalam membahas peluang investasi tersebut, diuraikan industri-industri yang prospektif untuk dikembangkan, lokasi industri, serta perkiraan besarnya investasi yang dibutuhkan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Unsur-unsur penunjang perekonomian nasional seperti sektor perkebunan, sektor industri pengolahan kakao dan sektor perdagangan dapat memanfaatkan paket informasi ini serta menggunakannya sebagai referensi pengembangan bisnisnya pada bidang masing-masing. Kami berharap buku tersebut dapat menjadi sumber informasi, acuan, serta pemacu para investor untuk melakukan investasi pada industri yang berbasis kakao di Indonesia. Di samping itu, buku ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan guna memacu investasi pada usaha berbasis kakao. Semoga dengan adanya Paket Informasi Kakao ini bisa menambah khasanah informasi bagi para stake-holder dalam menunjang pengembangan industri kakao nasional.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Varietas .................................................................................. ............................................................................ ................................................................. ............................................................................ ................................................................. ................................ i ii 1 1 2 2 3 3 5 5 6 7 8 8 9 9 9 10 11 11 11 12 14 14 14 15 16 16 18
..................................................................................................
C. Syarat Pertumbuhan Kakao ...................................................... ................................................................. 2. Iklim ...................................................................................... D. Perkembangbiakan ................................................................. E. Panen ...................................................................................... ...................................................... ...................................................... F. Proses pengolahan biji kakao menjadi cokelat .................... 1. Pemeraman buah 2. Pemecahan buah
3. Fermentasi ........................................................................... 4. Perendaman dan Pencucian .......................................... 5. Pengeringan 7. Penyimpanan ................................................................ ................................................................ ..................................................... ........................ ......... 6. Penyortiran/Pengelompokan .......................................... G. Kesehatan dan Nutrisi
A. Industri Pengolahan Kakao ..................................................... 1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Kakao) 2. Jumlah Pelaku Usaha 1. Standar Mutu Kakao 2. Pohon Industri Kakao .................................................... .................................................... ....................................................
3. Kebutuhan dan Produksi Kakao Indonesia ................... 4. Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit 5. Impor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit BAB III POTENSI PASAR KAKAO DUNIA A. Produksi Biji Kakao Dunia B. Konsumsi Biji Kakao Dunia ........ ........
18 20 21 23 23 24 24 25 26 27 28 29 33 34
........................................
C. Harga Kakao Dunia .............................................................. D. Perkembangan Kakao Dunia 1. Ekspor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit .................. 2. Impor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit .................. 3. Trend Pertumbuhan EksporImpor Dunia Berdasarkan HS 4 Digit .................................................. ....................................... ............................. E. Ekspor/Impor Negara Pesaing
F. Negara Tujuan Ekspor Kakao Indonesia ............................ G. Negara Pengimpor Kakao Indonesia BAB IV KESIMPULAN LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
H.
Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lainlain. Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang
diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka. Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. I. Varietas, Kategori dan Pemeliharaan Tanaman Kakao 1. Varietas a. Criolo (fine cocoa atau kakao mulia) Jenis varietas Criolo mendominasi pasar kakao hingga pertengahan abad 18, akan tetapi saat ini hanya beberapa saja pohon Criolo yang masih ada. b. Forastero Verietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanami. c. Trinitario / Hibrida Merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo.
2. Kategori Kakao Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua kategori besar biji kakao : b. kakao mulia (fine cocoa) Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo c. kakao curah (bulk or ordinary cocoa) Kakao curah berasal dari jenis Forastero 3. Pemeliharaan Tanaman Kakao a. Pemangkasan Pemangkasan pohon pelindung dilakukan agar dapat berfungsi untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Pohon dipangkas sehingga cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman kakao. Pemangkasan ini merupakan usaha untuk umur meningkatkan ekonomis produksi dan mempertahankan tanaman. Dengan
pemangkasan maka akan mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk pohon, memelihara tanaman dan memacu produksi. b. Penyiangan Tujuannya adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara serta mencegah hama dan penyakit. Penyiangan harus dilakukan secara rutin, minimal satu bulan sekali dengan menggunakan cangkul, koret atau dicabut dengan tangan. c. Pemupukan Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 cm 50 cm (untuk umur 2 10
bulan) dan 50 cm 75 cm (untuk umur 14 20 bulan) dari batang utama. Sedang untuk tanaman yang menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm 75 cm dari batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm. d. Penyiraman Penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan memiliki Air tanah pada pohon yang menjadi tanaman pelindung berlebihan sangat muda, tidak akan memerlukan menyebabkan Penyiraman banyak kondisi dilakukan air.
lembab. terutama
tanaman yang tidak memiliki pohon pelindung. e. Pemberantasan hama dan penyakit Pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida dalam dua tahap. Pertama, bertujuan untuk mencegahsebelum diketahui ada hama yang menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap yang kedua adalah usaha pemberantasan hama, dimana jenis dan kadar pestisida yang digunakan ditingkatkan. Contoh pestisida yang digunakan: Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Metador 25 EC) dan lain-lain. Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain belalang (Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka Walker), kutu putih (Planoccos lilaci), penghisap buah (Helopeltis sp.), dan penggerek batang (Zeuzera sp.). Insektisida yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang, ulat jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide, Lebaycide, Coesar dan Atabron. Penghisap buah dapat diberantas dengan Lebaycide, Cupraycide dan Decis. Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao, yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut
disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytoptera sp. J. Syarat Pertumbuhan Kakao Habitat alam tanaman kakao berada di hutan beriklim tropis. Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (Shade Loving Plant) dengan potensi hasil bervariasi 50-120 buah/pohon/tahun. Varietas yang umum terdiri atas : Criolo, Forastero, dan Trinitario (hibrida) yang merupakan hasil persilangan Criolo dan Forastero. Forastero lebih sesuai di dataran rendah, sedangkan Criolo dapat ditanam sampai dengan dataran agak tinggi. Criolo terdiri atas kultivar South American Criolos dan Central American Criolos, sedangkan Forastero terdiri atas kultivar Lower Amazone Hybrid (LAH) dan Upper Amazone Hybrid (UAH). UAH mempunyai karakter produksi tinggi, cepat mengalami fase generatif/berbuah setelah umur 2 tahun, tahan penyakit VSD (Vascular Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun dan fermentasinya hanya 6 hari. 3. Tanah/lahan a. Tinggi tempat tanaman Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum 1200 m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1600 m dpl b. Topografi kemiringan lereng maksimum 40o c. Hidrologi Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air, sehingga tanahnya harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air maupun saluran (drainase) yang baik
d. Sifat fisik tanah Solum > 90 cm tanpa ada lapisan padas, Tekstur lempung liat berpasir komposisi pasir 50%, debu 10 - 20%, liat 30 - 40%. Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik, kedalaman air tanah minimal 3 m. Kakao memerlukan tanah dengan struktur kasar yang berguna untuk memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang diperlukan sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal e. Sifat kimia tanah Sifat kimia dari tanah bagian atas merupakan hal yang paling penting karena akar-akar akan menyerap nutrisi. Kemasaman tanah (pH) optimum 6.06.75, Kakao tidak tahan terhadap kejenuhan Al tinggi, Kejenuhan basa minimum 35%, kalsit (CaCO3) dan gips (CaSO2) masing-masing tidak boleh lebih dari 1% dan 0.5%, KTK top soil: 12 me/100 g, KTK sub soil: 5 me/100 g, KTK Mg:20 me/100 g, dan kandungan bahan organik > 3%. f. Letak Lintang : 200 LU - 200 LS g. Jenis tanah sesuai pada tanah regosol, sedangkan tanah latosol kurang baik 4. Iklim a. Curah hujan Curah hujan merupakan unsur iklim terpenting. Pepohonan sangat sensitif terhadap kadar air. Curah hujan yang dibutuhkan harus tinggi dan terdistribusi dengan baik sepanjang tahun. Tingkat curah hujan yang baik per tahun berkisar antara 1500 mm 2500 mm. Curah hujan saat musim kemarau sebaiknya lebih kurang dari 100 mm per bulan dan tidak lebih dari tiga bulan
b. Temperatur Temperatur maksimum 300-320 C, minimum 180-210 C, dan temperatur optimum 26.60 C c. Sinar matahari intensitas 75% dari cahaya penuh pada tanaman dewasa, 50% pada tanaman muda, dan 25% di pembibitan d. Kelembaban > 80% e. Kecepatan angin ideal 2-5 m/detik akan sangat membantu dalam penyerbukan K. Perkembangbiakan Tanaman kakao dikembangbiakan dari bibit. Bibit akan berkecambah dan memproduksi tanaman yang baik jika diambil dari pot tidak lebih dari 15 hari. 1. Stek Pohon dipotong antara 2 atau 5 daun dan 1 atau 2 pucuk. Dedaun dipotong setengah dan potongan tadi ditanam di pot dengan ditutupi lembaran polythene hingga akar mulai tumbuh. 2. Penyilangan Pucuk dipotong dari pohon dan ditempel dibawah kulit kayu di pohon lain. Potongan tadi kemudian diikat dengan tali rapia dan plester lilin yang terbuat dari plastik bening untuk mencegah hilangnya kelembaban. Bila pucuk mulai tumbuh maka pohon tua yang terletak diatas harus dipotong 3. Cangkok Kulit kayu diambil potongannya kemudian ditutupi dengan serbuk kayu dan sehelai polythene. Area tadi akan memproduksi akarakar dan batang dapat dipotong untuk kemudian ditanam
L.
Panen Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang mengusahakan kakao. Secara umum kriteria tersebut tersaji pada Tabel.
Tabel-1:Perubahan Warna dan Pengelompokan Kelas Kematangan Buah (Sumber : Tumpal H.S. Siregar,dkk.,2003)
Bagian Kulit Buah yang Mengalami Perubahan Warna Pada alur buah Pada alur buah dan punggung alur buah Pada seluruh permukaan buah Pada seluruh permukaan buah
M.
Proses pengolahan biji kakao menjadi cokelat Harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain. Faktor penyebab mutu kakao beragam adalah minimnya sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji
kakao meliputi aspek fisik, cita rasa dan kebersihan serta tahapan proses produksinya. Proses pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam proses ini terjadi pembentukan calon cita rasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. 1. Pemeraman buah Buah yang telah dipanen dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan kelas kematangannya. Biasanya dilakukan pemeraman untuk memperoleh keseragaman kematangan buah dan memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao. Pemeraman dilakukan di tempat yang teduh, lamanya sekitar 5-7 hari. 2. Pemecahan buah Buah kakao dipecah atau dibelah untuk mendapatkan biji kakao. Pemecahan buah dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya. Perlu diingat untuk menghindari kontak langsung biji kakao dengan benda-benda logam karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukkan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih, sedang empulur yang melekat pada biji dibuang 3. Fermentasi Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji dan untuk melepaskan selaput lendir. Selain itu untuk menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu berlubang, dapat terbuat dari papan atau keranjang bambu. Fermentasi memerlukan waktu 6 hari. Dalam proses fermentasi terjadi penurunan berat sampai 25%.
Ada dua cara fermentasi : 1. Fermentasi dengan kotak/peti fermentasi a. Biji kakao dimasukkan dalam kotak terbuat dari lembaran papan yang berukuran panjang 60 cm dengan tinggi 40 cm (kotak dapat menampung 100 kg biji kakao basah) setelah itu kotak ditutup dengan karung goni/daun pisang. b. Pada hari ke 3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar fermentasi biji merata. c. Pada hari ke 6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap untuk dijemur. 2. Fermentasi menggunakan keranjang bambu a. Keranjang bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi dengan daun pisang baru kemudian biji kakao dimasukan (keranjang dapat menampung 50 kg biji kakao basah) b. Setelah biji kakao dimasukan keranjang ditutup dengan daun pisang. c. Pada hari ke 3 dilakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6 biji-biji dikeluarkan untuk siap dijemur. 4. Perendaman dan Pencucian Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa lendir yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji, karena jika biji masih terdapat lendir maka biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan akan memperlambat proses pengeringan.
5. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 60% sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan menjemur di bawah sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan mesin pengering atau kombinasi keduanya. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7-8%. Sedangkan dengan pengeringan buatan berlangsung pada temperatur 65 68 C. 6. Penyortiran/Pengelompokan Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang, sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak mudah rusak, sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dari kotoran. Pengelompokan kakao berdasarkan mutu : Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90-100 butir biji Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100-110 butir biji Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110-120 butir biji 7. Penyimpanan Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung goni diisi 60 kg biji kakao kering kemudian karung tersebut disimpan dalam ruangan yang bersih, kering dan memiliki lubang pergantian udara. Antara lantai dan wadah biji kakao diberi jarak 8 cm dan jarak dari dinding 60 cm. Biji kakao dapat disimpan selama 3 bulan.
N.
Kesehatan dan Nutrisi Di masa lalu, cokelat dipercaya sebagai makanan tinggi kalori untuk memompa energi, misalnya bagi para atlet dan tentara. Semakin banyak riset yang dilakukan dalam bidang kesehatan dan kandungan nutrisi untuk meneliti kakao dan cokelat. Riset menemukan indikasi bahwa beberapa komponen yang terkandung dalam kakao dapat membantu mencegah penyakit cardiovascular dan dapat mengurangi resiko kanker. Tapi bagaimanapun hal tersebut tenggelam oleh anggapan bahwa cokelat sebagai penyebab obesitas. Sebagian orang mengklasifikasikan cokelat sebagai junk food karena kandungan kalorinya yang tinggi. Seiring dengan semakin besarnya perhatian terhadap aspek kesehatan dan kandungan nutrisi dari kakao dan cokelat, sekretariat ICCO (International Cocoa Organization) berinisiatif untuk ikut terlibat dalam perdebatan, dengan tujuan untuk menyampaikan kepada publik suatu gambaran obyektif mengenai konsumsi kakao dan cokelat dipandang dari sisi status kesehatan dan kandungan nutrisi terhadap konsumen. Sebagai hasilnya, sekretariat telah membuat rancangan dari "Inventory of Health and Nutritional Attributes of Cocoa and Chocolate" sebagai rancangan pertama dari program aksi terhadap aspek kesehatan dan kandungan nutrisi dari kakao dan cokelat. Inventarisasi meneliti bukti dari keuntungan-keuntungan dari kakao terhadap penderita cardiovascular. Keuntungan-keuntungan tersebut tidak hanya berasal dari lemak kakao, tapi bahkan lebih penting lagi, karena biji kakao mengandung sejumlah besar phytochemicals yang merupakan komponen psikologi aktif yang
dapat ditemukan pada tanam-tanaman, seperti anggur, apel, teh, buah-buahan, sayuran dan lain-lain. Kelompok tersebut disebut flavonoids. Ada hal lain yang membuktikan bahwa flavonoids kakao dapat memberikan keuntungan dalam bidang kesehatan.
Disebut sebagai anti-oksidan yang kuat dan dipercaya dapat membantu daya tahan sel-sel tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, yang terbentuk oleh serangkaian proses termasuk saat tubuh memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi. Hasil laboratorium dan penelitian telah mengindikasikan bahwa flavonoids kakao dapat mencegah oksidasi kolesterol-LDL yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Timbul juga fakta bahwa kakao dan cokelat dapat mengurangi resiko beberapa jenis kanker. Keuntungan tersebut berasal dari phytochemicals yang terkandung dalam kakao, selain flavonoids.
C. Industri Pengolahan Kakao 1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Kakao) Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah negara Pantai Gading dan Ghana. Tiga besar negara penghasil kakao sebagai berikut ; Pantai Gading (1.276.000 ton), Ghana (586.000 ton), Indonesia (456.000 ton). Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 992.448 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 456.000 ton per tahun, dan produktivitas rata-rata 900 Kg per ha . Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai berikut: Sulawesi Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton (21,04%), Sulawesi Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya 122.000 ton (18,74%). Menurut usahanya perkebunan kakao Indonesia dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ; Perkebunan Rakyat 887.735 Ha, Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta 54.737 Ha.
Gambar-1:Luas Lahan dan Produksi Kakao (Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)
2. Jumlah Pelaku Usaha Meskipun sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah, di dalam negeri juga terdapat industri pengolahan kakao. Industri pengolahan kakao banyak berada di pulau Jawa. Jumlah pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan kakao dapat dilihat pada lampiran.
Gambar-2:Penyebaran Industri Kakao (Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)
No.
Karakteristik
Mutu I
Mutu II
Sub Standar
1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah biji/100 gr Kadar air, %(b/b) maks Berjamur, %(b/b) maks Tak Terfermentasi %(b/b) maks Berserangga, hampa, berkecambah, %(b/b) maks
** 7,5 3 3 3
** 7,5 4 8 6
6. 7. 8.
Biji pecah, % (b/b) maks Benda asing % (b/b) maks Kemasan kg, netto/karung
3 0 62,5
3 0 62,5
3 0 62,5
Keterangan: * Revisi September 1992 * Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gr. AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85 A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100 B Jumlah biji per 100 gram maksimum 110 C Jumlah biji per 100 gram maksimum 120 Substandar jumlah biji per 100 gram maksimum > 120. Untuk jenis kakao mulia notasinya dengan F (Fine Cocoa)
8. Kebutuhan dan Produksi Kakao Indonesia Kebutuhan kakao dalam negeri masih dianggap sedikit, sekitar 250 ribu ton per tahun. Sementara produksi kakao Indonesia mencapai 445000 ton per tahun. Namun rendahnya kebutuhan kakao nasional itu bukan tanpa sebab. Hal ini karena pemerintah menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% untuk setiap kakao yg dibeli pabrik di dalam negeri. Sebaliknya, apabila petani
mengekspor produknya ke luar negeri, maka tidak dikenakan PPN. Dengan demikian petani lebih suka melakukan ekspor. Produksi Indonesia 456 ribu ton biji kakao. Di ekspor dalam bentuk biji 365 ribu ton dan sisanya 121 ribu ton diolah di dalam negeri. Produksi coklat olahan sebanyak 96 ribu ton meliputi cocoa butter dan cocoa powder a. Ekspor coklat olahan pada tahun 2006 adalah 80.991 Ton dengan nilai US$. 175.314.000 dengan rincian sebagai berikut : 1. Cocoa Butter 36.942 ton dengan nilai US$ 145.995.000 2. Cocoa Powder 25.423 ton dengan nilai US$ 20.707.000 3. Cocoa cake 17.354 ton dengan nilai US$ 6.647.000 4. Cocoa liquor 1.272 ton dengan nilai US$ 1.965.000 b. Sedangkan Volume dan Nilai Impor Biji Kakao dan Kakao Olahan Indonesia Tahun 2006 adalah 26.412 ton dengan nilai US$38.333.000 dengan rincian sebagai berikut :
1. Cocoa bean 21.763 ton dengan nilai US$.32.209.000 2. Cocoa powder 4.372 ton dengan nilai US$ 5.730.000 3. Cocoa liquor 225 ton dengan nilai US$ 348.000 4. Cacao cake 42 ton dengann nilai US$ 16.000 5. Cocoa Butter 10 ton dengan nilai US$ 30.000
COCOA BEANS,WHOLE OR 1801 BROKEN,RAW OR ROASTED COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND 1802 OTHER COCOA WASTE COCOA PASTE, WHETHER OR NOT 1803 DEFATTED 1804 COCOA BUTTER, FAT AND OIL COCOA POWDER, NOT CONTAINING ADDED SUGAR OR 1805 OTHER SWEETENING MATTER CHOCOLATE AND OTHER FOOD PREPARATIONS CONTAINING 1806 COCOA (+)
20,505,201
45,213,135
56,768,189
45,869,616
30,913,198
28,230,712
28,620,489
35,536,024
34,461,008
20,503,035
16,350,389
17,702,057
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Grafik ekspor kakao Indonesia menunjukkan adanya kenaikan pada beberapa komoditi, dimana nilai ekspor yang paling besar disumbang oleh komoditi cocoa beans, whole or broken, raw or roasted yang besarnya sekitar 74 %. Kenaikan ekspor kakao mentah berbanding terbalik dengan produk olahan yang relatif mengalami penurunan ekspor mengindikasikan bahwa pengusaha kakao lebih memilih mengekspor kakao dalam bentuk biji daripada mengolah kakao di dalam negeri. Gejala semacam ini tidak baik. 10. Impor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit
Tabel-4:Impor Kakao Indonesia berdasarkan HS 4 digit (Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)
HS DESKRIPSI 2001 27,611,854 49,222 1,746,354 48,777 2002 40,225,649 35,702 228,273 57,681 2003 52,618,682 1,167,052 651,465 48,765 2004 50,991,355 40,412 269,593 686,928 740,243 86,694 2005 48,006,760 2006 43,187,316 55,640 931,043 33,354
COCOA BEANS,WHOLE OR 1801 BROKEN,RAW OR ROASTED COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND 1802 OTHER COCOA WASTE COCOA PASTE, WHETHER OR NOT 1803 DEFATTED 1804 COCOA BUTTER, FAT AND OIL COCOA POWDER, NOT CONTAINING ADDED SUGAR OR 1805 OTHER SWEETENING MATTER CHOCOLATE AND OTHER FOOD PREPARATIONS CONTAINING 1806 COCOA (+)
4,731,628
6,952,806
8,470,817
10,863,666
9,338,698
10,200,688
14,359,298
19,027,745
20,816,047
26,249,026
34,999,984
29,636,535
Tahun
2001 2002 2003
US $
20,000,000 10,000,000 0 COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND OTHER COCOA WASTE COCOA PASTE, WHETHER OR NOT DEFATTED COCOA BEANS,WHOLE OR BROKEN,RAW OR ROASTED
2005 2006
Grafik
Impor
kakao
Indonesia
menunjukkan
penurunan impor pada komoditi cocoa beans, whole or broken, raw or roasted namun kecenderungan kenaikan impor komoditi chocolate and other food preparation containing cocoa yang merupakan produk olahan akhir kakao. Meskipun Indonesia banyak melakukan ekspor kakao mentah, namun impor kakao mentah juga menunjukkan peringkat yang paling tinggi yang disebabkan oleh kebutuhan biji kakao yang berkualitas tinggi. Gejala dimana impor produk olahan akhir kakao juga tinggi ini tidak baik karena seharusnya kakao yang melimpah dapat diolah di dalam negeri sehingga ketergantungan impor kakao dapat dikurangi.
kecenderungan
Tahun 2002 sampai 2006, Indonesia tetap menjadi produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Dan saat ini Indonesia menjadi produsen bahan baku kakao kedua setelah Pantai Gading dengan menguasai 6% pasar dunia. Kendati produsen kakao terbesar dunia, faktanya industri kakao sulit tumbuh dan berkembang di Indonesia. Menurut Ketua umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman, industri kakao lokal ada 15 perusahaan, tidak termasuk asing. Indonesia berhasil menjadi produsen kakao ketiga terbesar dunia berkat keberhasilan dalam program perluasan dan peningkatan produksi yang mulai dilaksanakan sejak awal tahun 1980 an.
Konsumsi kakao cenderung meningkat tiap tahun terutama di negara-negara maju. Negara konsumen kakao terbesar masih dipegang negara-negara Eropa sebanyak 42,10%. Permintaan tinggi kakao berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jerman. C. Harga Kakao Dunia Hal yang sangat menentukan tingkat harga di pasar internasional adalah mutu biji kakao. Oleh karena itu perlu adanya perhatian produsen kakao Indonesia terhadap kualitas biji kakao yang diekspor. Harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain. Pokok utama permasalahan rendahnya nilai mutu kakao Indonesia di pasar internasional disebabkan antara lain oleh hama dan umur tanaman yg sudah sangat tua. Di pasar dunia terutama Eropa, mutu kakao Indonesia dinilai rendah karena mengandung keasaman yang tinggi, rendahnya senyawa prekursor
flavor, dan rendahnya kadar lemak, sehingga harga kakao Indonesia selalu mendapatkan potongan harga cukup tinggi sekitar 15% dari ratarata harga kakao dunia.
Tabel-7:Harga Kakao Dunia (Sumber : www.icco.org)
US$ per ton 1088.7 1778.0 1754.9 1548.4 1538.1 1590.7 1934.6
D. Perkembangan Kakao Dunia Di pasar dunia terutama eropa, mutu kakao Indonesia dinilai rendah karena mengandung keasaman yang tinggi, rendahnya senyawa prekursor flavor, dan rendahnya kadar lemak, sehingga harga kakao Indonesia selalu mendapatkan potongan harga cukup tinggi sekitar 15% dari rata-rata harga kakao dunia. Permintaan biji kakao dunia hingga saat ini diperkirakan sekitar 2.848.900 ton per tahun dengan rincian pasar:Eropa 1.495.100 ton, Amerika Serikat 1.008.500 ton, Asia dan Oceania 278.100 ton, dan Afrika 67.200 ton. Pertumbuhan kebutuhan meningkat terus dan dikhawatirkan suatu saat akan terjadi kekurangan pasokan biji kakao. Produksi kakao Indonesia hanya 15% dari produksi dunia.
1800 All industries in sector 18 Chocolate and other food preparations containing 1806 cocoa 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted 1804 Cocoa butter, fat and oil 1805 Cocoa powder, without added sugar 1803 Cocoa paste, whether or not defatted 1802 Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste
12,369,102 14,754,800 18,849,953 20,486,892 21,432,148 7,616,059 2,487,482 1,117,857 547,831 582,867 16,899 8,133,014 3,452,719 1,403,208 865,383 879,626 20,688 9,944,886 11,742,618 12,465,457 4,370,127 1,815,129 1,397,410 1,283,809 38,383 4,197,725 2,088,624 1,356,508 978,058 112,400 4,268,487 2,635,511 980,043 947,216 99,669
Tahun
2001 2002
20,000,000
US $
15,000,000
2003 2004
10,000,000
2005
5,000,000
0 Chocolate and other food preparations containing cocoa Cocoa paste, whether or not defatted All industries in sector 18 Cocoa butter, fat and oil Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste Cocoa powder, without added sugar
1800 All industries in sector 18 Chocolate and other food preparations containing 1806 cocoa 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted 1804 Cocoa butter, fat and oil 1805 Cocoa powder, without added sugar 1803 Cocoa paste, whether or not defatted 1802 Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste
12,252,036 14,794,008 19,474,903 20,733,182 22,033,874 7,333,645 2,593,339 1,160,242 552,524 594,439 17,602 8,009,193 3,481,792 1,451,895 872,993 948,808 27,739 9,794,624 11,480,731 12,280,000 5,041,891 1,965,433 1,367,755 1,270,857 33,021 4,484,876 2,176,059 1,338,778 1,193,652 40,466 4,738,517 2,768,839 1,052,043 1,121,174 34,910
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
HS
DESKRIPSI
Trend
1800 All industries in sector 18 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted 1802 Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste 1803 Cocoa paste, whether or not 1804 Cocoa butter, fat and oil 1805 Cocoa powder, without added Chocolate and other food 1806 preparations containing cocoa
30.000
Trend Pertumbuhan
30.000
Trend Pertumbuhan
20.000
20.000
10.000 10.000 0.000 Cocoa paste, whether or not defatted Cocoa butter, fat and oil Chocolate and other food preparations containing cocoa All industries in sector 18 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste Cocoa powder, without added sugar 0.000 Cocoa paste, whether or not defatted Cocoa butter, fat and oil Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste Chocolate and other food preparations containing cocoa Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted Cocoa powder, without added sugar All industries in sector 18
-10.000
%
-10.000 -20.000 -30.000 -20.000 -40.000 -30.000
Kekurangan pasokan biji kakao dunia sebesar 200 ribu ton. Dengan perhitungan bahwa pertumbuhan kebutuhan akan meningkat dan dikhawatirkan suatu saat akan terjadi kekurangan pasokan biji kakao. Kekurangan biji kakao dalam negeri sebesar 121 ribu ton (Utilisasi kapasitas masih 40%). E. Ekspor/Impor Negara Pesaing Negara-negara produsen kakao di dunia antara lain adalah Brazil, Kamerun, Ghana, Nigeria, Equador, Pantai Gading, Republik Dominika, Indonesia, dan Malaysia. Di antara negara negara penghasil kakao tersebut, pada tahun 1996 Indonesia berada pada tingkat ketiga setelah Pantai Gading (Cote dIvoire) dan Ghana, walaupun berdasarkan luas kebun yang di panen berada diurutan ketujuh. Di Indonesia, sebagian besar biji kakao di ekspor ke luar negeri. Permintaan yang tinggi untuk kakao banyak dari negara Belanda, Amerika, dan Italia. Pemasaran biji kakao Indonesia telah mencapai pasar Internasional. Sebagian besar biji kakao Indonesia di ekspor ke luar negeri, walaupun sudah ada beberapa industri pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi. Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia relatif menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat memperoleh pendapatan devisa dari komoditi ini. Hal yang sangat menentukan tingkat harga di pasar internasional adalah mutu biji kakao. Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan oleh produsen kakao terutama Indonesia adalah kualitas dari biji kakao yang diekspor. Pokok utama permasalahan dinilai rendahnya mutu kakao Indonesia di pasar Internasional antara lain disebabkan oleh hama dan umur tanaman yang sudah sangat tua. Akibat dari buruknya mutu kakao Indonesia ini, ekspor kakao Indonesia selalu mengalami automatic detention oleh Amerika Serikat sejak tahun 1991 sampai
sekarang. Selain itu, pembeli kakao di luar negeri selalu memotong harga biji kakao Indonesia karena biji kakao Indonesia tidak terfermentasi. Data pada tabel di bawah ini menunjukkan posisi beberapa negara sebagai eksportir maupun importir kakao yang ditinjau dari komoditi kakao secara keseluruhan baik kakao mentah maupun produk olahan kakao. Pada tahun 2005 Belanda menduduki peringkat pertama sebagai negara pengekspor kakao/cokelat di dunia, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke-9. Perbedaan antara keduanya adalah, Belanda lebih banyak mengekspor produk hasil olahan kakao sedangkan Indonesia lebih banyak mengekspor kakao mentah (biji kakao). Negara pengimpor kakao terbesar di dunia tahun 2005 diduduki oleh Amerika Serikat dan Indonesia menduduki peringkat ke-38.
Tabel-11:Peringkat negara-negara pengekspor kakao dari tahun 2001-2005 ( ribu dolar ) (Sumber : www.intracen.org)
2001 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Negara Total Dunia Belanda Jerman Belgia Perancis Amerika Serikat Inggris Kanada Indonesia Italia Swiss Nilai 12,369,102 1,439,454 1,193,422 1,112,130 859,176 731,698 484,017 482,646 391,086 324,018 311,703 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rank 2002 Negara Total Dunia Belanda Jerman Belgia Perancis Indonesia Amerika Serikat Kanada Inggris Italia Swiss Nilai 14,754,800 1,640,443 1,332,271 1,258,930 1,027,725 701,034 654,848 553,120 537,258 384,007 292,763 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rank 2003 Negara Total Dunia Belanda Jerman Belgia Perancis Ghana Kanada Amerika Serikat Indonesia Inggris Italia Nilai 18,849,953 2,166,507 1,661,940 1,576,960 1,354,060 839,680 732,696 723,693 623,933 580,075 498,425 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rank 2004 Negara Total Dunia Belanda Pantai Gading Jerman Belgia Perancis Ghana Amerika Serikat Kanada Inggris Italia Indonesia Nilai 20,486,892 2,414,972 2,181,938 2,053,501 1,892,655 1,484,579 1,071,124 790,877 759,169 612,139 594,899 549,348 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rank 2005 Negara Total Dunia Belanda Jerman Pantai Gading Belgia Perancis Ghana Amerika Serikat Kanada Indonesia Italia Nilai 21,432,148 2,536,644 2,069,936 2,060,325 1,942,065 1,287,120 1,032,621 823,228 748,233 667,993 648,258
Keterangan: Peringkat negara ini dilihat dari nilai ekspor kakao secara keseluruhan baik itu kakao maupun produk cokelat lainnya
Tabel-12:Peringkat negara-negara pengimpor kakao dari tahun 2001-2005 ( ribu dolar ) (Sumber : www.intracen.org)
2001 Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 43 Negara Total Dunia Amerika Serikat Jerman Perancis Belanda Inggris Belgia Kanada Jepang Italia Spanyol Indonesia Nilai 12,252,036 1,626,927 1,278,866 1,174,652 953,691 857,204 544,918 475,230 436,108 333,642 269,147 45,909 Rank 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 37 2002 Negara Total Dunia Amerika Serikat Perancis Jerman Belanda Inggris Belgia Kanada Jepang Italia Federasi Rusia Indonesia Nilai 14,794,008 1,840,373 1,504,550 1,458,872 1,167,062 1,056,331 703,834 546,287 474,623 423,094 403,347 63,974 Rank 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 37 2003 Negara Total Dunia Amerika Serikat Perancis Jerman Belanda Inggris Belgia Kanada Italia Jepang Spanyol Indonesia Nilai 19,474,903 2,524,286 1,960,194 1,923,994 1,795,202 1,205,640 968,200 685,759 623,572 611,641 485,634 81,070 Rank 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 38 2004 Negara Total Dunia Amerika Serikat Jerman Perancis Belanda Inggris Belgia Kanada Italia Jepang Spanyol Indonesia Nilai 20,733,182 2,611,408 2,180,114 2,054,198 1,615,653 1,377,886 1,008,351 796,783 622,297 617,769 542,883 86,003 Rank 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 38 2005 Negara Total Dunia Amerika Serikat Jerman Perancis Belanda Inggris Belgia Kanada Italia Jepang Federasi Rusia Indonesia Nilai 22,033,874 2,906,429 2,077,893 1,908,009 1,742,888 1,565,419 1,115,022 757,693 677,056 630,771 568,652 85,455
Keterangan: Peringkat negara ini dilihat dari nilai ekspor kakao secara keseluruhan baik itu kakao maupun produk cokelat lainnya
F. Negara Tujuan Ekspor Kakao Indonesia Tabel dan grafik di bawah ini menunjukkan negara tujuan ekspor kakao Indonesia. Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2005 besarnya sekitar US $ 668 ribu dengan negara tujuan terbesar yaitu Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Brasil dan Perancis. Dari nilai ekspor tersebut, ekspor yang paling banyak adalah Amerika Serikat dan Malaysia sebesar 59 % dari seluruh nilai ekspor kakao. Komoditi yang diekspor dari Indonesia lebih banyak berupa cocoa beans, whole or broken, raw or roasted untuk diolah di negara tujuan menjadi produk cokelat olahan.
Tabel-13:Negara Tujuan ekspor Kakao Indonesia ( ribu dolar ) (Sumber : www.intracen.org)
2002 2003 2004 2005 701,034 623,933 549,348 667,993 203,019 137,245 165,771 198,376 115,629 210,295 169,193 195,804 60,402 64,307 48,394 43,273 103,549 34,238 21,741 36,291 0 0 25,032 30,423
Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point Cocoa Butter yang tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibanding biji kakao dari Ghana maupun Pantai Gading.
G. Negara Pengimpor Kakao Indonesia Disamping sebagai penghasil/pengekspor kakao dunia, Indonesia juga melakukan impor kakao baik dalam bentuk cocoa beans, whole or broken, raw or roasted maupun chocolate and other food preparation containing cocoa. Tabel dan grafik di bawah ini menunjukkan pengimpor kakao Indonesia. Impor kakao yang paling banyak dilakukan adalah dari Pantai Gading dalam bentuk cocoa beans, whole or broken, raw or roasted yang besarnya sekitar US $ 27 ribu atau 31,5 %. Sedangkan impor dari Malaysia berupa chocolate and other food preparation containing cocoa yang merupakan produk olahan kakao sebesar US $ 18,6 ribu atau 21,8 %.
Tabel-14:Negara Pengimpor Kakao Indonesia ( ribu dolar ) (Sumber : www.intracen.org)
37
BAB IV KESIMPULAN
Data produksi maupun konsumsi kakao dunia menunjukkan adanya kestabilan dalam arti tidak terdapat fluktuasi kenaikan maupun penurunan yang menyolok. Indonesia merupakan penghasil kakao namun dari segi produktivitas masih rendah. Tersedianya lahan perkebunan kakao yang telah ada seharusnya dapat memberikan peluang untuk menghasilkan produksi kakao yang lebih besar lagi dengan pengelolaan tanaman yang tepat dan pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan biji kakao dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula dilihat dari segi pengolahan, kakao yang dihasilkan oleh petani tidak diolah secara baik (difermentasi) tetapi sebagian besar langsung diekspor dalam bentuk biji kakao sehingga nilai tambah yang dihasilkan sedikit. Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Pengembangan usaha maupun investasi baru di bidang kakao dapat dilakukan mulai dari usaha pertanian primer yang menangani perkebunan kakao, usaha agribisnis hulu dalam memenuhi kebutuhan pertanian kakao seperti peralatan dan sarana produksi kakao, serta usaha agribisnis hilir yang memproduksi hasil olahan biji kakao. Untuk melaksanakan program pengembangan agribisnis kakao tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan investasi peningkatan produktivitas kebun, biaya pengendalian hama PBK, investasi pengembangan sistem usahatani terpadu, dan pengembangan industri hilir kakao serta pembangunan infrastruktur pendukungnya termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan hasil penelitian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pengembangan agribisnis kakao, dukungan kebijakan yang diperlukan antara lain: Pemerintah perlu mendorong terbentuknya usaha-usaha industri cokelat skala UKM dan
38
pemasaran yang efisien; peningkatan mutu kakao ditempuh melalui penerapan teknologi pascapanen yang berorientasi pada kebutuhan pasar; dan upaya pengurangan hambatan-hambatan ekspor seperti automatic detention (potongan harga) regulasi lain dari negara konsumen dapat dilakukan melalui perbaikan mutu secara berkelanjutan, kerjasama antara kelompok tani dan eksportir maupun prosesor, serta menghindari publikasi yang berlebihan tentang hama dan penyakit tanaman kakao.
39
LAMPIRAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA PERUSAHAAN MILK CARAMELS, TK SUMBER PANGESTU, PT GANPANI TRADING, PT BUANA ESTATE, PT CARGIL INDO COCOA, PT CARGIL INDONESIA, PT COMEXTRA MAYORA, PT EFFEM INDONESIA,PT GLEN-FALLOCH, NV.PP KALISEPANJANGPURWOJOYO, PTPN XII(PERSER PAMOR GANDA,PT PERK. NUSANTARA IX/PESERO, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA BAHLIAS PTP NUSANTARA II KEBUN MARIKE PTP NUSANTARA IV TINJOWAN-KAKAU PTP NUSANTARA XII BANTARAN PTP NUSANTARA XII KEBUN PANCURSARI PTP NUSANTARA XII(PERSERO) JATIRONO PTP VIII BUNISARI LENDRA PTP VIII PERK BAGJANAGARA PTPN XII(PERSERO) KALI KEMPIT/BENDIKER PTPN XII(PERSERO) KALITELEPAK TOPASARI, PT
PRODUKSI MILK CARAMELS KOPI OSE & KAKAO KERING PENGERINGAN KAKAO PENGERINGAN BIJI KAKAO PENGOLAHAN COKLAT BIJI KAKAO COKLAT KERING COCOA BUTTER COKLAT KERING KAKAO & KARET KAKAO KAKAO BIJI KAKAO KERING KAKAO BIJI KAKAO KIRING BIJI KAKAU KERING KOPI, KAKAO, CENGKEH KAKAO COKLAT BIJI COKLAT BIJI KAKAO KAKAO CACAO/COKLAT
ALAMAT JL. CHINCONA 2 - 4 RAYA JEMBER, JL DESA KALIBARU KULON JLN. BINJAI KM.16,3 CINTA RAJA/JL. SM.RAJA NO.170 MEDAN JL KIMA 9 JL KAPASA KAMPUNG BIRA JL SALODONG NO 66 KIMA X KAV A/6,JL TEGALHARJO, DESA KALISEPANJANG/PURWOJOYO, DSN KETAHUN JL KENANGA 23 NO 2A KEBUN GETAS SALATIGA PERK BAHLIAS POS PERDAGANGAN MARIKE SALAPIAN TINJOWAN POS SEI BEJANGKAR PENATARAN, DS RINGINKEMBAR, DS JATIRONO, DSN; DESA KAJARHARJO JL.RAYA CISOMPET- GARUT DS KARYAMANDALA KEC SALOPA TASIKMALAYA KALIKEMPIT/BENDOKEREP, DSN ;DS TULUNGREJO KALITELEPAK, DSN ;DESA TULUNGREJO DESA PASINDANGAN
PROVINSI JAWA BARAT Jawa Timur SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SULAWESI SELATAN SULAWESI SELATAN SULAWESI SELATAN SULAWESI SELATAN Jawa Timur Jawa Timur BENGKU LU JAWA TENGAH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA Jawa Timur Jawa Timur
KABUPATEN BANDUNG BANYUWANGI DELI SERDANG LANGKAT MAKASAR MAKASAR MAKASAR MAKASAR BANYUWANGI BANYUWANGI BENGKULU UTARA SEMARANG SIMALUNGUN LANGKAT SIMALUNGUN BLITAR MALANG
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23
Jawa Timur JAWA BARAT JAWA BARAT Jawa Timur Jawa Timur BANTEN
40
NO
NAMA PERUSAHAAN TREBLASALA ESTATE(PTPP LONSUM IND), PTPP UESI JAYA, CV UNICOM MAKMUR WINTRANACO INDOTAMA,PT (SINAR MURNI,CV) YUNAWATI KALIDUREN, PT TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES, PT ARES KUSUMA RAYA, PT COKLAT RANSIKI,PT DAVOMAS ABADI, PT INTI COCOA ABADI INDUSTRI, PT KAKAO MAS GEMILANG, PT MAS GANDA ,PT METCO INDONESIA, PT TORA NUSANTARA, PT JAYA MAKMUR HASTA, PT TOP STAR BUMI TANGERANG COKLAT UTAMA, PT CACAO WANGI MURNI,PT CADBURY INDONESIA, PT. CERES,PT COCOA VENTURES INDONESIA,PT COKLAT HENDRIK FAJAR MATARAM SEDAYU, PT FREYA BADI INDOTAMA, PT GIZITATAPANGAN SEJAHTERA HARUM MANIS MARBIKA SARI KURNIA
PRODUKSI
ALAMAT TREBLASALA 1, DSN ;DS KARANGHARJO JL. INOWA NO.72 JL KIMA 4 P NO 3B JL.B.ZEIN HAMID GG. LADANG KM 7,3 JATIROTO, DS RUNGKUT INDUSTRI II/27 JL COKELAT 1, JL JLN.Trikora Sowi I PO.BOX 116 JL. INDUSTRI RAYA III BLOK AB NO. 1A JL JABABEKA X BLOK F9-8 DESA PASIR GOMBONG JL YOS SUDARSO KM.19 JL.DESA SUKADAMAIRT.06/01 JLN. SEI BELUMAI NO.68 JL RAYA PERANCIS NO 3 RT.021/5 JL INDUSTRI 6 BLOK L NO 3 DESA PASIRJAYA KOMODOR YOS SUDARSO 10, JL JL DIPATI YUNUS 27 JL.INDUSTRI VI BLOK L/3 JL PULO GADUNG NO 20 KOTAK POS274 JL.RAYA DAYEUHKOLOT NO84 DESA PASAWAHAN TLP.5207421 MEDAN-BELAWAN KM.10,5, JL JL INDUSTRI CIMAREME JL SUKARNO HATTA NO 225 TELP KEL KOPO TLP 630087 JL. MALIGI III LOT J. NO. 2A JL.PARALON I NO.22 GIZITAS@BDG.CENTRIN.NET.ID PANDAN KMP SAWAH RT 013/009 KAMAL MUARA 3/42 002/03
PROVINSI
KABUPATEN
24
KAKAO
Jawa Timur SULAWESI TENGGARA SULAWESI SELATAN SUMATERA UTARA Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur IRIAN JAYA BARAT BANTEN JAWA BARAT BANTEN BANTEN SUMATERA UTARA BANTEN BANTEN Jawa Timur BANTEN BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT SUMATERA UTARA JAWA BARAT JAWA BARAT JAWA BARAT JAWA BARAT DKI JAKARTA DKI JAKARTA
BANYUWANGI
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
KAKAO PENGOLAHAN COKLAT BIJI COKLAT KARET , KOPI, KAKAO, KELAPA BUTTER, POWDER, CAKE MESIS COKELAT COKLAT COKLAT COKLAT POWDER PENGOLAHAN COKLAT COKLAT KERING COKLAT COCOA POWDER COKLAT BUTIRAN COKLAT OLAHAN COKLAT OLAHAN COKLATPERMEN KEMBANG GULA COCOA BUTTER COKLAT COKLAT BUTIRAN PENGOLAHAN COKLAT COKLAT COKLAT & KEMBANG GULA COKLAT
20 100 29 419 121 40 776 383 140 56 136 21 466 129 28 404 95 292
KONAWE MAKASAR MEDAN JEMBER SURABAYA GRESIK MANOKWARI TANGERANG BEKASI TANGERANG TANGERANG DELI SERDANG TANGERANG TANGERANG PASURUAN TANGERANG TANGERANG JAKARTA TIMUR BANDUNG
43
1325
44 45 46
94 21 269
47
236
KARAWANG
48
140
49 50
25 20
41
NO 51 52 53 54 55 56
NAMA PERUSAHAAN MULTI ANEKA PANGAN NUSANTARA MULTI SARANA RASA AGUNG, PT MUSTIKA MANIS UTAMA, PT SANITAS MURNI UTAMA, PT SOPONYONO TRI DAYA INTERNUSA
PRODUKSI COKLAT COKLAT BATANGAN KEMBANG GULA DAN COKLAT MAKANAN DARI COKLAT COKLAT JELLY COKLAT WAFEL
ALAMAT DS. CANGKIR JL INDUSTRI RAYA BLOK B NO.4 JL RAYA SERANG KM.13,8 NO 52 KAPUK KAMAL RAYA NO. 82 JL KENJERAN NO 303 JL TERUSAN SURYANI 24
PROVINSI Jawa Timur BANTEN BANTEN DKI JAKARTA Jawa Timur JAWA BARAT
42