Anda di halaman 1dari 7

2.3.

4 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan normal fungsi kehidupan pasien. Kriteria : a. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan besar akan terjadi f. Dapat ditanggulangi oleh perawat (DEPKES RI 1997) Diagnosa keperawatan dapat dibagi menjadi 5 kategori : a. Aktual Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. Syarat menegakkan diagnosa keperawatan actual harus ada unsure PES (problem, etiologi, symptom). Symtom harus memenuhi kriteria mayor (80-100%) dan sebagian criteria minor dari pedoman diagnosa NANDA. b. Resiko Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat ditegakkan diagnose keperawatan adanya unsure PE (problem, etiologi). c. Kemungkinan Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan factor pendukung belum ada tapi sudah ada factor yang dapat menimbulkan masalah. Syarat menegakkan diagnose keperawatan adanya unsure respon (problem dan factor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada). d. Diagnosa keperawatan wellness Adalah keputusan klinik tentnag keadaan individu, keluarga dan atau masyarakat dalam transisi daritingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Syarat menegakkan diagnose keperawatan adanya sesuatu yang menyenangka pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dan adanya status fungsi yang efektif. e. Diagnosa keperawatan syndrome Adalah diagnose yang terdiri dari kelompok diagnose keperawatan actual, dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu (Nursalam, 2001). 2.3.5 Perencanaan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan komponen perencanaan keperawatan meliputi :

2.3.5.1 Menentukan prioritas masalah Kriteria : a. Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama b. Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua c. Masalah-masalah yang mempengaruhi prilaku merupakan prioritas ketiga (DEPKES RI 1997) 2.3.5.2 Menuliskan kriteria hasil Pedoman menuliskan criteria hasil 1. Berfokus pada klien, criteria hasil harus ditujukan pada keadaan klien. Harus menunjukkan apa yang akan dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan yang akan dilakukan. 2. Singkat dan jelas, dengan enggunakan kata-kata yang singkat dan jelas pada criteria hasil, maka akan memudahkan perawat untuk mengidentifikasi tujuan dan rencanan tindakan. 3. Dapat diobservasi dan diukur tindakan harus mencerminkan bahwa perawat dapat melihat dan mendengarkan. 4. Ada batasan waktu, batasan waktu pencapaian hasil dinyatakan dalam penulisan criteria hasil. 5. Realistic, criteria hasil harus dicapai sesuai dengan saran dan prasarana yang tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, afek emosi dan kondisi fisik. 6. Ditentukan oleh perawat dan klien, selama pengkajian perawat mulai melibatkan klien dalam intervensi. Keudian perawat dank lien mendiskusikan criteria hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi (Nursalam, 2001).

Manifestasi terhadap respon manusia Penulisan criteria hasil mencakup semua respon manusia yang meliputi : 1. Kognitif (pengetahuan) Criteria hasil bias disusun berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien untuk mengetahui apakah inforasi yang disampaikan dimengerti oleh klien. 2. Afektif Criteria hasil ditulis dalam bentuk status emosional klien, untuk mengetahui bagaimanarespon klien dan keluarga terhadap stress yang dihadapi. 3. Psikomotor Criteria hasil dari segi psikomotor yang diharapkan adalah untuk mengidentifikasi apa yang seharusnya biasa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran. 4. Perubahan fungsi tubuh Kategori ini meliputi sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi (Nursalam, 2001).

2.3.5.3 Rencana tindakan Karakteristik rencana tindakan keperawatan 1. Konsisten dengan rencana tindakan 2. Berdasarkan pada prisip-prinsip ilmiah

3. 4. 5. 6.

Berdasarkan situasi individu klien Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapiotik Menciptakan suatu situasi pengajaran Menggunakan sarana yang sesuai (Nursalam, 2001)

Komponen rencana tindakan keperawatan 1. Waktu, untuk mengidentifikasi waktu pelaksanaan 2. Menggunakan kata kerja, semua rencana kegiatan harus dijabarkan secara jelas, dengan menggunakan kata kerja yang mudah 3. Focus pada pertanyaan (1 H dan 5 W), spesifik who, what, where, when, which and how adalah sangat penting untuk membuat rencana tindakan yang bermakna 4. Modifikasi pengobatan, tujuannya adalah untuk membatasi penulisan yang berulang 5. Tanda tangan, komponen ini merupakan aspek hukum yang biasanya dipertanggungjawabkan (Nursalam, 2001)

2.3.6 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan yang mengikutsertakan pasien/keluarga. Kriteria : a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan b. Menyangkut denga keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan e. Menggunakan sumber daya yang ada f. Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien i. Merujuk bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melaksanakan tindakan. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. 2.3.7 Evaluasi Evaluasi keperawatan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria : a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi b. Evaluasi harus menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan

e. Evaluasi dilakukan sesuai standar (DEPKES RI 1997).

2.3.8 Catatan Asuhan Keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : a. Dilakukan selama dirawat inap dan rawat jalan b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku e. Sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan f. Setiap pencatatan harus mencatumkan inisial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakandan waktu pelaksanaan g. Menggunkan formulir yang baku h. Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode berikutnya (1993).

2.4 Indikator Mutu Pelayanan Rumah sakit Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yaitu : 1. Input (struktur), adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan strutur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan pergerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang bias. 3. Outcome atau output ialah hasil pelayanan kesehatan merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen.

2.4.1 Definisi dan Cara Pemakaian Indikator adalah suatu cara untuk menilai dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrument. Indicator merupakan variable yang digunakan untuk menilai suatu perubahan. Menurut WHO, indicator adalah variable untuk mengukur perubahan. Indicator sering digunakan bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indicator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu : 1. Sahih (valid) yaitu benar-benar dapat dipakai unuk mengukur aspek yang akan dinilai 2. Dapat dipercaya atau reliable, yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali untuk waktu yang sekarang maupun yang akan datang 3. Sensitive yaitu cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak 4. Spesifik yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas tidak bertumpangtindih

Indicator mutu pelayanan rumah sakit ini akan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi pengelola rumah sakit, terutama untuk mengukur kinerja rumah sakit iu sendiri (self assessment). Manfaat tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan menejemen control dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan dating. 2.4.2 Jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit 1. Indicator pelayanan non bedah, terdiri dari a. Angka pasien dengan dekubitus b. Angka kejadian dengan infeksi jarum infuse c. Angka kejadian penyulit/infeksi karena transfusi darah d. Angka ketidaklengkapan pengisian catatan medic e. Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat 2. Indikator pelayanan bedah a . Angka infeksi luka operasi b. Angka komplikasi pasca bedah c. Waktu tunggu sebelum operasi elektife d. Angka apendik normal 2.5 Supervisi 2.5.1 Definisi Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobsevasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara terus menerus dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat, dan tepat secara menyuluh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Kron,1997). 2.5.2 Prinsip prinsip supervise a. Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi b. Kegiatan direncanakan secara matang c. Bersifat edukatif, suportif d. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan e. Membentuk kerjasama yang demokratis antara supervisor dengan staf dan pelaksan keperawatan. f. Objektif dan harus mampu melakukan self evaluation g. progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing staf dan pelaksana keperawatan h. Konstruktif dan kreatif dalam mengemmbangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan i. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan.

2.5.3 Kategori Supervisi 1. Klinikal : refleksi kasus kompleks, pendekatan terhadap tindakan dan asuhan , perencanaandan evaluasi 2. Managerial: focus terhadap keseimbanga beban keraja, prsedur administrative, perencanaan , strategi, pengumpulan data, audit, rekrutmen dan retensi, komunikation. 3. Personal: isu interpersonal staf. Tekanan pekerjaan , motivasi, kepuasan kerja ,isu kelompok 4. Professional; refleksi terhadap skil dan peran professional dalam tim multidisiplin teridentifikasi kebutuhan pengembangan dan pelatihan.

2.5.4 Tujauan supervise Klinis a. Memotivasi perawat b. asuhan yang diberikan berpusat pada klien dan standar keamanan c. Meningkatkan pelayanan yang diberiakn dengan mengguanakan system evaluasi d. Peluang pembelajaran baru e. eningkatkan rekrutmen dan retensi staf f. eningkatkan efisiensi dan efektifitas 2.5.5 Macam macam Supervisi Klinis 1. Edukatif (formatif) a. bagaiman mengembangkan pemahaman dan emampuan skill b. bagaiman memahami klien menjadi lebih baik c. bagaiman mengembangkan kepedulian dan refleksi dalam intervensi d bagaimana mengekplorasi jalan lain dalam bekerja 2.supportive (restorative) Mengeksplorasi reaksi emosional terhadap nyeri, konflik dan pengalaman perasaan selama mengelola klien sehingga dapat mengurangi perawat keluar dari pekerjaan 3. Managerial (normative) a. Bagaimana melakukan kualiti control b. Bagaiman memastikan perawat bekerja sesuai standar c. 2.5.6 kompetensi supervisor 1. Mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas 2. Mampu memberikan saran, nasehat dan bantuan yang dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan 3. mampu memberikan motivasi 4. mampu memberiakan bimbingan dan latihan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan 5. mampu memberikan penilaian secara objektif

2.5.7 teknik supervise 1. supervise langsung 2. supervise tidak langsung 2.5.8 teknik supervise dalam keperawatan 1. proses supervise dalam peraktek keperawatan 2. area yang di supervise 2.6 Standar Peralatan Peralatan keperawatan yang dimaksud dalam standar ini terdiri dari : 1. Alat tenun 2. Alat kesehatan 3. Alat ruamah tangga 4. Alat pencatatan dan pelaporan keperawatan / kebidanan 5. Pengelola peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi: standar perencanaan, standar pengadaan, standar distribusi, standar penggunaan, standar pemeliharaan, standar penggantian, standar penghapusan dan standar pengawasan dan pengendalian.

2.6.1 Standar I : Alat tenun Pernyataan: Penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan Rasional: Terpenuhinya kebutuhan alat tenun untuk mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan efisien. Criteria struktur: a. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengelolaan alat tenun b. Adanya mekanisme pengelolaan alat tenun di rumah sakit c. Adanya SOP / protap penggunaan alat tenu d. Adanya SOP /potap pemeliharaan lat tenun e. Adanya standar alat tenun yang meliputi jumlah, jenis, dan spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai