Anda di halaman 1dari 3

Lebih lanjut Rogers (1983 : 12-16) mengemukakan karakteristik yang dikandung oleh suatu inovasi mencakup : a.

Adanya keunggulan relatif ; sejauh mana inovasi dianggap lebih baik dari gagasan sebelumnya. Biasanya tolok ukurnya adalah faktor ekonomi, sosial, kepuasan, dan kenyamanan. b. Kesesuaian ; merujuk kepada bagaimana suatu inovasi dipandang konsisten dengan nilainilai yang ada, pengalaman yang lalu, dan sejauh mana dapat mengatasi kebutuhan calon penerima (adopter) c. Kompleksitas ; hal kompleksitas ini berkenaan dengan tingkat kesulitan suatu inovasi untuk dilaksanakan dibandingkan dengan kegunaannya. Apakah inovasi tersebut gagasannya sederhana atau sulit untuk dipahami, dan apakah tingkat kesulitan tersebut seimbang dengan kegunaannya. d. Trialabilitas ; aspek ini berkaitan dengan bagaimana tingkat ketercobaannya. Apakah inovasi tersebut mudah untuk diujicobakan. e. Observabilitas ; merujuk kepada bagaimana manfaat (hasil) inovasi dapat dilihat oleh masyarakat terutama masyarakat sasaran. Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah pembaharuan meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan. Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai alternatif pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi didahului dengan pengenalan terhadap masalah (Rogers, 1983 ; Lehman, 1981). Identifikasi terhadap masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan (R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan suatu inovasi. Dalam hal ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan/ diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi sentralisasi maupun desentralisasi akan memunculkan permasalahan baru pada saat adopsi/difusinya. Dari semua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa di dalam inovasi ada kegiatan menciptakan sesuatu hal baru yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja oganisasi.Me nur ut Timpe (2002: 421), Penciptaan sesuatu hal baru di sini erat kaitannya dengan teknologi baru, produk-produk baru maupun metode yang baru, sehingga ketika menyebut istilah inovasi membuat sebagian besar orang berpikir pertama-tama tentang teknologi, produk-produk baru, dan metode-metode baru untuk membuatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, agar setiap organisasi dapat sustainable dalam lingkungan dinamis yang selalu berubah, maka perlu menumbuhkan dan melakukan inovasi secara terus-menerus yang dikenal dengan inovasi tiada henti. Inovasi yang tiada henti

itu maksudnya adalah inovasi yang dilakukan secara terus menerus dalam berbagai hal dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Siapakah pihak yang berperan melakukan inovasi dalam suatu organisasi? Tidak lain adalah setiap orang atau individu yang ada di dalam organisasi tersebut. Prestasi organisasi

tergantung dari prestasi individu. Sedangkan prestasi individu merupakan bagian dari prestasi kelompok yang pada gilirannya merupakan prestasi organisasi. Karena itu semua unsur di dalam organisasi, baik pimpinan maupun anggota harus mempunyai niat dan perhatian serta konsistensi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Hal ini penting ditekankan agar semua pihak yang berperan serta dalam proses inovasi, mulai dari pimpinan tertinggi hingga anggota terendah pun mengetahui tujuannya, sasarannya dan perencanaan maupun strategi yang dipergunakan, sehingga hasilnya dapat memenuhi harapan organisasi. Kini, perkembangan zaman sudah menjadikan dunia ini menjadi suatu kesatuan (borderless) yang tidak lagi mengenal batas-batas negara dan teritori. Inilah konsekuensi dari era globalisasi dan revolusi informasi, di mana telah mengakibatkan terjadinya persaingan secara bebas dalam berbagai hal, termasuk dalam bidang ketenagakerjaan. Tidak ada pengecualian dalam persaingan ini, semua sektor sudah dirambah oleh globalisasi, semuanya bersaing dan berlomba-lomba meraih kesempatan dalam sistem mekanisme pasar global. Maksudnya bahwa dalam bidang ketenagakerjaan akan tunduk pada mekanisme pasar dengan persyaratan global yang sepenuhnya ditentukan oleh kualitas tenaga kerja itu sendiri. Globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Inilah tantangan bagi organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Bagaimana organisasi pendidikan mengantisipasi perubahan tersebut? Apa langkah-langkah yang perlu dilakukan sehingga penyelenggara pendidikan kita di Indonesia ini mampu menempatkan kualitas sumber daya manusia kita pada level yang patut diperhitungkan di kancah global? Hal ini merupakan tugas yang tidak ringan, terutama bagi penyelenggara kegiatan pendidikan. Di sini dibutuhkan manajemen pendidikan yang baik (well manage) dan strategi pelaksanaan inovasi agar organisasi pendidikan mampu menghasilkan SDM yang berkualitas.

Ada enam proses terjadinya inovasi :


Needs / Problem

Resaerch (Basic and Applied)

Development

Commercialization

Difusi and adoption

Consequences

Anda mungkin juga menyukai