Anda di halaman 1dari 5

Beda Pacaran Dan Taaruf

Senin, 06 Juni 2011 05:56 | Ikhwah Pertanyaan: Assalamualaikum wr. wb. Ana pernah dengar kalau nikah islami itu tanpa "pacaran", akan tetapi menurut ana yang dangkal ini, bagaimana bisa seseorang menikah jika si fulan tidak "mengenal" terlebih dahulu pasangannya? Bagaimana jadinya jika sewaktu dalam perjalanan bahtera rumah tangga si fulan tahu kekurangan dan kelemahan pasangannya dan kemudian berpengaruh besar terhadap kehidupan rumah tangganya? Yang menjadi bahan pertanyaan ana adalah: 1. Apakah benar 100% dalam nikah islam itu tanpa didahului dengan taaruf, jika ada, apa macamnya dan bagaimana caranya? 2. Sebenarnya apa sih definisi "pacaran" itu sampai-sampai menjadikan penasaran bagi orang awam seperti saya yang notabene ingin menjadi seorang islam yang sejati tetapi masih dangkal terlepas dari sisi negatif "pacaran"? 3. Apakah boleh kita mensyaratkan pasangan sampai sedetail-detailnya demi terjaganya dan kenyamanan batin baik rumah tangga maupun pribadi, kan rosullullah menjual dagangannya dengan menyebutkan kelemahannya sehingg BELIAU dijuluki "Al Amin" dan apakah "mensyaratkan" itu dibilang terlalu duniawi? Atas jawabannya ana ucapakan jazakumullah khoiran katsira. Wassalam. Jawaban: Assalamualaikum Wr. Wb. Istilah pacaran sebenarnya tidak ada batasan bakunya, namun umumnya yang namanya pacaran itu apalagi di zaman permisif dan hedonis sekarang ini - tidak lain adalah hubungan lain jenis non mahram dengan segala aktifitas maksiatnya dari khalwat, zina mata, zina telinga dan sampai zina kemaluan. Bahkan beberapa penelitian di berbagai tempat seperti di Yogyakarta beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa sebagian besar pasangan pacaran itu memang telah melakukan hubungan tidak senonoh mulai dari bercumbu, berpelukan, berciuman sampai persetubuhan. Parahnya, semua itu umumnya dilakukan oleh para mahasiswa yang notabene terpelajar dan calon pemimpin bangsa. Jadi hampir bisa dikatakan bahwa pacaran itu tidak lain adalah zina atau minimal mendekati wilayah zina yang memang haram dan dilarang oleh semua agama. Written by sharia admin | | |

Sedangkan taaruf justru sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf adalah sesuatu yang syari dan memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Pacaran tujuannya lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan. Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia Cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimmana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu. Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar. Ketika taaruf, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik dan kalau tertarik, mari bicara harga. Dalam upaya taaruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya, bukan guru atau ustadznya. Jadi taaruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua. Disinilah letak perbedaan antara pacaran dengan taaruf. Pacaran adalah jalan-jalan asyik berdua, jajan, nonton, bermesraan dan bercumbu. Sama sekali tidak ada porsi tentang persiapan real untuk hidup. Bahkan pacaran cenderung bohong dan menipu, karena umumnya masing-masing pihak ingin tampil wah di depan pasangannya. Bedak, gincu, parfum, pakaian bagus, mobil dan segala asesoris lainnya adalah sesuatu yang ditonjolkan. Semua sangat jauh dari kehidupan real nanti dalam keluarga. Padahal setelah menikah, justru semua itu akan ditinggalkan dan masingmasing baru akan tampil dengan wajah dan kelakuan aslinya. Padahal dahulu hal-hal seperti itu tidak pernah dibahas dalam masa pacaran, karena semua waktunya tersita untuk jatuh cinta.

Wallahu Alam Bish-Showab, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Bagaimana Cara Menahahan Nafsu Syahwat


Senin, 09 Mei 2011 04:25 | Ibnu Abid Pertanyaan: Assalamualiakum Wr. Wb. Begini ustadz, saya ada masalah dalam hal memandang dan memikirkan wanita. Saya tau kalo pacaran, memandang wanita, itu haram. Tapi, koq susah sekali untuk menahannya. Terkadang saya sudah nyoba nahan, tetapi cuma bertahan sebentar, dan saya kembali lagi, malah lebih parah. Sulit sekali memang menjaga pandangan, dan kalo sudah melakukan, saya pasti mengingat-mengingat dan jadi bahan khayalan saya. Jadi gmn nih ustadz? Supaya bisa menahannya secara permanen. Terima kasih Wassalamualaikum wr wb. Jawaban: Assalamualaikum Wr. Wb. Saudaraku yang terhormat, syetan memang senantiasa akan berusaha untuk menggoda keimananan kita agar jauh dari jalan yang Alloh ridhoi. Salah satu cara syetan menggoda manusia khususnya kaum lelaki adalah melalui wanita. Oleh karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda: Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syetan. Barang siapa yang mendapatkan hal itu, hendaklah ia mendatangi istrinya karena hal tersebut akan memperlemah perasaan yang ada dalam dirinya. (HR Muslim, Abu Daud dan Tirmidzy) Imam An-Nawawy ketika mengomentari hadits ini beliau berkata: Sebuah isyarat kepada hawa nafsu dan mengajak kepada fitnah karena Alloh menjadikan dalam jiwa setiap lelaki kecenderungan untuk mencintai wanita, dan rasa nikmat ketika memandanginya. Oleh karena itu wanita menyerupai syetan karena ia dapat mengajak kepada kejahatan dengan bisikannya. Oleh karena itu, agar anda terhindar dari perbuatan nista dan juga perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat Written by sharia admin | | |

mendorong kepada hal tersebut, anda harus mengingat sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Alloh telah menuliskan bagi anak-anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti akan mendapatkanya. Zinanya mata memandang yang diharamkan, zinanya lisan membicarakannya, zinanya jiwa mengharap dan membayangkannya sedangkan kemaluannya akan membenarkan hal tersebut atau mendustakannya. (HR Tirmidzy) Anda harus sadar, tidak ada gunanya anda memandang atau membayangkan sesuatu yang diharamkan bahkan hal tersebut bisa tergolong perbuatan dosa, bahkan mungkin lebih dari itu, bisa menjerumuskan anda kelembah kenistaan. Oleh karena itu banyakbanyaklah anda beribadah kepada Alloh, kalau bisa anda melaksanakan shaum sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW kepada para pemuda: Wahai para pemuda, barang siapa di antar kamu telah mampu untuk menikah maka segeralah menikah, dan barang siapa yang belum mampu hendaklah ia puasa, karena hal tersebut akan lebih dapat menjaga pandangannya dan membentengi kemaluannya. Isi waktu-waktu anda dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baca quran, buku-buku Islami dan lain-lain. Perbanyaklah aktivitas yang melibatkan banyak orang, dan jangan menyendiri/mengurung diri, karena hal tersebut karena anda akan menjadi sasaran yang empuk bagi godaan syetan. Dan yang lebih penting jika anda telah mampu menikah menikahlah, insya Alloh nikah akan menjadi salah satu solusi bagi anda. Wallahu alam bishshowab. Wassalamu alaikum Wr. Wb

Bagaimana Cara Bertaubat


Rabu, 23 Maret 2011 03:58 | Saya uwi Pertanyaan: Assalamu'alakum. Saya seorang perempuan remaja yang sekarang baru saja menginjak 22 tahun. Semenjak umur 19 tahun saya telah mengenal tentang sex, dan mulailah saya terjebak dengan dunia sex. Sebelumnya saya adalah orang yang rajin menjalankan Ibadah kepada Allah Swt dan menjauhi larangnnya, entah kenapa semuanya itu menjadi berubah. Mulanya karena pacar pertama saya mencium di bibir saya, dan selanjutnya melakukan hubungan yang lebih walaupun belum melakukan seperti suami istri atau melakukan persetubuhan. Kemudian saya putus dengan pacar pertama saya ini karena untuk menghindari hal-hal yang tidak2. Pada suatu ketika saya mempunyai pacar lagi, pertama2 hubungan ini sehat, tapi lama Written by sharia admin | | |

kelamaan semunya berubah, malahan kami telah melakukan hubungan seperti suami istri. Saya pernah mengajaknya menikah agar tidak zina, tetapi pacar saya belum siap akan umur dan rezeki. Karena kami hanyalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang biaya masih ditanggung orang tua. Yang saya ingin tanyakan: 1. Apakah Allah SWT masih mau menerima maafku ini? 2. Bagaimana caranya agar Allah mau memafkan saya? Apa yang harus saya lakukan? Apakah cukup dengan hanya tidak melakukan perzinaan di luar nikah? Saya mohon bantu saya dan balas pertanyaan saya. Saya sangat butuh orang untuk membantu saya untuk kembali pada jalanNya. Sebelum semuanya terlambat. Saya sudah mencari-cari di ayat al-qur'an, tetapi saya kurang bisa memahmi secara detailnya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Jawaban: Assalamualaikum Wr. Wb. Apa yang Anda lakukan termasuk kategori dosa besar yang dalam syariah Islam hukumannya berupa cambuk (bagi pezina yang belum menikah) dan rajam bagi yang sudah menikah. Namun karena kita tinggal di negara yang belum memberlakukan hukum Islam, maka jalan satu-satunya adalah bertobat kepada Allah Swt. Beruntung Anda sadar bahwa perbuatan Anda salah dan keliru. Beruntung pula bahwa Anda memiliki keinginan untuk bertobat. Namun, jangan sampai keinginan untuk bertobat tersebut disimpangkan oleh setan sehingga keinginan Anda gagal terwujud. Karena itu, bertobatlah dengan tobat yang benar. Caranya dengan segera meninggalkan perbuatan zina tersebut, menyesal, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Karenanya, tidak boleh lagi ada pertemuan dengan si dia apalagi sampai melakukan pacaran dsb. Kalau Anda hendak menikah, maka menikahlah. Tetapi harus dipertimbangkan siapa orang yang tepat untuk membina rumah tangga dengan Anda. Pasangan yang pernah berbuat zina jelas tidak layak untuk dijadikan pilihan kecuali jika ia telah bertobat dengan sebenar-benarnya. Mintalah petunjuk kepada Allah agar dikaruniai jalan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Wallahu a'lam bish-shawab. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai