Anda di halaman 1dari 2

Dalam bidang politik domestik, Jepang mengalami perubahan yang sangat mendasar.

Perubahan tersebut tercantum dalam Konstitusi 1947 yang menggantikan Konstitusi Meiji. Pembuatan konstitusi baru pasca perang tersebut sesuai dengan Postdam Declaration dan diawasi secara ketat oleh Amerika Serikat (AS) melalui Supreme Commander for the Allied Powers. Draft konstitusi disusun oleh Milo Rowell dan Courtney Whitney di bawah pengawasan Douglas McArthur selaku komandan dari Allied Occupation. Konstitusi 1947 ini mencakup tiga prinsip penting, yaitu kedaulatan rakyat dan peran kaisar secara simbolik, pacifism (masalah perdamaian), serta penghormatan bagi hak-hak dasar manusia.1 Melalui prinsip kedaulatan rakyat dan peran kaisar secara simbolik, terjadi perubahan yang sangat besar dalam kehidupan politik dan pemerintahan Jepang. Sebelum kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, yaitu masa Restorasi Meiji, kaisar berkuasa secara politik, walaupun ada konstitusi dan parlemen tetapi kaisar tetaplah menjadi sosok berpengaruh yang dipatuhi dan disegani rakyat. Pasca perang, kedudukan kaisar hanya menjadi simbol negara dan pemersatu masyarakat Jepang, tidak berperan aktif dalam pemerintahan. Hal tersebut dimuat dalam pasal 1 Konstitusi 1947. hal ini disebabkan oleh adanya penetrasi nilai barat yang selalu menjunjung adanya kehidupan yang demokratis dan pro terhadap hak-hak asasi manusia, sehingga dinilai bahwa sistem monarki oleh kaisar sangat bertentangan dengan demokrasi karena tidak akan ada partisipasi dari masyarakat dalam memilih governance nya yang dipercaya. Dan dari sinilah muncul sistem parlemen yang mengatur seluruh jalanya pemerintahan. Prinsip pacifism menggambarkan Jepang modern yang menolak perang. Jepang yang dahulu terkesan agresif melalui ekspansi militer yang dilaksanakan di kawasan Asia, pasca perang menjadi lebih mendukung perdamaian internasional. Sejalan dengan tercerminya pengakuan bahwa hak akan hidup dan keamanan sangat krusial sehingga perang harus dieliminasi dan Jepang juga melakukan demiliterisasi, hal tersebut sangat kontras dengan masa Restorasi Meiji di mana pasukan militer Jepang sangat kuat. Prinsip ini dimuat dalam pasal 9 Konstitusi 1947. walaupun demikian dalam hal

K. Koichi, Politics in Modern Japan: Development and Organization (Third Edition), Tokyo: Japan Echo Inc., 1988, p. 41

keamanan, Amerika Serikat mengambil alih perlindungan keamanan dengan membangun dan mempertahankan pangkalan-pangkalan perang di Okinawa. Masalah hak asasi manusia yang lebih dijunjung tinggi dimuat dalam pasal 11 Konstitusi 1947. Secara spesifik, hal ini berarti hak sipil amat diutamakan, rakyat diberikan kebebasan untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan pemerintahan, seperti yang tercermin dalam parlemen diet pasca perang yang lebih mengakomodasi kepentingan rakyat, serta sistem check and balances yang lebih baik antara badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Perubahan-perubahan tersebut dapat dengan mudah dialami oleh Jepang karena konsekuensi sebagai pihak yang kalah perang dan harus membuka diri terhadap sang pemenenang perang dunia.

Anda mungkin juga menyukai