Anda di halaman 1dari 10

PENYULUHAN PERTANIAN

Semester VI tahun ajaran 2010/2011


PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Wendi Irawan D

150310080137

Dedy Napitupulu

150310080138

Rina Paramita

150310080139

Annisa Wahyurani 150310080140

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011 BAB I PENDAHULUAN Program Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan. Secara historis proses pembangunan dan industrialisasi pertanian di berbagai negara pada umumnya diawali dari penguatan sektor pertanian. Langkah ini ditempuh melalui modernisasi institusi perdesaan dan pergeseran pertanian berskala kecil ke pertanian kapitalis berskala besar serta peningkatan produktivitas pertanian (Weisdorf, 2006). (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008). Programa penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan pertanian yang disusun setiap tahun memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian, pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan. Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) juga mengamanatkan bahwa programa penyuluhan pertanian terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional. Agar programa penyuluhan ini dapat merespon secara lebih baik aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha di perdesaan, penyusunan programa penyuluhan diawali dari tingkat desa/kelurahan. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), maka programa penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan petani. Programa penyuluhan pertanian di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan akan menentukan besarnya pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Program Pembangunan Pertanian dengan Programa Penyuluhan

Pertanian Penyuluhan pertanian terintegrasi dengan subsistem program pembangunan pertanian. Proses penyusunan programa penyuluhan pertanian dilakukan secara sinergis dan terpadu dengan proses perencanaan pembangunan pertanian. Penyusunan programa penyuluhan pertanian dilakukan secara partisipatif untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dalam melaksanakan program pembangunan pertanian . Keterkaitan programa penyuluhan pertanian dengan perencanaan pembangunan dapat dilihat pada bagan berikut ini:

2.2 Program Pembangunan Pertanian Provinsi Jawa Barat

Pertanian di Jawa Barat sudah ada dan tumbuh dimasyarakat serta masih memiliki potensi yang besar dan variatif untuk didukung agro ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian sehingga komoditas pertanian memiliki citra yang positif dan berdaya saing baik pada tingkat lokal, regional dan internasional. Pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat diarahkan pada (1) pengembangan industri input yang memadai dari segi jumlah, kualitas dan waktu sesuai dengan tuntutan pengembangan agribisnis hilir (2) pengembangan teknologi budidaya dan organisasi produksi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman, ternak dan ikan dengan menggunakan lahan minimal dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan aman bagi konsumen. (3) peningkatan nilai tambah melalui pengolahan hasil produk primer, (4) pengembangan sistem pemasaran yang berorientasi pada perubahan permintaan konsumen, (5) pengembangan penunjang sistem agribisnis yang berfungsi mengatur dan memandu sistem agribisnis, dan (6) pengembangan jejaring bisnis terintegrasi yang menggambarkan harmoni antar pelaku bisnis pada tingkat institusi pemerintah terkait, produsen dan pelaku jasa agribisnis dalam lingkup wilayah dan lingkup fungsional. 2.2.1 Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah di Sektor Pertanian Provinsi Jawa Barat Tahun 20052025 2.2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ke-1 (2005 - 2008) : Tahap Penguatan Sistem Agribisnis Penyusunan strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat didasarkan kepada kondisi permasalahan faktual pada sistem agribinis serta adanya peluang dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan lingkungan. Strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat diharapkan dapat menghantarkan agribisnis pada kondisi ideal sebagai salah satu core business Jawa Barat dan mampu mewujudkan masyarakat sejahtera Jawa Barat tahapan penguatan sistem agribisnis Jawa Barat disusun meliputi enam aspek penguatan antara lain 1) penguatan sumber daya manusia, 2) penguatan usaha, 3) penguatan kondisi lingkungan, 4) penguatan sarana dan prasarana, 5) penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis dan 6) Penguatan koordinasi kelembagaan.

2.2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ke-2 (2008 2013) :

Tahap Reposisi dan Revitalisasi Pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat tidak dimulai dari nol, tetapi dimulai dengan penataan agribisnis yang ada dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap sub sistem agribisnis. Dari segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini: (1) Penataan agribisnis yang ada, (2) Perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3) Revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi, (4) Mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) Realokasi sumberdaya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumberdaya ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis. Tahap ini diharapkan akan tuntas pada jangka waktu lima tahun pertama dalam perencanaan ini.
2.2.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ke-3 (2013 2018) :

Tahap Pemantapan Mutu Tahap pemantapan mutu merupakan tahap pengembangan teknologi agribisnis hulu sampai dengan agribisnis hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap pembangunan agribisnis di Provinsi Jawa Barat. Pemantapan mutu merupakan komitmen Provinsi Jawa Barat untuk merespons setiap tuntutan konsumen, terutama terhadap mutu, kenyamanan, keamanan, kesehatan, kelestarian dan isu-isu lingkungan lainnya. Tuntutan tersebut memerlukan rekayasa teknologi di semua sub sistem agribisnis. Pada tahap ini diperlukan: (1) Supply Chain Management yang efektif dan efisien, (2) Budaya mutu dan merk, (3) Sertifikasi dan standisasi produk, (4) Respons terhadap upaya mencapai kepuasan konsumen, dan (5) Kelembagaan penunjang yang efisien.

2.2.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ke-4 (2018 2023) :

Tahap Pengembangan Jaringan Pada tahap ini, pengembangan pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah menguasai jaringan bisnis yang luas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam sistem agribisnis. Untuk itu diperlukan: (1) Holding Company dan integrasi vertikal tingkat lokal, regional, dan internasional, (2) Kolaborasi bisnis di tingkat Jawa Barat dan provinsi lain, dan (3) Relasi bisnis di pasar internasional. Pada tahap ini agribisnis Provinsi Jawa Barat sudah berkembang menembus batas-batas wilayah provinsi dan negara. Konsekuensinya adalah pada tahap ini persaingan global akan semakin kuat. Selama tahapan sebelumnya dapat dilalui dengan baik, pada tahap pengembangan jaringan ini akan dapat dilalui dengan baik.
2.2.1.5 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ke-5 (2023 2025) :

Tahap Ekspansi Pada tahap ini pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah memasuki tahap pemenangan persaingan, baik nasional maupun global. Untuk itu diperlukan: (1) Penguatan keunggulan kompetitif, (2) Terpenuhinya konsumsi Provinsi Jawa Barat dan domestik, (3) Tingginya daya terima pasar internasional, dan (4) Nilai tambah ekspor yang tinggi. Kegiatan agribisnis pada tahap ini dicirikan dengan komitmen yang tinggi terhadap tujuan memenangkan keunggulan kompetitif di pasar global, dengan ciri bisnis yang berorientasi pada efisiensi, kualitas, keamanan dan keberlanjutan. Wujud Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi termaju di Indonesia akan terlihat pada tahap ini.
2.3 Programa Penyuluhan Pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor


2.3.1 Profil Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K)

Kabupaten Bogor A. Dasar Hukum PERDA No.15 Tahun 2008 tentang pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

1)

Tugas Pokok

Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dibidang Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2) Fungsi
a.

Penyusunan kebijakan dan program penyuluhan daerah yang sejalan Penyusunan kebijakan, program dan kegiatan penyuluhan yang

dengan kebijakan dan program penyuluhan Provinsi dan Nasional.


b.

mendukung kebijakan, programdan kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan daerah.
c.

Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan Pengumpulan, Pembinaan pengolahan, pengembangan pengemasan kerjasama, dan penyebaran materi

metode penyuluhan.
d.

penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha.


e.

kemitraan,

pengelolaan

kelembagaan, ketenagaan, saran dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan.


f. Penumbuhkembangan dan fasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku

utama dan pelaku usaha. g.


2.3.2 Programa

Peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai Negeri Sipil, Swadaya dan Penyuluhan Pertanian Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor Tahun 2010
1) Programa Peningkatan Kesejahteraan Petani, meliputi kegiatan :

a. b. c. d. e.

Peningkatan kemampuan Lembaga Tani Sekolah Lapang Pengelolaan Pertanian Terpadu Pendukung Manajemen Usaha Tani Penguatan Kelembagaan Penyuluhan Pemberdayaan Lembaga Penyuluhan Swadaya

2) Programa Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, meliputi

kegiatan :
a. b.

Penyelenggaraan Demplot dan Kursus Tani Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Tingkat Penyusunan Program dan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kecamatan dan Tingkat Kabupaten


c.

Kehutanan
3) Programa Peningkatan Produksi Hasil Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, meliputi

kegiatan :
a. b. c. d.

Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian Penyuluhan Peningkatan Produksi Peternakan Penyuluhan Peningkatan Produksi Perikanan Penyuluhan Peningkatan Produksi Kehutanan Pembuatan Media Penyuluhan Cetak dan Elektronik Penyebarluasan Informasi Penyuluhan dan Promosi Produk Analisis Perbandingan Program Pembangunan Pertanian dengan Programa

4) Programa Penerapan Teknologi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, meliputi kegiatan : a. b.

2.4

Penyuluhan Pertanian Dari programa penyuluhan pertanian, serta program pembangunan pertanian diatas, dapat dilihat bahwa perbedaan dari keduanya adalah pada sasarannya. Dimana untuk sasaran dari programa penyuluhan merupakan petani atau pelaku usaha dari pertanian itu sendiri, karena sifat dari programa ini adalah sebagai penuntun bagi penyuluhan pertanian agar tujuan dan maksud dari penyuluhan pertanian tercapai. Sedangkan pada program pembangunan pertanian sasarannya adalah peningkatan pertumbuhan sektor pertanian secara makro, dengan harapan yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pertanian dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Program pembangunan pertanian merupakan landasan dari programa penyuluhan yang dibuat. Pada kasus di atas dapat dikatakan bahwa programa penyuluhan yang dibuat oleh BP4K Kabupaten Bogor telah seslaras dengan program pembangunan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Program pembangunan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 adalah mereposisi dan merevitalisasi sektor pertanian. Maka programa yang dibuat oleh BP4K kabupaten Bogor adalah

programa-programa penyuluhan yang bisa menyokong program pembangunan Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah programa peningkatan kesejahteraan petani, programa pemberdayaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, programa peningkatan produksi hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan, programa penerapan teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Diakses melalui http://www.damandiri.or.id/file/dwiharyonoipbbab2.pdf (Pada tanggal 5 Mei 2011). Anonim. 2011. Diakses melalui http://cybex.deptan.go.id/files/Permentan%20Programa.PDF (Pada tanggal 5 Mei 2011). Anonim. 2011. Diakses melalui http://www.deptan.go.id/bpsdm/stppmagelang/download/terampil_rktp.pdf (Pada tanggal 5 Mei 2011). Anonim. 2011. Diakses melalui http://www.scribd.com/doc/15439908/Rencana-PembangunanJangka-Panjang-Propinsi-Jawa-Barat (Pada tanggal 5 Mei 2011).

Anda mungkin juga menyukai