Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TECHNOLOGY AND SOCIETY

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA Yang Dibimbing Bapak Kadim Masjkur

Disusun oleh : Riyya Hanifah Dewi Amiroh Eka Puji Astutik 108321409724 108321409725 108321417076

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2011

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TECHNOLOGY AND SOCIETY

A. JUDUL MODEL PEMBELAJARAN STS (Science, Technology and Society)

B. TUJUAN 1. 2. 3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Untuk meningkatakan kreativitas dan sikap ilmiah siswa Menggunakan konsep dan keterampilan proses sains dalam kehidupan sehari-hari

C. LANDASAN TEORI 1. Pendekatan STS a. Pengertian STS National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1) memandang STS sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience. STS dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari. Definisi lain tentang STS dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1) bahwa STS merupakan an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a technical society, education must integrate across disciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STS haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STS merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STS dengan

demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi. b. Tujuan Pendekatan STS Berdasarkan pengertian STS sebagaimana diungkapkan di bagian sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan pendekatan STS ini secara umum sebagaimana diungkapkan oleh Rusymansyah (2006: 3) adalah agar para peserta didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup sehingga ia mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya. PENN STATE (2006:1) secara lebih terinci merumuskan tujuan STS/ STS sebagai berikut : 1) STS provides a bridge between the sciences and the liberal arts. 2) STS encourages communication between diverse disciplines, so students may better appreciate the many complex ways in which science, technology, and society interact. 3) STS critically examines issues such as genetic engineering, the environment, emergent diseases, computers and the Internet, applied ethics, nuclear waste, and international agriculture. 4) STS provides students with the foundations for responsible citizenship, and the skills necessary to succeed in a highly competitive and constantly changing future workplace Sedangkan NC State University (2006:1) menggariskan tujuan program pembelajaran STS/STS sebagai berikut : 1) Help its students learn some of the alternative ways of thinking and conducting research that characterize the interdisciplinary Science, Technology & Society field, and to relate these to larger human concerns 2) Enable its students to explore complex STS topics by seeing them from multiple perspectives and in relation of other topics, and to integrate STS information and concepts from a variety of sources 3) Provide its students with the skills and resources to learn key STS concepts, literature, practices, and issues in order to encourage lifelong learning

Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa STS dikembangkan dengan tujuan agar : 1) Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas 2) Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspektif untuk menyikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah 3) Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjwab sosial.

c. Karakteristik STS Pendekatan STS memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pembelajaran yang lain: 1) Identifikasi masalah oleh murid yang mempunyai dampak negatif, masalah ini dapat pula dimunculkan oleh guru. 2) Menggunakan masalah yang ada dimasyarakat yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan materi pokok. 3) Meningkatkan kesadaran murid akan dampak iptek. 4) Meningkatkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam melampaui jam pelajaran di kelas. 5) Memperluas wawasan murid mengenai sains lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian. 6) Mengikutsertakan murid untuk mencari informasi ilmiah atau informasi teknologi. 7) Mengenalkan peranan sains dalam masyarakat. 8) Memfokuskan pada kasus yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. 9) Meningkatkan kesadaran murid akan tanggung jawab sebagai warga Negara dalam memecahkan masalah yang muncul di masyarakat terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. 10) Sains merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi murid.

Dari karakteristik yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan kembali bahwa pendekatan STS memiliki karakteristik: 1) Dalam pembelajaran murid diajak untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Sumber permasalahan berasal dari lingkungan kehidupan sehari-hari melalui berbagai media yang ada seperti media cetak, video, atau klip berita. 2) Masalah yang diangkat dalam pembelajaran dengan pendekatan STS adalah permasalahan social teknologi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa. Dengan adanya masalah ini, diharapkan siswa menyadari adanya hubungan antara apa yang dipelajarinya dengan apa yang ia temui dalam kehidupannya sehingga siswa menjadi lebih berminat mempelajari materi pelajaran sebab ia merasa tertarik dengan permasalahan yang diajukan. 3) Dalam pembelajaran dengan pendekatan STS, guru memberikan tugas proyek, tugas kelompok untuk survey lapangan, dan lain sebagainya di luar jam pelajaran di kelas. Siswa dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran. 4) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan dampak IPTEK. Ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbagai produknya tidak dapat dipungkiri lagi sangat memudahkan manusia. Namun demikian harus dicermati pula berbagai dampak yang ditimbulkan tidak seluruhnya positif. 5) Pembelajaran dengan pendekatan STS merupakan pembelajaran multi tujuan sehingga apa yang dipelajari dapat berhubungan denga disiplin ilmu lain dan berupaya untuk menyadarkan siswa tentang berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan STS sangat kaya dengan nilai-nilai. 6) Dalam pembelajaran siswa diminta untuk menganalisis permasalahan social dan teknologi yang terkait dengan materi yang dipelajari. Analisis ini dibantu dengan pemahaman materi yang diperoleh siswa melalui pembelajaran. Selain itu, siswa juga mencari informasi lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran. 7) Melalui pendekatan STS, siswa diharapkan dapat menyadari keterkaitan dan peranan sains dalam kehidupan. Kebanyakkan siswa berpendapat bahwa sains adalah ilmu yang asing dengan kehidupan siswa.padahal sains mempunyai banyak peranan dalam kehidupan masyarakat. Kemajuan ilmu

teknologi juga ditunjang oleh perkembangan ilmu sains demikian pula sebaliknya. 8) Kasus yang diangkat dlam pembelajaran adalah kasus yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena sains sangat berhubungan dengan teknologi, sehingga diharapkan siswa terbanru dalam mengkonstruksi pengetahuan ynag akan dipeljarinya. 9) Salah satu penekanan pembelajaran sains adalah membentuk sikap siswa sehingga sadar akan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat dan dapat bertindak arif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang dialaminya. 10) Apabila sains dikemas dengan pembelajaran yang baik, maka pembelajaran sains akan menyenangkan bagi siswa. Kesan siswa tehadap sains sangat bergantung pada bagaimana pembelajaran dilakukan.

2.

Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan menilai/memutuskan.Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan pengelolaan proyek. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan. Berpikir kritis meliputi aktivitas-aktivitas: a. Memperhatikan detil secara menyeluruh b. Identifikasi kecenderungan dan pola, seperti memetakan informasi, identifikasi kesamaan dan ketidaksamaan c. Mengulangi pengamatan untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan d. Melihat informasi yang didapat dari berbagai sudut pandang e. Memilih solusi-solusi yang lebih disukai secara obyektif

f. Mempertimbangkan dampak dan konsekuensi jangka panjang dari solusi yang dipilih Bagi siswa, berpikir kritis dapat berarti: a. Mencari dimana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang didiskusikan b. Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumen-argumen yang berbeda c. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan d. Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengar ke simpulan yang telah ditetapkan berdasarkan pada bukti-bukti yang mendukungnya e. Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna dari argumen yang akan disampaikan f. Menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argumen tersebut.

3. Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).Sikap-sikap ilmiah meliputi: a. Objektif terhadap fakta. Objektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3. b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum datadatanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut. c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.

d.

Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.

e.

Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.

f.

Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.

g.

Tekun. Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh malas,mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidakmudah putus asa.

h.

Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi. Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatansecara emosi.

i.

Kepedulian terhadap Lingkungan. Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar

penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. j. Bekerja Sama. Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerjasama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan dirisendiri. 4. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans 1990:5). Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan siswa dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston 1988:208). Dengan demikian siswa lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Ada enam dasar keterampilan proses sains a. Pengamatan (Observation) Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamati benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berarti kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya. Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan.

b. Komunikasi (Communication) Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. c. Pengelompokan (Classification) Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam. d. Pengukuran (Measurement) Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan acuan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa banyak dengan acuan apa. e. Kesimpulan (Inference) Kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar kita. Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan. f. Ramalan (Prediction) Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada hipotesis.

D. LANGKAH - LANGKAH Langkah-langkah model pembelAjaran STS adalah 1. Pendahuluan Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa, maka masalah dapat dikemukakan guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih memahami permasalahan. Dalam tahap ini melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan di luar kelas secara kelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan siswa mengontruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya kontruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep. 2. Pembentukan konsep Pada tahap ini guru dapat melakukan berbagai metode pembelajaran misalnya demonstrasi, diskusi, dan bermain peran. Pendekatan ini juga memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan misalnya ketrampilan proses, pendekatan sejarah, dan pendekatan kecakapan hidup. Selama melakukan berbagai aktifitas pada tahap pembentukan konsep siswa diharapkan mengalami perubahan konsep menuju arah yang benar sampai pada akhirnya konsep yang dimiliki sesuai dengan konsep para ilmuwan. Pada akhir tahap ini siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap maslah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep para ilmuwan. 3. Aplikasi konsep Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yan benar. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh siswa dapat menggunakan produk-produk teknologi listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain misalnya karena akibat hubungan pendek. Contoh yang lain siswa dapt menjadi hemat dalam penggunaan sumber energy setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini.

4. Pemantapan konsep Pada tahap ini, guru melakukan penulusuran terhadap konsepsi siswa yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat adanya kesalahan konsep pada tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep penting untuk mempengaruhi retensi materi siswa. 5. Penilaian/evaluasi Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan mengingat beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STS. Sistem penilaian yang dianjurkan adalah portofolio.

Contoh Perencanaan Model Pembelajaran STS (Science Technology and Society ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu : SMP : IPA : VII/ 2 : 2 x 45 menit

1) Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari 2) Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 3) Indikator Menjelaskan perubahan bentuk energi Menjelaskan penerapan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari 4) Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan diskusi siswa mampu menjeaskan perubahan bentuk energi Setelah melakukan diskusi siswa mampu menjelaskan penerapan bentukbentuk energi dalam kehidupan sehari-hari

5) Materi Pembelajaran Ada bermacam-macam bentuk energi, yaitu energi kimia, listrik, panas, dan mekanik. Energi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lainnya, contohnya adalah panel surya yang bisa mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik.

6) Model Pembelajaran Metode Pembeljaran

: STS (Science Technology and Society) : diskusi, tanya jawab

7) Langkah-langkah Pembelajaran No. 1 Langkah-langkah Pendahuluan Kegiatan Guru Menceritakan cerita/ uraian singkat yang ada di LKS Using Thermal Energy Membagikan LKS kepada siswsa Menanyakan masalah yang ada di dalam Membentuk kelompok diskusi, tiap kelompok beranggotakan 3 orang Memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi permasalahan dan soal dalam LKS 3 Aplikasi Konsep Memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya (hasil diskusi) di depan kelas berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya 4 Pemantapan Konsep Memberikan penguatan konsep tantang bentukbentuk energy dan Mendengarkan penjelasan guru Mengemukakan pendapatnya (hasil diskusi) di depan kelas berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya Membaca keseluruhan cerita yang ada di LKS Menemukan dan mengutarakan permasalahan yang ditemukan 2 Pembentukan Konsep Membentuk kelompok dan mendiskusikan pemecahan masalah dan soal yang ada dalam LKS Kegiatan Siswa Mendengarkan cerita/ uraian singkat dari guru

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari an membenarkan konsep yang keliru Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan konsep yang belum dimengerti 5 Penilaian/ evaluasi Memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk membuat alat yang menggunakan prinsip perubahan bentuk energi Siswa menjawab pertanyaan dari guru Menanyakan konsep yang belum dimengerti

Anda mungkin juga menyukai