PENGECORAN BIASA
Learning Outcomes
Outline Materi :
Tahapan Pengecoran Logam Jenis Cetakan Saluran Masuk, Penambah, dan Karakteristik Pembekuan Jenis, Bahan, dan Konstruksi Pola
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Penuangan logam cair ke dalam cetakan; Pembongkaran; Pembersihan coran; Pemeriksaan; Proses daur ulang pasir.
Gambar 11.1 Diagram alir proses pengecoran
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Proses Pengecoran :
Pengecoran biasa, pengisian dilakukan tanpa tekanan; Pengecoran khusus, pengisian dilakukan dengan tekanan. rongga rongga cetakan cetakan
Bina Nusantara
11-3
PENGECORAN BIASA
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Cetakan Pasir :
cawan tuang
(pouring basin),
bagian atas cetakan (cope), bagian bawah cetakan (drug), alas cetakan (bottom board), sambungan pemisah (joint for parting),
PENGECORAN BIASA
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Prosedur pembuatan cetakan pasir dengan pola yang dapat dipakai berulang-ulang :
Gambar 11.3 Prosedur pembuatan cetakan pasir dengan pola yang dapat dipakai berulang-ulang
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Kerugian : Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran; Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penanganan khusus lebih sederhanan; Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik; Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Sistem Saluran Masuk : berfungsi untuk mengalirkan logam cair ke dalam rongga cetakan.
PENGECORAN BIASA
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
cair untuk mengimbangi penyusutan (shrinkage) dalam pembekuan dari coran. Logam cair dalam penambah harus membeku lebih lambat dari coran. Jenis Penambah : A. Terbuka, B. Buntu.
PENGECORAN BIASA
Penambah terbuka
Berhubungan dengan udara luar pembekuan logam cair lebih cepat
Penambah buntu
Tidak berhubungan dengan udara luar pembekuan logam cair lebih lambat Pembekuan lambat dibutuhkan lebih sedikit logam cair dapat dibuat lebih kecil Kecil lebih ekonomis
Pembekuan cepat dibutuhkan cadangan logam cair lebih banyak harus dibuat lebih besar Besar kurang ekonomis
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Karakteristik Pembekuan :
Pembekuan (solidifikasi) : transformasi logam cair kembali ke bentuk padatnya.
Solidifikasi logam murni ; logam murni membeku pada temperatur konstan yaitu sama dengan temperatur pembekuannya/ temperatur leburnya.
PENGECORAN BIASA
Solidifikasi paduan; Paduan pada umumnya membeku pada daerah temperatur tertentu.
PENGECORAN BIASA
Shrinkage : adalah penyusutan pada daerah tertentu yang dapat menimbulkan cacat-cacat coran (berupa rongga-rongga atau retak) Tahapan terjadinya shrinkage : Penyusutan yang terjadi selama pendinginan fase cair (sebelum terjadi solidifikasi); Penyusutan yang terjadi pada saat perubahan fase cair ke fase padat; Penyusutan yang terjadi selama pendinginan fase padat sampai temperatur kamar.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Solidifikasi
terarah ; untuk mengurangi pangaruh shrinkage dapat dilakukan dengan mengarahkan proses solidifikasi pada daerah tertentu, dengan cara : 1) Memasang penambah (riser); dengan memasang riser (gambar 11.6), maka daerah yang mengalami solidifikasi awal akan berada jauh dari sumber logam cair, sehingga shrinkage yang mungkin terjadi berada pada riser itu sendiri. Menurut hukum Chvorinov, riser diletakkan pada daerah yang memiliki rasio volume terhadap luas rendah, karena pada daerah tersebut akan mengalami solidifikasi paling cepat. Dengan menambahkan riser, maka solidifikasi dapat diperlambat sehingga kemungkinan terjadinya shrinkage dapat dihindarkan.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
2) Memasang cil (chill) : Panas tertinggi dapat terjadi pada bagian-bagian tebal yang mengalami konsentrasi aliran panas paling tinggi, sehingga pada bagian tersebut kemungkinan akan terjadi shrinkage.
Untuk mencegah terjadinya shrinkage tersebut dapat dipasang cil yaitu benda (terutama logam) yang diletakkan pada bagian cetakan yang mendapat panas paling tinggi untuk mempercepat pendinginan sehingga bagian tersebut membeku pada waktu yang bersamaan dengan bagian lainnya.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
PENGECORAN BIASA
Pola sekali pakai : Pola sekali pakai, ditinggalkan dalam cetakan dan dibiarkan menguap. Oleh karena itu pola jenis ini merupakan pola tunggal yang telah dilengkapi dengan sistem saluran masuk, pengalir, dan penambah.
PENGECORAN BIASA
Bahan Pola :
Kayu : digunakan untuk jumlah produksi terbatas, sehingga tidak perlu menggunakan bahan yang awet, tetapi biaya relatif murah dan mudah dibentuk; Logam : digunakan untuk jumlah produksi yang besar, sehingga lebih awet dalam penggunaannya; Jenis logam yang sering digunakan : kuningan, besi cor, dan aluminium
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Konstruksi Pola :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pola : Penyusutan benda cor : setiap benda cor selalu mengalami penyusutan pada waktu membeku, oleh karena itu dalam pembuatan pola biasanya dipakai mistar susut; Tirus : pola perlu dibuat tirus untuk memudahkan pengeluaran pola dari dalam cetakan; Penyelesaian : untuk menghindari pelengkungan pada benda cor yang tipis, perlu dibuat lebih tebal sehingga diperlukan pekerjaan penyelesaian (pemesinan); Distorsi : perlu diperhitungkan terjadinya diformasi pada benda cor karena penyusutan yang tidak merata; Kelonggaran : sering terjadi karena dilakukan penumbukan pasir di sekitar pola pada waktu melepas pola dari dalam cetakan.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
pola dibuat dengan mistar susut, tambahan kemiringan untuk memudahkan pengeluaran pola dari dalam cetakan, alur dibuat kemudian dengan proses pemesinan.
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
D
Gambar 11.14 Cara pembuatan balok tirus
Bina Nusantara
PENGECORAN BIASA
Bina Nusantara