Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Obstetri Patologi

Disusun Oleh : Cory Avianingsih P Fia Fegriana Rima Arianti Eulis N Juariah Putri Metiara C.B 130103100011 130103100021 130103100025 130103100034 130103100038

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Bandung 2011

DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................................ i Studi Kasus a. Data Subjektif ................................................................................................ 1 b. Data Objektif .................................................................................................. 2 c. Makanan Yang Menyebabkan Mual Dan Muntah Pada Kehamilan ................................................................................ 3 d. Pola Tidur Yang Baik Pada Ibu Hamil .......................................................... 4 e. Faktor Fisiologi Mual Muntah Pada Kehamilan Atau Hiperemesis Gravidarum ........................................... 6 f. Bagaimana Hubungan Identitas Terhadap Mual Muntah Pada Kehamilan ... 8 g. Penyakit Yang Memperberat Mual Muntah Pada Kehamilan ..................... 10 h. Diferential Diagnosa Pada Mual Muntah Pada Kehamilan ......................... 23 i. Derajat Atau Tingkatan Hiperemesis Gravidarum ...................................... 29 j. Penanganan Hiperemesis Gravidarum ......................................................... 30 Daftar Pustaka .............................................................................................................. ii

STUDI KASUS

Ada seorang ibu G1P0A0 merasa hamil 2 bulan. Datang kepada anda sebagai bidan di RSUD Majalaya. DATA SUBJEKTIF 1. Identitas Nama Umur Agama Alamat Pekerjaan Status Pernikahan : Ny. X : 25 tahun : Islam : Jl. Jalaprang no. 14 - Bandung : Ibu rumah tangga : Kawin

Nama Suami Umur Agama Alamat Pekerjaan Status Pernikahan

: Tn. Y : 27 tahun : Islam : Jl. Jalaprang no. 14 - Bandung : Karyawan : Kawin

2. Keluhan Utama

: Mual dan muntah

3. Riwayat Kesehatan Pola Makan muntah 3 kali/hari.


1

: Makan sehari 3 kali, semua makanan membuat mual,

Pola Tidur Pola Eliminasi HPHT Haid Riwayat Penyakit

: 8 jam/hari (22.00 05.00) : BAB jarang, BAK biasa : 8 Juli 2011 : Lama haid 7 hari, interval 28 hari : Tidak ada : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

DATA OBJEKTIF 1. Vital Sign Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu : 55 kg : 158 cm : Composmentis : Ringan : 120/80 mm Hg : 70 kali/menit : 20 kali/menit : 36,5o C

2. Berat Badan Tinggi Badan Kesadaran Kesan Sakit 3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum : Kulit dan membrane mukosa tampak kering dan turgor menurun, lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah. Pernafasan berbau. Pemeriksaan Abdomen : Normal Pemeriksaan Pelvis : Uterus lunak dan membesar sesuai usia kehamilan.

MAKANAN YANG MENYEBABKAN MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN Penderita dengan mual muntah yang ringan, dianjurkan makan dengan porsi kecil. Tidak usah dianjurkan makanan yang tertentu yang kita anggap sehat : makanan yang diterima dan masuk adalah makanan terbaik. Makanan yang berlemak dilarang karena pada umumnya menyebabkan mual. Makanan ini diselingi oleh makanan kecil berupa biscuit, roti kering dan teh, sebelum bangun tidur, pada siang hari, dan sebelum tidur. Hindari makanan yang dapat membuat kembung karena perut akan terasa penuh tapi masih tetap lapar. Keadaan ini akan memperparah karena setiap kali perut diisi, muntah akan terjadi lagi. Kacang tanah merupakan contoh makanan yang dapat membuat kembung. Biasanya kacang tanah digunakan sebagai bumbu pada gadogado, asinan, siomay, sate, dan ketoprak. Macam makanan lain yang perlu dibatasi adalah, ketan, nangka, sayur nangka, sayur asem, buah-buahan yang asam atau yang dapat mengiritasi lambung. Makanan yang mengandung banyak santan, seperti masakan padang pun perlu dibatasi karena santan membuat kerja lambung menjadi lebih berat. Waspadai juga cuka, kopi, dan minuman bersoda. Untuk mengatasi rasa mual dan muntah tersebut, ibu dapat melakukan tindakan seperti makanan kaya protein dan karbohidrat karena keduanya dapat mengurangi rasa mual, bergizi baik (walaupun pemasukannya terbatas tetapi yang dimakan berkualitas), banyak minum cairan (terutama bila ibu banyak mengeluarkan cairan karena muntah), bentuk cairan sesuai selera ibu (sop, susu, koktail, dan sebagainya). Bila dengan mengomsumsi cairan membua ibu merasa lebih mual, ganti makanan padat dengan kandungan air yang tinggi seperti buah, sayuran (salada, melon, jeruk).

POLA TIDUR YANG BAIK PADA IBU HAMIL Pada kehamilan trimester awal ibu hamil dapat tidur dan beristirahat dengan berbagai posisi apapun yang penting dapat memberikan rasa nyaman untuk ibu. Ibu hamil sebaiknya tidak perlu khawatir bayi dalam kandungan anda merasa tak nyaman atau berbahaya, karena tubuh ibu di ciptakan begitu unik sehingga dapat memberikan perlindungan, juga janin dalam kandungan anda tidak pernah merasa tak nyaman karena janin dalam kandungan mengapung dalam cairan ketuban dan mempunyai ruang sendiri untuk bergerak bebas. Berikut ini berbagai posisi tidur ibu hamil : Tidur dengan posisi tengkurap aman saja buat ibu hamil tapi biasanya pasca kehamilan trimester pertama, adanya pembesaran payudara dan juga payudara lebih sensitive akan menimbulkan ketidaknyamanan untuk tidur tengkurap, dan pada saat dimana perut anda sudah mulai membesar (awal 14 minggu) tidur dengan posisi tengkurap menjadi sangat tidak nyaman karena anda harus menyokong paha dengan bantal untuk dapat tidur tengkurap karena perut yang mulai membesar. Dari suatu survey ibu hamil yang tidur dengan posisi tengkurap sebelum 16 minggu 1% tapi setelah lebih 16 minggu menjadi 0 %. Tidur dengan posisi telentang, dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu ibu hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur posisi telentang anda meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior. Tidur posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, dan gangguan pencernaan, dan menganggu pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Untuk beberapa wanita, menyebabkan penurunan tekanan darah yang membuat mereka merasa pusing, untuk yang lain, malah meningkatkan tekanan darah. Pada kasus kehamilan dengan tekanan darah tinggi tidur dengan posisi telentang sangat tidak dianjurkan.

Semakin besar kehamilan, selain tidak nyaman tidur terlentang, memang kurang baik bagi janin, demikian dingkapkan oleh Dokter Mary OMalley. Alasannya adalah, ketika ibu hamil tidur terlentang, berat bayi bersama dengan plasenta dan caritan amnion akan menekan aliran darah ke rahim dan ke pembuluh darah balik si ibu. Oleh karena itu, ibu hamil yang tidur terlentang setelah usia kehamilan 5 atau 6 bulan, biasanya akan mengalami pusing-pusing karena turunnya pengiriman darah, ujar Richard Henderson, dokter ahli kebidanan Rumah Sakit St. Francis, di Wilmington. Sebaiknya ibu hamil tidur dengan posisi miring ke sisi kiri, karena posisi ini memberi keuntungan untuk bayi anda untuk mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena besar (vena cava inferior) di bagian belakang sebelah kanan spina yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki, pegelangan kaki dan tangan. Tidur posisi miring ke kanan, juga baik, anda dapat menganti posisi miring kekanan-kiri untuk membuat anda tidur lebih nyaman. Tidurlah antara pukul 10 malam dan 6 pagi sesering mungkin. Selain itu, jika anda ingin bangun dari tidur terlentang, jangan melakukannya dengan mendadak. Namun, jika sekali-sekali Anda ingin tidur terlentang, boleh saja Anda lakukan, tetapi jangan terlalu lama. Posisi tidur yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah tidur miring. Untuk menjaga agar ketika Anda tertidur tidak terguling dan kembali terlentang, ganjal bagian belakang Anda dengan bantal, sambil Anda memeluk guling, lanjut Dokter Henderson. Tidur lebih awal adalah hal yang wajar untuk dilakukan para ibu hamil. Menurut dr Rino Bonti Tri Hadma Shanti SpOG dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Jatinegara, setiap ibu hamil (bumil) harus cukup tidur. Jumlah jam tidur bagi bumil minimal 8 jam dalam sehari. Tidur siang juga bisa membantu, tetapi jika aktivitas dan jadwal Anda tidak memampukan Anda untuk tidur cepat, pastikan untuk
5

menambah jam tidur malam lebih banyak, hingga kurang lebih Anda mendapatkan sekitar 9 jam tidur. Sebuah studi terbaru dari American Academy of Sleep Medicine menemukan bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 6 jam (atau lebih dari 10 jam) setiap malam di trimester ketiganya bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.

FAKTOR FISIOLOGI MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN ATAU HIPEREMESIS GRAVIDARUM Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahanperubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain. Mual muntah berlebihan dan telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar 5%. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan pengeluaran human chorionic gonadotrophin (HCG) plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan hiperemesis gravidarum. Sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kegiatan seharihari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Oleh karena pembakaran lemak yang kurang sempurna, terbentuk badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinis. Sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium, kalium, kalsium, dikeluarkan melalui muntah. (Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dr. Dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.)
6

Peningkatan kadar hormon chorionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester 1. (Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.) Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologi kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002). Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004). Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah

HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007). Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004).

BAGAIMANA HUBUNGAN IDENTITAS (UMUR, ALAMAT, PEKERJAAN, DLL) TERHADAP MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN. Identitas mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, status pernikahan, identitas suami, lingkungan, pendidikan, riwayat penyakit (maag, DM, hipertensi, jantung, asma), pola makan, pola tidur, riwayat kehamilan, kebiasaan, alergi, kebiasaan, pola eliminasi dll. Hubungan identitas terhadap mual muntah pada kehamilan : Umur : makin tua kehamilan, makin besar kemungkinan sembuh

Lingkungan : lingkungan yang bersih dapat sedikit mengurangi mual dan muntah karena ibu yang sedang mengalami mual dan muntah mengalami masalah dalam penciuman yang menjadi lebih sensitif.

Pekerjaan

: berat atau ringannya dan jenis pekerjaan dapat mempengaruhi

keadaan fisik dan psikologis yang dapat memicu terjadinya mual muntah. Selain itu lingkungan pekerjaan juga dapat mempengaruhi. Pendidikan : pendidikan ibu juga berpengaruh pada reaksi ibu terhadap

yang menyebabkan mual dan muntah, tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu terhadap kehamilannya. Riwayat penyakit : pada ibu yang sebelum kehamilan memiliki masalah

di lambung, akan memiliki resiko mual muntah yang lebih berat. Riwayat kehamilan : mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita yang hamil, terutama diketemukan pada primigravida, kehamilan ganda, dan mola hydatidosa. Mual dan muntah terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60% multi gravida. Pola makan : penderita dengan mual dan muntah yang ringan, dianjurkan makan porsi kecil. Tidak perlu menganjurkan makanan tertentu yang kita anggap sehat, jadi makanan yang diterima dan masuk adalah makanan terbaik. Makanan yang berlemak dilarang karena pada umumnya menyebabkan mual. Muntah yang terus menerus dapat menyebabkan nafsu makan menurun sehingga berat badanpun menurun. Pola tidur : intensitas tidur dapat mempengaruhi keadaan fisik dan

psikologis. Ibu hamil yang kurang tidur cenderung lebih sensitif. Selain itu posisi tidur juga dapat mempengaruhi, seseorang yang mengalami mual muntah, dianjurkan untuk tidur dengan posisi semi fowler atau posisi setengah duduk. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi rasa mual yang dideritanya. Pola eliminasi : pada beberapa pasien yang terus muntah kadang-kadang sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan berat badan 5-10 kg, kulitnya menjadi

kering dan kadang-kadang timbul ikterus. Urin menjadi sakit (oliguri), albumin positif dan dalam sedimen terdapat silinder dan sel darah merah. Kesadaran : gangguan serebral sehingga kesadaran menurun. Fisik : lidah kering, dehidrasi, BB turun, tekanan darah turun, nadi naik. YANG MEMPERBERAT MUAL MUNTAH PADA

PENYAKIT KEHAMILAN

a. Gastritis (Dyspepsia Atau Maag) Dalam dunia kesehatan, gastritis dikenal sebagai penyakit lambung atau dyspepsia. Sebagai organ cerna, lambung berfungsi untuk : Menyimpan makanan Mencernakan kembali makanan menjadi partikel yang lebih kevil untuk diteruskan ke duodenum/duodenal Gastritis atau dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya dyspepsia, antara lain : 1. Pengeluaran asam lambung yang berlebihan. 2. Pertahanan dinding lambung yang lemah. 3. Infeksi helicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil) ketika asam lambung yang dihasilka lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah,
10

bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang. 4. Gangguan gerakan saluran cerna. 5. Stress psikologis.

Dyspepsia ada yang sifatnya organic dan funsional. Namun disarankan agar semua penderita penyakit ini sebaiknya melakukan pemeriksaan tuntas.

Pemeriksaan Pemeriksaan yang paling kita pilih untuk melakukan pengecekan adalah dengan endoskopi yaitu memasukan alat melalui mulut, sehingga bisa melihat kerongkongan, lambung, sampai usus 12 jari secara langsung. Dyspepsia organic, misalnya, terjadi pada tukak lambung, tukak usus 12 jari, atau ada tumor, dan polip atau hemangioma. Pada penderita dyspepsia fungsional, sebetulnya tidak ada kelainan. Kalaupun ada kelainan hanya gambaran suatu gastritis/gambaran radang pada mukosa lambung.

Penyebabnya, antara lain : Infeksi (khusunya oleh C.pylori) Gastropati reaktif Autoimun (pada anemia perniciosa) Adanya tumor pada lambung Factor kejiwaan atau stress juga berperan terhadap timbulnya serangan ulang penyakit tersebut. Gejala lainnya yang sering terjadi pada penyakit gastritis, antara lain : Timbulnya luka pada dinding lambung Penyakit jantung
11

Untuk itu harus waspada bila adda keluhan nyeri di ulu hati sebelum kita mengalami gastritis yang lebih akut lagi. Jika keluhan tersebut berasal dari penyakit jantung, sebaiknya ditangani dengan segera agar tidak berakibat fatal. Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal yaitu : Mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil Berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam Berhenti merokok serta minuman beralkohol Jika memang diperlukan dapat meminum antasida sekitar setengah jam sebelum makan atau sewaktu makan. Namun apabila keluhan pada ulu hati tetap terjadi, secepatnya memeriksakan ke dokter. Penyebab Penyebab utama dari gastritis adalah : a. Infeksi Infeksi pada gastritis disebabkan oleh : b. Iritasi Iritasi pada gastritis dapat disebabkan oleh banyak hal seperti : Obat-obatan Minuman beralkohol Sekresi asam lambung yang berlebihan Muntah kronis/menahun
12

Bacteria H.pylori Bacteria lainnya tau mycobacteria virus

Menelan racun

c. Reaksi autoimun Patofisiologi Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh keseimbangan antara factor-faktor pencernaan, seperti : Asam lambung Pepsin dengan produksi mucus Bikarbonat Aliran darah

Gejala Gejala gastritis/maag atau dyspepsia, antara lain : Tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas Mual Muntah Nyeri ulu hati Lambung terasa penuh Kembung Bersendawa Cepat kenyang Perut keroncongan (borbogygmi) Sering kentut Gejala ini bisa menjadi akut, berulang, dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus menerus.
13

Diagnosis Gastritis di diagnose melalui satu atau lebih test kesehatan sebagai berikut : Endoskopi gastrointestinal bagian atas Dokter melihat melalui kamera khusus, alatnya dimasukkan melalui mulut sampai lambung untuk melihat kerusakan lambung dan mengecek ada tidaknya inflamasi. Selanjutnya melakukan biopsy mengambil sampel untuk ditest. Test darah Untuk keperluan dokter guna mengecek sel darah merah pasien apakah menderita anemia. Anemia dapat sebagai sebab dari adanya perdarahan pada lambung. Test stool Test ini untuk mengecek apakah ada darah pada stool/tinja/stool juga dapat untuk mengecek keberadaan H.pylori pada saluran alat pencernaan.

Etio Patogenesa Produksi getah lambung berkisar di antara sekitar 3.000 cc/24 jam. 1. HCL sel parietal 2. Pepsin sel chief (utama) 3. Mucus mucous neck cell 4. Air

b. Ulkus Peptikum Ulkus peptikum ialah suatu keadaan adanya borok pada esophagus, lambung, atau duodenum. Insidensi ulkus peptikum pada kehamilan jarang dan 90% kasus ulkus peptikum yang terjadi selama hamil adalah penyakit
14

ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Keadaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam lambung dan pepsin dan dijumpai adanya bakteri Helikobakter pilori.

Diagnosis Gejala dan tanda klinik Nyeri epigastrik yang dapat hilang dengan makanan ringan, antasida dan keluhan diperberat dengan minuman yang mengandung alcohol, kopi, atau aspirin. Hematemesis dan melena dapat terjadi. Nyeri tekan pada daerah epigastrik.

Penunjang laboratorium Anemia Deteksi adanya Helikobakter Pilori

Endoskopi bila terjadi hematemesis kronik dan berat.

Faktor Penyebab Sampai akhir abad ke-20 merokok, tipe golongan darah, konsumsi rempah-rempah, dan factor-faktor lain diduga sebagai penyebab ulkus, sebenarnya hanya memegang peranan yang relative kecil dalam

perkembangan terjadinya ulkus peptikum. Factor penyebab yang utama (60% ulkus gaster dan 90% ulkus duodenum) merupakan inflamasi kronik yang disebabkan oleh Helikobacter pilori, yang tampak seperti spiral, tetapi bukan berupa spirokaeta, - disbanding seperti basilus yang berkoloni pada bagian mukosa antral. System imun tidak bisa membersihkan infeksi yang terjadi walaupun dengan adanya antibody. Dengan demikian, bakteri tersebut dapat menyebabkan gastritis kronik yang aktif (gastritis tipe B) yang menyebabkan gangguan regulasi produksi gastrin
15

oleh sebagian dari lambung, sekresi gastrin akan meningkat. Gastrin akan menstimulasi produksi asam lambung oleh sel-sel parietal. Asam lambung ini akan mengikis mukosa lambung sehingga menyebabkan ulkus. Penyebab utama yang lain adalah penggunaan NSAIDs. Mukosa lambung akan melindungi dirinya dari asam lambung dengan menggunakan lapisan mucus, sekresinya distimulasi oleh prostaglandin tertentu. NSAIDs memblokir fungsi siklooksigenase 1 (cox-1) yang penting untuk produksi prostaglandin. NSAIDs terbaru (selekoksib, rofekoksib) hanya menghambat cox-2, dimana kurang penting untuk mukosa lambung sehingga mengurangi resiki terjadinya ulkus peptikum yang disebabkan oleh NSAIDs. Glukokortikoid menyebabkan atropi seluruh sel epitel. Peranannya dalam ulserogenesis relative kecil.

Penanganan Diet Jauhi makanan yang merangsang lambung. Pola makan yang teratur.

Pemberian bismuth pepto bismol (525 mg) 4x/hari + metronidazol 250 mg 3x/hari selama 2 minggu. Antasida H2 antagonis Ranitidine 150 mg 2x/hari Klimetidin 400 mg 2x/hari Famotidin 20 mg 2x/hari

Hati-hati diberikan pada trimester I kehamilan. Antikolinergik Sedatif

16

c. Acute Fatty Liver (AFL) Acute fatty liver merupakan kelainan pada kehamilan yang sangat jarang, tetapi sangat berbahaya. Gejala klinik dan tandanya tidak spesifik. Secara definisi Acute fatty liver adalah kegagalan hati akut dengan pengurangan kapasitas metabolic hati tanpa sebab lain. Secara histologik terdapat steatosis mikrovesikular panlobular dan intrahepatik kolestasis. Etiologi AFLP belum jelas dan multifaktorial dengan komponen genetic pada beberapa kasus yaitu kelainan autosom resersif pada janin yaitu asam oksidasi beta asam lemak rantai panjang.

Diagnosis Gejala dan tanda dari AFLP samar-samar dan tidak spesifik. Kemungkinan ada fase prodromal sekitar 1 21 hari sebelum pemburukan fungsi hati yang akut. Gejala seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, dan malaise dapat mendahului, gejala lain seperti pruritus, sakit kepala, demam, preeclampsia dan pada kasus yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut. Peningkatan transaminase serum, 3 sampai 10 kali lipat dari normal, kadar transaminase dapat mencapai 1.000 IU/1 bersamaan dengan iskemia hepar atau hipoglikemia. Hiperbilirubinemia Hipoglikemia Leukositosis neutrofil sampai 20.000 30.000 Hiperurikemia Pemanjangan waktu protombin

17

Kunci diagnosis AFLP ini adalah kecepatan perburukan dari fungsi hati dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder dari hepatic ensefalopati. Harus disingkirkan penyebab kegagalan hati fulminan yang lain seperti overdosis parasetamol dan hepatitis viral akut, Wilsons disease, keracunan karbon tetraklorid, dan reaksi obat (halotan dan isoniazid). Pencitraan hati tidak banyak membantu. Biopsy hati juga harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena pemanjangan waktu perdarahan yang terjadi. Risiko Maternal dan Fetal Risiko yang terjadi sangat berat dengan mortalitas maternal dan fetal yang tinggi. Pada sekitar tahun 1960 dilaporkan angka mortalitas maternal sekitar 70% dan semakin lama semakin berkurang dan sekarang menjadi sekitar 21% mortalitas maternal dan 27% mortalitas fetal. Manajemen Manajemen utama ialah terminasi kehamilan. Pilihan jenis persalinan perlu dipertimbangkan. Persalinan pervaginam dapat mengurangi risiko perdarahan bila dibandingkan dengan seksio sesarea, tetapi kan memakan waktu lama. Oleh karena itu, sebaiknya pasien dimulai induksi persalinan seraya menumnggu perbaikan dengan transfuse komponen darah dan usaha stabilisasi. Sebaiknya dilakukan pemasangan CVP sebelum terjadi

koagulopati. Pemeriksaan KGD harus dilakukan setiap 2 jam dan bila terjadi hipoglikemia harus segera diatasi. Waktu protombin juga harus dites setiap 6 jam bersamaan dengan fungsi hati, fungsi ginjal, elektrolit, dan darah lengkap. Follow up kesadaran dilakukan per jam. Pendekatan pelaksanaan yang berhasil harus dilakukan oleh tim multidisipliner seperti anestesiolog
18

obstetrikus senior, hepatolog, dan tim transplantasi hati. Setelah persalinan, pasien masih harus dirawat diruang intensif. Follow Up dan Rekurensi Setelah persalinan diharapkan fungsi hati akan kembali normal. Dokter spesialis anak harus memeriksa semua bayi dari ibu AFLP untuk mengetahui defisiensi LCHAD (long chain hydroxyacil coenzyme A dehydrogenase). Kepada bayi juga harus dilakukan restriksi dalam dietnya. Resiko rekurensi LCHAD atau tidak. Bila menderita defisiensi LCHAD, maka rekurensi sekitar 15 25 % dari pasangan yang sama, tetapi bila tidak terdapat defisiensi LCHAD, maka resiko rekurensi lebih kecil. Meskipun demikian, tidak ada data yang pasti karena kebanyakan perempuan memilih untuk tidak hamil lagi. Ketika perempuan yang pernah AFLP dengan bayi defisiensi LCHAD, maka pada kehamilan selanjutnya dapat diperiksa dengan enzim assay atau DNA dengan chorionic villus sampling (CVS). d. Apendisitis Akut Apendisitis adalah suatu penyakit radang usus buntu. Insidensi apendisitis akut dalam kehamilan berkisar 1 : 500. Kejadian perforasi pada apendisitis akut dalam kehamilan 1,5 3,5 kali lebih besar daripada apendisitis pada yang tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh diagnosis dan penanganan yang terlambat pada apendisitis dalam kehamilan. Tetapi resiko ibu meningkat karena gejala dan tanda apendisitis cenderung ditutupi oleh kehamilan. Selanjutnya, jika apendiks akan perforasi selama kehamilan lanjut, maka uterus yang membesar akan menyulitkan omentum untuk membatasi infeksi intraperitoneum.

19

Diagnosis Gejala dan tanda klinik : Anoreksia, mual, muntah, perut kembung. Demam Nyeri perut kanan bawah, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan oleh karena uterus yang makin membesar. Nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah. Tanda Bryan : timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan. Tanda Alder : untuk membedakan proses ekstrauterin dan intrauterine. Leukositosis. Penanganan : Apendektomi Pemberian antibiotika Pemberian obat-obatan roboransia dan obat penguat kandungan (progesteron). Dengan adanya apendisitis terutama bila terjadi komplikasi berupa perforasi, peritonitis, ataupun sepsis, maka angka keguguran, KJDK, dan prematuritas akan meningkat.

Penatalaksanaan dan Pendidikan Pasien Pasien harus dirawat dirumah sakit bila diduga apendisitis, karena risiko lebih besar bagi seorang wanita hamil daripada yang tidak hamil. Cairan intravena diberikan karena hidrasi. Dalam antisipasi

pembedahan, pasien tidak diperbolehkan makan atau minum. Secepat diagnosis dianggap mungkin, maka lapartomi eksplorasi diharuskan. Fakta bahwa mortalitas ibu disertai dengan kesalahan diagnosis
20

akan membenarkan eksplorasi pada semua kasus yang mencurigakan. Apendektomi pada hakekatnya selalu merupakan tindakan terpilih. Dengan bukti rupture apendiks, antibiotika diberikan secara intravena (sering penisilin, gestamisin dan klindamisin). Pada saat operasi, seksio sesarea direkomendasikan hanya untuk indikasi obstetrik.

e. Asma Selama Kehamilan Pertimbangan Umum Asma dapat di definisikan sebagai dispne paroksismal yang disertai oleh bunyi tambahan yang disebabkan oleh spasme pipa bronkus atau pembengkakan mukosa bronkus. Ditandai oleh bronkokontriksi reversible, serangan asma dapat dicetuskan oleh allergen, infeksi saluran pernafasan, polutan lingkungan atau factor psikogen. Obstruksi jalan pernafasan akibat spasme bronkus, edema mukosa dan peningkatan reaktif dalam sekresi bronkus.

Data Subjektif Dispne paroksimal merupakan gejala paling khas. Biasanya suatu serangan asma dimulai dengan sensasi kesesakan dada yang diikuti oleh batu dan bising mengi. Demam menggambarkan infeksi saluran pernafasan. Biasanya pasien sadar akan diagnosisnya, karena telah mengalami beberapa serangan sebelumnya.

Data Objektif Pemeriksaan dada menunjukan ronki dan bising mengi difus inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi memanjang. Pada status asmatikus, pernafasan sangat sulit dan bising mengi dapat didengar tanpa stetoskop.

21

Penilaian Diagnosis Banding Diagnosis banding meliputi bronchitis, benda asing dalam jalan nafas, dan emboli paru dengan bronkospasme.

Factor Pencetus Fator-faktor ini meliputi allergen, infeksi pernafasan, polutan lingkungan, dan factor psikogen.

Kemungkinan Komplikasi Meliputi emfisema mediastinum dan mortalitas janin karena hipoksemia berat.

Rencana Data Diagnostik Tambahan Gas darah uteri membantu penilaian keparahan proses penyakit. Penggunaan pO2 arteri menunjukan luasnya hipoksemia uteri. Penurunan pCO2 menggambarkan hiperventilasi. Peningkatan pCO2 merupakan tanda suram dari ancaman gagal pernafasan.

Foto toraks mungkin bermanfaat bila diduga pneumoritis.

Tes fungsi paru (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, FFV, kecepatan aliran ekspirasi puncak) membantu menilai keparahan obstruksi jalan nafas.

Penatalaksanaan Serangan asma akut dapat dihilangkan dengan satu atau lebih tindakan berikut :
22

1. Larutan epinefrin (1:1000) 0,2 sampai 0,5 ml secara subkutans. 2. Larutan isoproterenol (1:100) tiga sampai tujuh inhalasi dalam.

DIFERENTIAL DIAGNOSA PADA MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN Pertimbangan Umum Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. Biasanya mulai timbul selama bulan kedua kehamilan; penyakit ini dapat berakhir beberapa minggu dan kemudian menghilang selama bulan gestasi ketiga tau keempat. Nausea dan vomitus yang persisten dapat menyertai 15 hingga 30 persen kehamilan mola. Gejala Klinik Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salvias yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi,

hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai. Pada bentuk yang ringan pasien hanya merasa mual atau muntah pada pagi hari saja, tengah hari sudah biasa kembali,maka penyakit ini disebut morning sicknes (vomitus matutinus).

23

Keadaan ini tidak mempengeruhi keadaan umum penderita. Pada bentuk yang lebih berat, mual dan muntah berlangsung sepanjang hari,tapi hilang dengan tiba-tiba dalam 1-3 minggu. Akan tetapi beberapa diantara pasien ini terus muntah kadang-kadang sampai 4-8 minggu ,hingga kehilangan berat 5-10 kg.kulit nya menjadi kering dan kadang-kadang timbul icterus malahan dapat jatuh dalam koma. Urine menjadi sakit (oliguri), albumin positif diketemukan silinder dan sel darah merah. Hyperemesis ada bentuk yang chronis dimana kemunduran terjadi dengan lambat laun dan ada yang akut dimana kemunduran terjadi dalam beberapa hari missal nya 1 minggu. Pada stadium yang lanjut timbul demam dan nadi cepat di atas 130/menit. Data Subjektif Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi. Riwayat haid : sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis. Data Objektif Pemeriksaan Fisik dan dalam sedimen dapat

24

Pemeriksaan fisik umum : kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernafasan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat terjadi. Pemeriksaan abdomen : temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit di hepar dapat ditemukan. Pemeriksaan pelvis : uterus lunak dan membesar sesuai dengan umur gestasi. Tes Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah : nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukanhemokonsentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi. Urinalisis : urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukan asidosis starvasi. Penilaian Diagnosis Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali/menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
25

Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide).

Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.

Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton, dan proteinuria. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.

Diagnosis Banding Kemungkinan adanya suatu penyebab organic yang menimbulkan vomitus bersamaan dengan kehamilan harus disingkirkan. Diagnosisdiagnosis kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah apendisitis, kolesistitis, ketoasidosis diabetikum, keracunan obat, gastroenteritis, hepatitis, obstruksi usus, pancreatitis, ulkus peptikum, pieloneefritis dan kista ovarium yang mengalami putaran tangkai. Faktor-Faktor Predisposisi Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya hiperemesis gravidarum meliputi kadar chorionic gonadotropin yang lebih tinggi dari normal, ambivalensi psikopatologik. kearah kehamilan atau keadaan-keadaan emosional

26

Komplikasi Potensial Meliputi deplesi cairan dan elektrolit, gangguan asam basa, malnutrisi, pneumonia aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagus yang menyebabkan perdarahan (sindrom Mallory-Weiss), rupture esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal. Prognosa Dengan terapi baik, prognosa hyperemesis gravidarum baik. Jarang sekali menyebabkan kematian atau memaksa kita melakukan abortus therapeuticus. Yang menjadi pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien ialah adanya aceton dan acidum diacelicum dalam urine dan berat badan. King merumuskan rumus sebagai berikut : Penyembuhan = W + P + T F + Ps W = waktu P = pengertian T = terapi Jadi, menurut King penyembuhan dibantu oleh : T = kerusakan imbangan fisiologis Ps = factor-faktor psychologis

27

1. Waktu sembuh. 2. Pengertian

: makin tua kehamilan, makin besar kemungkinan

: pengertian dan pendekatan dari dokter dan perawat

terhadap penderita. 3. Terapi psychologis. Yang merintangi penyembuhan penyakit ialah : 1. Kerusakan perimbangan fisiologis. 2. Factor psychologis negatif. Risiko Maternal Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesisi tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan. Fetal Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR). Rencana Data Diagnostik Tambahan
28

: misalnya obat yang dapat mengurangi pengaruh factor

Pemeriksaan elektrolit dan serum dapat mendeteksi hiponatremia dan hipokalemia. Tes fungsi hati dapat menunjukan penyakit hepar. Pemeriksaan amylase sangat berharga bila diduga ada pancreatitis.

DERAJAT ATAU TINGKATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Hiperemesis gravidarum secara klinis dibagi menjadi tiga tingkatan berikut ini. 1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama a. Muntah berlangsung terus. b. Makanan berkurang. c. Berat badan menurun. d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah. e. Nyeri di aerah epigastrium. f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat. g. Lidah kering. h. Mata tampak cekung.

2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua. a. Penderita tampak lemah. b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor. c. Tekanan darah turun, nadi meningkat. d. Berat badan makin menurun. e. Mata ikterus.
29

f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat. g. Terjadinya gangguan buang air besar. h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apati. i. Napas berbau aseton.

3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga. a. Muntah berkurang. b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas. c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus. d. Gangguan kesadaran salam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental.

PENANGANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Untuk menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidaklah sukar, yaitu dengan menentukan kehamilan dan adanya muntah berlebihan yang sampai menimbulkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terusmenerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh-kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus diobati secara yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus dipikirkan dan berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan tiga kemungkinan kehamilan yang disertai penyakit.
30

Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum harus dirawat di rumah sakit. Yang menjadi pegangan untuk memasukan pasien ke rumah sakit ialah : 1. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah lama. 2. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal. 3. Turgor kurang, lidah kering. 4. Adanya aceton dalam urine. Prinsip-prinsip penetalaksanaan meliputi istirahat, menenangkan hati, dan restorasi cairan, elektrolit, dan keseimbangan nutrisi. Masalah-masalah psikologis dan social harus dievaluasi. Konsep pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat menenangkan ibu hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberi komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan. 2. Pemberian cairan pengganti. Cairan dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak menjadi protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama pemberian cairan harus memerhatikan keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter,
31

nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan. Lancarnya pengeluaran urine memberi petunjuk bahwa keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan minum dan mobilisasi. 3. Pemberian obat. Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital atau cacat bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah: a. Sedatif ringan (fenobarbital [Luminal] 30 mg, Valium); b. Anti-alergi (antihistamin, Dramamine, Avomin); c. Obat antimual/anti-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stemetil, Avopreg); d. Vitamin, terutama vitamin B kompleks dan Vitamin C. 4. Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

32

5. Antiemesis Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klopromazin,

proklorperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, si-klizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga dgunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). 6. Menghentikan kehamilan. Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum yang tidak berhasil justru mengakibatkan tejadinya kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan pengguguran kandungan. Keadaan yang memerlukan

pertimbangan pengguguran kandungan adalah: a. Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa enselopati Wernicke); b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan); c. Gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan pembuluh darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun]). Dengan memerhatikan keadaan tersebut, penggugran kandungan dapat dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum. Pendidikan pasien Nausea dan vomitus di pagi hari adalah gejala-gejala yang lazim dari kehamilan muda. Karena gejala-gejala ini dapat menjadi sangat menggangu bila lambung dalam keadaan kosong, wanita hamil cenderung merasa lebih baik jika ada makanan dalam lambungnya setiap saat. Sebagian besar lebih senang makan sedikitsedikit 6 kali sehari pada 3 kali makan besar. Crackers atau roti kering saat akan tidur

33

dapat membantu. Makanan berminyak dan bau-bauan makanan yang tidak disenangi harus dihindari.

34

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : EGC Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dr. Dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC http://www.bmj.com/content/1/3824/725.full.pdf?sid=1813d4fa-04d1-42e9-b1adcde36499db6f http://www.bmj.com/content/340/bmj.c2050.full?sid=f6d0febc-ea21-48dd-a575ecd7698d3262 http://www.americanpregnancy.org/pregnancycomplications/hyperemesisgravidarum. html

ii

Anda mungkin juga menyukai