Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan pertumbuhan penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun, kebutuhan akan pemenuhan energi listrik dan juga bahan bakar secara nasional pun semakin besar. Selama ini kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh sumber daya tak terbaharukan seperti minyak bumi dan batu bara. Namun tidak selamanya energi tersebut bisa mencukupi seluruh kebutuhan manusia dalam jangka waktu yang panjang mengingat cadangan energi yang semakin lama semakin menipis dan juga proses produksinya yang membutuhkan waktu jutaan tahun(Istadi,2009). Indonesia memang menjadi salah satu negara paling boros dalam pemakaian energi. Dirjen Minyak dan Gas Bumi Departemen ESDM pemerintahan periode yang lalu, Evita Legowo, dalam sebuah Seminar di UI Jakarta mengungkapkan bahwa, meskipun konsumsi energi per kapita Indonesia kecil, yakni 0,467 toe per kapita dibanding misalnya Jepang 4,14 toe per kapita, namun intensitas energi Indonesia ternyata sampai pada angka 470 toe per juta dolar AS PDB, sementara Jepang hanya 92,3 toe per juta dolar AS PDB(Misbahul munir,2009).
Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2008-2027, dibutuhkan kapasitas pembangkit listrik tak kurang dari 149 GW pada tahun 2027. Sementara itu saat ini kapasitas pembangkit kita tak lebih dari 21 GW. Fenomena inilah yang terjadi dalam pengadaan energi di Indonesia. Krisis energi menjadi perhatian serius yang harus segera dicarikan solusinya. Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini tentu membutuhkan pasokan energi listrik yang tidak sedikit apalagi bahan bakar untuk keperluan sehari-hari yang semakin meningkat seiring bertambahnya kebutuhan masyarakat Indonesia(Jupz,2009a). Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah dalam Kebijakan Energi Nasional 2006 (KEN 2006) yang tercantum dalam Perpres no. 5 Tahun 2006 menyebutkan bahwa sasaran jangka panjang pengembangan energi terbarukan adalah Target bauran dari energi hidro, panasbumi, surya, nabati dan energi baru lainnya pada tahun 2025 mencapai total lebih dari 17% (target no 4,5,6,7) dari keseluruhan energi yang dipergunakan. Kebijakan Energi 1

Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Sasaran KEN 2006 : Terwujudnya energi primer yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional: minyak bumi menjadi kurang dari 20%, Gas bumi menjadi lebih dari 30% , Batubara menjadi lebih dari 33%, Bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5%, Panas bumi menjadi lebih dari 5% , Energi baru dan energi terbarukan

lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5%, Batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2%(Jupz,2009b). Dengan adanya perpres no 5 tahun 2006 tersebut, di Indonesia telah digalakkan penggunaan renewable energy sebagai energi alternatif untuk

menghasilkan energi listrik. Sering disebut dengan Renewable Energy Source(RES). Listrik yang dihasilkan oleh RES adalah listrik arus searah(DC) (Juan Manuel Carrasco, 2004). Listrik hasil RES, dapat diintegrasikan dengan jaringan PLN untuk membantu pemenuhan permintaan energi listrik. Sistem ini disebut dengan sistem grid connected. Untuk mengaplikasikan listrik hasil RES ke jaringan, listrik DC harus diubah terlebih dahulu ke listrik AC, yaitu dengan menggunakan inverter. Sistem connected grid ini pada dasarnya bertujuan untuk menggunakan energi yang ramah lingkungan, dan untuk mengatasi ketidakstabilan pada tegangan (voltage sags, swells, spikes, dan noise), serta mengurangi penggunaan BBM pada sistem interkoneksi genset di wilayah pedesaan. Perbedaan mendasar antara sistem connected grid dengan sistem hybrid adalah sistem connected grid tidak menggunakan baterai, sehingga lebih ekonomis(Arkadiusz kulka,2009). Bagian terpenting dalam sistem connected grid terletak pada controller-nya. Keluaran dari inverter harus dikontrol sedemikian rupa sehingga memiliki parameter listrik(tegangan, frekuensi, daya) yang sama dengan jaringa (Juan Manuel Carrasco, 2004). Pemilihan inverter beserta topologinya juga merupakan hal yang sangat penting dalam sistem connected grid. Pemilihan inverter yang baik adalah inverter yang menghasilkan gelombang keluaran dengan harmonisa yang sangat kecil. Dalam tugas akhir ini, penulis mendesain

inverter jenis multilevel inverter dengan topologi diode-clamped yang akan diprogram pada PIC 16F877.

1.2

PERMASALAHAN Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa permasalahan dan

penyelesaiannya, diantaranya : 1. Terdapat berbagai macam RES, yaitu meliputi tenaga surya, angin, air, dan lain lain. Jadi, untuk menyimpulkan berbagai macam jenis RES tersebut, penulis menggunakan sumber DC sebagai penggantinya. 2. Arus keluaran inverter yang diharapkan adalah mendekati sinusoidal. Karena alasan ini, penulis mendesain multilevel inverter lima tingkat sebagai pengganti inverter konvensional. 3. Desain multilevel inverter lumayan rumit. Pada penelitian ini, penulis mengkonsentrasikan pada desain sistem kontrolnya. Karenanya, penulis memerlukan jenis multilevel inverter yang sederhana. Penulis memilih jenis diode clamped. 4. Masalah utama pada sistem connected grid adalah sinkronasi tegangan, frekuensi, dan fasa antara keluaran inverter dengan jaringan PLN. Untuk mengatasinya, diperlukan desain sistem kontrol yang tepat.

1.3

TUJUAN Mendesain prototype multilevel inverter jenis diode clamped yang

dihubungkan dengan jaringan PLN 220 Volt/50 Hz dan memiliki kapasitas daya sebesar 1000 Watt, beserta sistem kontrolnya.

1.4

METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa metode, yaitu : Studi literatur, yaitu mencari referensi referensi yang sesuai untuk menunjang pengetahuan dalam bidang yang diteliti, yang meliputi buku, artikel, jurnal, dan lain lain.
3

1.

2. 3. 4.

Mendesain simulasi perancangan dengan menggunakan software PSIM 9.0. Melakukan eksperimen di laboratorium yang berupa perakitan hardware. Pengujian akhir, yaitu melakukan pengukuran dan pengambilan data dari rangkaian simulasi dan rangkaian rakitan.

1.5

MANFAAT PENULISAN Manfaat yang didapat dari penulisan tugas akhir ini antara lain :

Menambah pengetahuan mengenai teori sistem grid connected, khususnya bagi mahasiswa jurusan teknik elektro bidang energi listrik.

Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara memanfaatkan RES. Sehingga, energi terbarukan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

1.6

SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab, yaitu sebagai

berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini berisi gambaran umum tentang objek yang dipelajari, tujuan, manfaat penulisan, sistematika penulisan dan rencana penelitian. BAB 2 DASAR TEORI Bagian ini memuat landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang dipelajari, menyangkut multilevel inverter, sistem loop tertutup dan loop terbuka, sistem grid connected dan PIC 16F877. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini berisi deskripsi detil dari tata cara eksperimen, simulasi atau perancangan yang dilakukan dalam penelitian. Didalamnya telah terdapat flowchart penelitian serta perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. BAB 4 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi hasil hasil yang diperoleh dari penelitian. BAB 5 KESIMPULAN Bagian ini berisi kesimpulan dari keseluruhan laporan tugas akhir ini.
4

DAFTAR PUSTAKA Berisi referensi referensi yang penulis gunakan dalam penulisan tugas akhir ini.

Anda mungkin juga menyukai