Anda di halaman 1dari 7

I. a) Judul : Potensial Osmotik b) Oleh : Kelompok 5 1. Radia Yustin Jawas 2. Ni Putu Ratna Sari Dewi 3.

Siti Anis Puadah 4. Ni Komang Dewi Astriani 5. Luh Gede Kusuma Dariati 6. Ni Putu Wikan Suputriasih II. Tujuan plasmolisis III. Alat dan Bahan Alat :
1. Mikroskop 2. Jarum bertangkai 3. Silet 4. Pipet

(0913041001) (0913041007) (0913041014) (0913041017) (0913041024) (0913041032)

Mengetahui potensial osmotic cairan vakuola Rhoeo discolor dengan cara

1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 7 buah secukupnya

5. Kaca objek dan kaca penutup 1 buah

6. Kuas gambar 7. Botol vial


8. Cawan petri

Bahan :
1. Daun Rhoeo discolor 2. Larutan sukrosa, 0.26; 0.24; 0.22; 0.20; 0.18; 0.16; dan 0.14 M

IV.

Prosedur Kerja 1. Siapkan 7 botol vial dan isi masing-masing dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda

2. Buat sayatan permukaan bagian bawah daun Rhoeo discolor,

paling sedikit mengandung 25 buah sel berwarna merah - ungu 3. Masukkan 3 sayatan kedalam masing masing botol vial yang sudah berisi larutan sukrosa 4. Biarkan sayatan selama 30 menit 5. Setelah 30 menit, periksa sayatan epidermis tersebut dibawah mikroskop dengan menggunakan reagen larutan sukrosa dimana sayatan tadi disimpan 6. Amati jumlah atau prosentase sel yang berplasmolisis pada masing-masing konsentrasi sukrosa
7. Plotlah

data

presentase

sel

yang

berplasmolisis

terhadap

konsentrasi sukrosa (molar), carilah konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis terplasmolisis. Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Nilai potensial osmotic larutan ini dianggap sama dengan potensial osmotic cairan vakuola pada sel. 8. Hitunglah nilai potensial osmotic pada keadaan insipient plasmolisis dengan menggunakan rumus berikut = - CiRT

V. Hasil

Hasil dan Pembahasan

Tabel Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis dan yang tidak berplasmolisis

Konsentrasi (M) 0,14 M 0,16 M 0,18 M 0,20 M 0,22 M 0,24 M 0,26 M

Jumlah Sel Tidak berplasmolisis 6 9 7 5 10 10 10 Berplasmolisis 19 19 18 20 15 15 15

Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen ( C ) Temperatur ruangan Konstanta ionisasi Konstanta gas Perhitungan Potensial Osmosis : Pada konsentrasi 0,22 M s = -CiRT = - 0,22 x 1 x 0,082 x298 = - 5,4 atm (T) (i) (R)

: 0,22 M, 0,24 M, 0, 26 M : 25oC + 273 = 298 oK :1 : 0,0823

= - 0,24 x 1 x 0,082 x298 = - 5,8 atm

Pada konsentrasi 0,26 M

Pada konsentrasi 0,24 M

s = -CiRT = - 0,26 x 1 x 0,082 x298 = - 6,3 atm

s = -CiRT

Pembahasan Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menentukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air

dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Sel tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor, sedangkan konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan adalah 0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M dan 0,26 M. Berdasarkan hasil praktikum, sel tumbuhan yang dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang tertera pada tabel diatas terdapat sel yang berplasmolisis dan ada juga yag tidak berplasmolisis. Jika suatu sel dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang. Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995). Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikelpartikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952). Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Berdasarkan hasil praktikum, plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M dengan potensial osmosis -5,4 atm, - 5,8 atm, -6,3 atm. Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada tekanan

atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif. Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992). Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Winduwati (2000), karakteristik permeasi air pada membran osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan membran komposit modul modul sopitral wound dan larutan klorida dalam air dalam larutan umpan. Kesimpulan
1. Potensial osmosis pada konsentrasi 0,22 M ; 0,24 M ; 0,26 M sebesar -5,4

atm, - 5,8 atm, -6,3 atm. 2. Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis
3. Plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,22 M,0,24 M dan 0,26 M.

Jawaban pertanyaan
1. Kegunaan mengetahui potensial osmotik suatu larutan adalah untuk

mengetahui seberapa konsentrasi, tekanan atau energi yang dimiliki oleh suatu

larutan sehingga bisa dimanfaatkan untuk keperluan dalam kehidupan, dalam hal ini dalam mempelajari fisiologi pada tumbuhan.
2. Potensial osmotik nilainya berkisar dari negatif sampai nol karena air

cenderung bergerak menyebrangi membrane semi permeable dari air murni menuju air yang mengandung zat terlarut dan karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni sehingga tekanan pada larutan meningkat, kemampuan pelarut untuk melakukan kerja(potensial air larutan) juga meningkat.
3. Hubungan antara potensial air, potensial tekanan, potensial osmotik adalah

potensial air meliputi potensial osmotik, potensial tekanan dan potensial matriks. Tetapi dalam hal ini potensial matriks di abaikan karena nilainya sangat kecil. Jadi potensial air merupakan penjumlahan dari potensial osmotik dengan potensial tekanan sel tumbuhan.

Daftar Pustaka Sumardika, I Nengah.2009. Penuntun Praktium Fisiologi Tumbuhan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Otniel. 2011. Laporan Fisiologi Tumbuhan. http://sipulung.blogspot.com ( diakses tanggal 22 Maret 2011) Sarna, Ketut dkk. 2007. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan Bermuatan Local Genius. Singaraja: Undiksha. Sugeng, Moch. 2011. Epdermis. http://blogbiologisugeng.blogspot.com ( diakses tanggal 22 Maret 2011)

Anda mungkin juga menyukai