Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang sangat penting bagi masyarakat sebagai salah satu sumber protein hewani yang murah serta mempunyai nilai gizi tinggi. Telur mengandung protein dengan susunan asam Selain itu, telur mengandung lemak tak

amino yang komplit dan seimbang.

jenuh, semua vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh serta kecernaannya cukup tinggi. Telur ayam lokal sering dijadikan sebagai telur konsumsi setiap hari. Ayam lokal yang dipelihara secara intensif memiliki produksi telur mencapai 150 butir per tahun. Jumlah produksi sebanyak ini sulit untuk dapat

memenuhi kebutuhan telur di Provinsi Aceh yang mencapai 2 juta butir per hari. Oleh karena itu, diambil alternatif telur ayam arab yang memiliki produksi telur berkisar antara 270-290 butir per tahun sebagai pengganti telur ayam lokal. Ayam arab merupakan ayam buras yang telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Aceh sebagai penghasil telur. Kandungan

protein telur ayam ini tergolong tinggi dan dapat meningkatkan kesehatan. Ayam ini dapat dijadikan sebagai penghasil telur konsumsi yang berkualitas baik

dibandingkan dengan telur ayam ras. Telur ayam arab selama ini dikonsumsi setiap pagi dan semakin terasa penting sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya nilai gizi dan taraf hidup masyarakat.

Meskipun prospek usaha ayam petelur sangat menarik, sejumlah tantangan dapat menjadi penghambat usaha yang bisa mengubah potensi keuntungan menjadi kerugian. Tantangan tersebut tidak perlu membuat peternak ayam arab petelur mengurungkan niatnya, bahkan sebaliknya menjadi penuntun untuk mencari jalan pemecahan masalah. Salah satunya adalah melakukan analisis ekonomi pemeliharaan ayam arab petelur. Berdasarkan analisis ekonomi biaya, usaha pemeliharaan ayam arab petelur dapat dibedakan ke dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi pembuatan kandang, peralatan kandang, tempat pakan dan penyusutan kandang. Sedangkan biaya tidak tetap meliputi

pembelian bibit, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting. Untuk itu perlu

peninjauan tingkat keuntungan dan kelayakan usaha pemeliharaan ayam arab petelur. Berdasarkan hal itu, penulis melakukan analisis ekonomi pemeliharaan ayam arab petelur di Field Lab Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 1.2. Tujuan Tujuan Praktek Akhir ini adalah untuk melihat keuntungan dan kelayakan pemeliharaan ayam arab petelur dengan cara menganalisis usaha pemeliharaan ayam tersebut di Field Lab Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Ayam Arab Petelur Menurut .Utomo dan Andoko (2003), sampai saat ini, ayam arab masih diperdebatkan, baik oleh para ahli unggas maupun peternak. Ada yang mengatakan sesuai dengan namanya, ayam arab berasal dari Arab Saudi. Terlepas dari perdebatan tentang dari mana negara asalnya, ayam ini mungkin bukan spesies asli ayam kampung karena tidak memiliki sifat mengeram. Kemungkinan besar ayam arab merupakan hasil persilangan dari ayam-ayam kelas Mediteranian seperti Leghorn, Minorca, atau Andalusian Menurut Sarwono (2004),. ayam arab petelur mempunyai keunggulan tersendiri, yaitu produksi telur tinggi. Pada umur 4-4,5 bulan, ayam arab sudah menghasilkan telur. Sejak itu sampai 7 bulan, rata-rata produktivitas ayam arab masih kurang dari 50 % dari populasi. Umur 8 bulan merupakan puncak produksinya dimana rata-rata produksi telurnya telah mencapai 80-90 %. Menurut Rasyaf (2005), tipe ayam petelur biasanya dipelihara untuk menghasilkan telur yang banyak. Ciri-ciri ayam petelur yang baik adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sehat dan tidak cacat Pial berwarna merah dan tidak pucat Umur 5 bulan memiliki bobot minimal 1,2 kg/ekor Kukunya relatif pendek Kepala relatif kecil Mata bulat dan cerah Bulu mengkilat seperti berminyak Cloaca halus, lembut dan tidak keriput Bentuk badan bulat dan perutnya lebar

2.2. Modal Menurut Abdullah (2003) yang dikutip dari situs

http://one.indoskripsi.com,

modal adalah biaya yang harus disediakan dan

merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan suatu usaha. Besar kecilnya modal akan sangat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh. Jadi, modal merupakan sumber daya untuk suatu proses produksi. Menurut Hidayat (2010), modal diartikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau untuk meningkatkan produksi. Lebih lanjut dikatakan bahwa modal sebagai barang atau uang yang bersama faktor-faktor produksi, tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang baru. Dalam proses, tidak ada perbedaan apapun antara modal

sendiri dan modal pinjaman, masing-masing menyumbang langsung pada produksi. Bedanya pada bunga modal yang dipinjamkan harus dibayar pada kreditur. Modal yang produktif adalah modal yang menyumbangkan hasil total sebanyak-banyaknya. 2.3. Pemasaran Menurut Stanton (2007), pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.

Menurut Kottler (1984b), pemasaran artinya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat/American Marketing Association (2007), pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. American Marketing Association (1960) yang dikutip dari situs

http://digilib.usu.ac.id,

mendefenisikan pemasaran sebagai pelaksanaan dunia

usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Kottler (1984a) dalam bukunya Marketing Management Analysis, menyatakan

Planning, and Control yang dikutip dari http://digilib.usu.ac.id,

bahwa pemasaran sebagai suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. 2.4. Biaya dan Penerimaan Menurut Annonimous (1993). yang dikutip dari situs web, www.scribd.com, biaya produksi adalah hasil perjumlahan antara biaya investasi dengan biaya operasional, diukur dalam satuan rupiah. Biaya produksi dibedakan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Siregar dan Samadhi (1988) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau tergantung pada perubahan volume

produksi atau tingkat keaktifan yang dilakukan. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah, penyusutan kandang dan peralatan. Biaya variabel adalah biaya yang

umumnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Biaya ini relatif mudah untuk dilakukan karena biaya tersebut langsung berkaitan dengan suatu produksi atau pelayanan tertentu. Jika tidak ada kegiatan produksi, maka biaya berubah sama dengan nol. Contoh biaya variabel adalah pembelian bibit, pembelian bahan makanan, pembelian obat-obatan dan upah tenaga kerja. Menurut Hidayat (2010), penerimaan adalah terjemahan dari revenue (atau sebaliknya ? yaitu suatu konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga jual per unitnya. Konsep penerimaan tentu saja dipandang dari sisi permintaan). Menurut www.scribd.com, Annonimous (1993). yang dikutip dari situs web,

penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh

perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi fisik dengan harga satuan dari produksi tersebut. Dalam hal ini jelaslah bahwa harga dari jumlah produksi sangat menentukan besar kecilnya penerimaan. Menurut Adiwilaga (1982), pendapatan adalah jumlah penerimaan total dari hasil usaha dikurangi biaya rill usaha. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi semua pengeluaran dari pelaksanaan usaha. Prasasto (1983) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya dari hasil usaha tani. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa pendapatan dipengaruhi oleh besar usaha, pemilikan cabang-cabang usaha lain,

koefisien dalam penggunaan tenaga kerja, kapital dan alat-alat, tingkat produksi, pemasaran, umur petani dan tingkat pengetahuan yang dimiliki.

BAB III DESKRIPSI LOKASI


3.1. Tempat dan Waktu Praktek Lapangan ini dilakukan di Field Lab Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang berlokasi di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Pelaksanaan kegiatan berlangsung selama 30 hari, mulai tanggal 4 Februari sampai 4 Maret 2010. 3.2. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaaan Praktek Lapangan ini dilakukan dengan cara : 1. Tinjauan Kepustakaan Tinjauan kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat teoritis, berupa penelaahan langsung ke sumber bacaan yang berkaitan dengan ayam arab, modal, pemasaran, biaya dan penerimaan. 2. Pengamatan Lapangan a. Observasi, yaitu kegiatan pengumpulan data atau informasi di lapangan dengan cara mengamati dan melihat lansung aktifitas yang dilakukan di Field Lab Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh b. Interview, yaitu mengadakan wawancara atau komunikasi langsung dengan pemilik dan karyawan yang ada di lokasi kegiatan. Data yang dikumpulkan

meliputi antara lain ternak (ayam arab), pakan, obat-obatan, tenaga kerja, biaya, dan produksi telur.

3. Informasi Internet Informasi internet merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat teoritis dan up to date, berupa penelaahan langsung ke sumber artikel yang berkaitan dengan ayam arab, modal, pemasaran serta biaya. Informasi yang diperoleh sangat bermanfaat bagi penyusunan tugas akhir ini. 3.3. Deskripsi Laboratorium Lapangan Jurusan Peternakan Field Lab Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

merupakan kebun percobaan milik Jurusan Peternakan Universitas Syiah Kuala yang berlokasi di Desa Rukoh, Darussalam Banda Aceh. Field Lab Jurusan

Peternakan ini mulai diaktifkan pada tahun 1998 dengan nama waktu itu Exfarm. Untuk menjalankan aktifitas di Ex-farm tersebut dibentuk suatu Usaha Bersama Mandiri (UBM) dengan anggota yang terdiri dari alumni Peternakan dan mahasiswa aktif. Jurusan

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan Biaya Perencanaan suatu usaha perlu dilakukan apalagi menyangkut dengan biaya yang diperlukan untuk mendirikan suatu usaha, seperti biaya kandang, peralatan, pakan dan sarana penunjang lainnya. 1. Biaya Tetap a. Perkandangan Biaya pembuatan kandang ditentukan oleh beberapa hal, yaitu bahan yang digunakan, luas kandang, lama pekerjaan, tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja. Jenis kandang yang digunakan di Field Lab Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Unsyiah untuk pemeliharaan ayam arab adalah kandang battery. Kandang ini sudah tersedia, biaya kandang dihitung sebagai biaya penyusutan kandang. Kondisi kandang di lokasi ini selalu bersih sehingga ayam tidak mudah terserang penyakit. Berdasarkan pengamatan, tidak dijumpai adanya ayam arab yang sakit selama pemeliharaan. Perhitungan biaya penyusutan kandang adalah sebagai berikut : Kandang Induk : Banyak = 1 Unit

Harga

= Rp 50.000.000 x 1 unit = Rp 50.000.000

Daya Tahan

= 30 tahun

Taksiran Nilai Akhir = Rp 5.000.000 Nilai Penyusutan = Rp 50.000.000 - Rp 5.000.000 30 tahun = Rp 1.500.000/tahun atau Rp 125.000/bulan Kandang Battery : Banyak Harga = 10 Unit = Rp 70.000/unit = Rp 700.000 Daya Tahan Taksiran Nilai Akhir = 10 tahun = Rp 3.000/unit x 10 unit = Rp 30.000 Biaya Penyusutan = Rp 700.000 - Rp 30.000 10 tahun = Rp 67.000/tahun atau Rp 5.583/bulan Total penyusutan kandang = Rp 125.000 + Rp 5.583 = Rp 130.583/bulan b. Peralatan Peralatan kandang meliputi tempat makan, tempat minum, ember dan sarana penunjang lainnya. Peralatan tempat pakan dan minum berupa pipa paralon yang dibelah dua. Peralatan sudah tersedia, biaya peralatan kandang dihitung sebagai penyusutan alat. x 10 unit

10

Perhitungan biaya penyusutan alat adalah sebagai berikut : Tempat Makan dan Minum Banyak = 3.3 m

Harga

= Rp 25.000/mt x 3,3 m = Rp 82.500

Daya Tahan Taksiran Nilai Akhir Biaya Penyusutan

= 2 tahun = Rp 0 = Rp 82.500 - Rp 0 2 tahun = Rp 41.250/tahun atau Rp 3.438/bulan

Peralatan Penunjang lainnya Banyak Harga = 1 Unit

= Rp 200.000/unit x 1 unit = Rp 200.000

Daya Tahan Taksiran Nilai Akhir Biaya Penyusutan

= 2 tahun = Rp 0 = Rp 200.000 - Rp 0 5 tahun = Rp 100.000/tahun atau Rp 8.333/bulan

Total Biaya Penyusutan Alat c. Ayam Arab

= Rp 3.438 + Rp 8.333 = Rp 11.771

Ayam arab yang dipelihara adalah ayam arab siap bertelur (pullet) terdiri dari jenis silver dan golden. Ayam ini dibeli dari Medan. Untuk penghitungan

11

keuntungan satu periode

pemeliharaan, maka biaya pembeliaan ayam arab Namun, untuk penghitungan usaha per

dimasukkan ke dalam biaya variabel.

bulan, maka biaya pembeliaan ayam arab ini dimasukkan ke dalam biaya investasi (biaya tetap). Perhitungan biaya ayam adalah sebagai berikut : Harga rata-rata pembeliaan pullet ayam arab = Rp. 45.000/ekor Jumlah pullet Biaya pembelian pullet = 100 ekor = Rp. 45.000 x 100 ekor = Rp. 4.500.000 Lama pemeliharaan Harga jual ayam afkir = 1 tahun = Rp 30.000/ekor

Nilai penjualan ayam arab afkir = 100 ekor x Rp 30.000 = Rp 3.000.000 Biaya penyusutan ayam = Rp 4.500.000 Rp 3.000.000 12 bulan = Rp 1.500.000 /tahun atau = Rp 125.000 /bulan 2. Biaya Variabel a. Ransum Jenis pakan yang diberikan untuk ayam arab petelur di Field lab adalah jenis pakan ayam petelur kode 524 produksi PT. Charoen Pokhand Medan. Pakan

yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, pemberian makanan dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Perhitungan biaya ransum adalah sebagai berikut :

12

Ayam arab menghabiskan ransum rata-rata = 90 g/ekor/hari Harga ransum Banyak ayam = Rp 4.300/kg = 100 ekor

Total konsumsi ransum = 90 g/hari x 100 ekor = 9.000 g /hari atau 9 kg = 9 kg x 30 hari = 270 kg/bulan Biaya ransum = 270 kg/bulan x Rp 4.300/kg = Rp 1.161.000/bulan b. Obat-obatan Selama melakukan praktek akhir ini, tidak ada obat-obatan yang diberikan untuk ayam arab ini karena tidak ada ayam yang sakit. Yang ada diberikan adalah vitamin seperti vitastress yang tujuannya untuk mencegah ayam stress. Perhitungan biaya obat-obatan adalah sebagai berikut : Kebutuhan obat-obatan (vitastress) selama 1 bulan = 1 kotak Harga vitastress 1 kotak = Rp 36.000 Biaya obat-obatan = Rp 36.000 x 1 kotak = Rp 36.000/bulan c. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja di Field Lab yang khusus menangani ayam arab petelur adalah sebanyak satu orang. Perhitungan biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut : Banyaknya tenaga kerja = 1 orang, 2 jam/hari

13

Upah tenaga kerja dihitung per hari sebanyak 1 jam harian orang kerja = Rp 10.000/jam/hari Biaya tenaga kerja = Rp 10.000/hari x 2 jam/hari x 30 hari = Rp 600.000/bulan d. Listrik Listrik hanya digunakan sebagai penerang di malam hari. Hanya 1 buah bola lampu berkekuatan 25 Watt malam hari. Perhitungan biaya listrik adalah sebagai berikut : Kwh terpakai per hari = 25 Watt x 12 jam = 300 Watt Jam atau 0,3 Kwh/hari Kwh terpakai per bulan = 0,3 Kwh/hari x 30 hari = 9 Kwh/bulan Harga listrik per Kwh Biaya listrik = Rp 400/Kwh = 9 Kwh/hari x Rp 400/Kwh = Rp 3.600/bulan e. Air Air yang digunakan dalam pemeliharaan ayam arab di Field Lab adalah air sumur, sehingga biaya air diabaikan. 4.2. Perhitungan Penerimaan Penerimaan adalah semua jenis penerimaan yang diperoleh dari hasil yang digunakan di dalam kandang selama

penjualan produk, baik produk utama maupun hasil sampingan. Jenis penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha pemeliharaan ayam arab di Field Lab adalah

14

hasil penjulan telur konsumsi. dijual sebagai pupuk.

Sedangkan hasil sampingan berupa feces tidak

Perhitungan penerimaan adalah sebagai berikut : Rata-rata produksi telur per hari = 70 butir

Banyaknya produksi telur per bulan = 70 butir/hari x 30 hari = 2.100 butir/bulan Harga telur = Rp 33.000/lempeng atau Rp 1.100/butir Penerimaan (Penjualan telur) = 2.100 butir x Rp 1.100/butir = Rp 2.310.000/bulan 4.3. Pendapatan dan Analisis Keuntungan Pendapatan diperoleh dari hasil penerimaan setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan (Pendapatan = Penerimaan Total Biaya). Jika

penerimaan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan (Penerimaan > Total Biaya), maka usaha tersebut menguntungkan, sebaliknya jika penerimaan lebih kecil dari total biaya (Penerimaan < Total Biaya), maka usaha tersebut rugi. Dengan kata lain, keuntungan diperoleh jika penerimaan lebih besar dari nol (Penerimaan > Rp 0). Analisis keutungan usaha ayam arab di Field Lab adalah sebagai berikut : Total Penerimaan = Rp 2.310.000 Total Biaya = Rp 2.067.954

15

Pendapatan

= Rp

242.046 > 0

Berarti usaha ayam arab yang dilakukan di Field Lab Peternakan Unsyiah menguntungkan. Dari jumlah keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan 100

ekor ayam arab menunjukkan bahwa per ekor ayam arab bisa menghasilkan keuntungan sekitar Rp 2.420/ekor. Jika peternak mengusahakan sebanyak 1.000

ekor maka setiap bulan ditaksir mendapatkan keuntungan sebesar 2,42juta rupiah. Jika 10.000 ekor maka keuntungan yang diperoleh ditaksir sebesar 24,2 juta rupiah per bulan. Ini menunjukkan bahwa peternakan ayam arab sangat

potensial untuk diusahakan. 4.4. Benefit Cost Ratio Cara lain menganalisis keuntungan adalah dengan cara menganalisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Analisis Benefit Cost Ratio (B/C ratio) adalah hasil perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hasil perhitungan B/C ratio dibandingkian dengan 1 yaitu : - Apabila B/C ratio > 1, maka usaha dikatakan layak - Apabila B/C ratio < 1, maka usaha dikatakan tidak layak Apabila B/C ratio = 1, maka usaha mencapai titik impas. Sesuai dengan pendapat Samadhi dan Siregar (1988), suatu alternatif dapat diterima apabila B/C ratio > 1, dan ditolak apabila sebaliknya. B/C = BiayaTotal B/C =
Penerimaan

Rp 2.310.000

16

Rp 2.067.954 B/C = 1.12 Karena Benefit Cost Ratio ( B/C ratio ) > 1 maka usaha ayam arab di Field Lab Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Unsyiah layak untuk dikembangkan dan diteruskan. Analisis keuntungan ayam arab petelur di Field Lab Unsyiah per bulan diringkas dalam Tabel 1-2. . Tabel 1. Perhitungan Biaya Investasi dan Biaya Depresiasi (Biaya Tetap)
Lama Pemeliharaan atau Daya Tahan (Thn) Taksiran Harga Jual/ Afkir (Rp) Depresiasi Per Tahun (Rp)

No

Uraian

Volume

Harga

Depresiasi Per Bulan (Rp)

1 2 3 4 5

Bibit Ayam Dara Kandang Induk Kandang batery Tempat pakan & Minum Peralatan penunjang Total

100 ekor 1 unit 10 unit 3.3 M 1 unit

4,500,000 50,000,000 700,000 82,500 200,000 55,482,500

1 30 10 2 2

3,000,000 5,000,000 30,000 8,030,000

1,500,000 1,500,000 67,000 41,250 100,000 3,208,250

125,000 125,000 5,583 3,438 8,333 267,354

17

Tabel 2.
No

Analisis Keutungan Usaha Ayam Arab Petelur di Field Lab Peternakan Unsyiah (per bulan)
Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) 1,100 Jumlah (Rp) 2.310.000 2.310.000 1.161.000 36.000 3.600 600.000 1.800.600 125,000 125,000 5,583 3,438 8,333 267,354 2.067.954 242.046 1,12*)

C D

Penerimaan Penjualan Telur Jumlah-A 1. Biaya Variabel Ransum Obat-obatan - Vita Stress Listrik Upah Tenaga Kerja Jumlah B1 2. Biaya Tetap Bibit Ayam Dara Kandang Induk Kandang batery Tempat pakan & Minum Peralatan penunjang Jumlah B2 Jumlah B1+B2 Keuntungan B/C Ratio

2,100 Butir

270 Kg 1 Kotak 9 Kwh 30 Jam

4,300 36,000 400 20,000

100 1 10 3.3 1

Ekor Unit Unit M Unit

125.000 5.58,3 104,18 8.333

*) B/C Ratio > 1 = Layak usaha

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan Berdasarkan Praktek Lapang yang telah dilakukan di Usaha Ayam Arab Field Lab Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengusahaan ayam arab di Field Lab Jurusan Peternakan menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari biaya. Keuntungan dari pemeliharaan ayam arab di lokasi tersebut adalah rata-rata Rp 2.420/ekor/bulan. 2. Analisis B/C ratio diperoleh 1,12 (>1), yang berarti usaha tersebut layak dijalankan. 3. Berdasarkan analisis keuntungan yang dilakukan, maka usaha ayam arab

sangat berpotensi dikembangkan di Aceh. 5.2. Saran Berdasarkan Praktek Lapang yang telah dilakukan di Usaha Ayam Arab Field Lab Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian penulis menyarankan : 1. Usaha ayam arab di Field Lab Unsyiah sebaiknya ditingkatkan skala Universitas Syiah Kuala,

pengusahaannya agar volume keuntungan yang diperoleh lebih besar.

19

2. Perlu dikembangkan usaha ayam arab petelur di masyarakat sebagai penghasil telur konsumsi ayam buras agar pendapatan masyarakat di pedesaan dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah. 2003. Pentingnya Modal. http://one.indoskripsi.com Adiwilaga. 1982. Pendapatan. Alumni, Bandung American Marketing Association, 1960. Pemasaran Arus Barang dan Jasa, http://digilib.usu.ac.id Annonimous. 1993. Biaya Produksi. www.scribd.com. Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat/American Merketing Association. 2007. Arah Perdagangan Pada Aliran Barang. Posted on July 31, 2007. Chinmi Wordpress.com. Hidayat, C. 2010. Penerimaan. Mitra Wacana Media, Jakarta Kottler, P. 1984a. Marketing Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Prasasto,R.R. 1982. Analisis Fungsi Produksi Dan Biaya Produksi Sapi Kereman Peranakan Ongole Di Kecamatan Poncol. Magetan, Thesis, Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor, Bogor. _________ 1984b. Pemasaran Proses Sosial. http://digilib.usu.ac.id Rasyaf, M. 2005. Ciri-Ciri Ayam Petelur yang Baik. Penebar Swadaya, Jakarta Sarwono. 2004. Keunggulan Ayam Arab. Penebar Swadaya. Jakarta Siregar dan Samadhi. 1988. Biaya Produksi. http://Edukasi-net (n.d). Stanton. 2007. Pemasaran Sistem yang Berhubungan. Salemba Empat, Jakarta Utomo dan Andoko. 2003. Asal Usul Ayam Arab. Penebar Swadaya, Jakarta

20

21

Anda mungkin juga menyukai