Pembahasan PB (Acuan)
Pembahasan PB (Acuan)
A. INDIKATOR KUALITAS AIR Pengukuran Kualitas Air Sebagai Indikator Pertanian Berberlanjut PARAMETER pH Kekeruhan (Turbidity) ORP DO TDS EC Ppt HASIL 7,86 18,9 NTU 116 mV 9,26 mg/L 0,126 g/L 0,194 0,1
Penjelasan: Dissolve Oxygen (DO) / oksigen terlarut merupakan oksigen yang ada di dalam air yang berasal dari oksigen di udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan tumbuhan dan hewan air, kekurangan oksigen terlarut akan mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada daerah penelitian menunjukan bahwa hasilnya pada pengukuran Dissolve Oxygen (DO) / oksigen terlarut adalah 9,26 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa kualitas air pengolahan tanah pada skala lansekap di daerah penelitian termasuk dalam kategori pertanian berlanjut karena menunjukan bahwa air belum tercemar, hal ini dibuktikan dalam tabel pengelasan, daerah tersebut masih termasuk dalam kelas 1.
Pada daerah penelitian menunjukan bahwa hasilnya pada pengukuran pH (skala tingkat kemasaman) adalah 7,86. Pada skala tersebut kondisi pH air bagi mahluk hidup cenderung normal. pH optimum air bagi kehidupan mahluk hidup di air adalah berkisar pada 6,5 8,2. Kondisi pH yang terlalu masam ataupun basa dapat mematikan mahluk hidup yang ada di air.
Pada saat penelitian tidak dilakukan penelitian mengenai COD dan BOD
DOKUMENTASI
B. INDIKATOR AGRONOMI
B. INDIKATOR AGRONOMI 1. Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan Tabel Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan.
Titik pengambilan sampel tutupan lahan 1 2 3 4 Semusim/Tahuna n/Campuran Informasi tutupan lahan & Tanaman dalam lanskap Luas Jarak tanam Populasi Sebaran
Tahunan
Campuran Tahunan Semusim
0.125 ha
2500 m2 2500 m2
(1,8 x1,8)m
20 x 20 cm 40 x 20 cm
385
62500 31250
sedang
Tinggi Tinggi
Penggunaan lahan pada lansekap dengan hamparan tanaman semusim, tanaman tahunan maupun kombinasi diantara keduanya mempunyai karakteristik berbeda-beda baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi. Pengelolaan lahan pada lansekap yang diamati secara umum dilakukan dengan menanam tanaman budidaya pada tiap lahan dengan tanaman yang berbeda-beda. Terdapat lahan agroforestri tanaman tahunan kopi dan sengon, dan juga ada lahan sawah tanaman jagung maupun rumput gajah. Pada lahan pertanian tanaman semusim, pola tanam secara monokultur. Hal ini dapat memicu terjadinya erosi di pada lahan tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya tindakan konservasi untuk menekan laju erosi, misalnya dengan pemberian mulsa organik pada lahan sawah atau juga dapat menggunakan land cover. Untuk tanaman tahunan kopi dan sengon, memiliki kemampuan untuk menaungi dan menahan tanah terutama pada tanah miring.
Tanpa skala
10
2. Pengelolaan Gulma Tabel Pengamatan gulma. Titik pengambilan sampel 1 (sengon) 2 (lahan terbuka) 3 (rumput gajah) 4 (jagung) Penjelasan: Berdasarkan pengamatan populasi gulma dari masing-masing titik pengambilan sampel, dapat diketahui bahwa sebagian besar kelebatan gulma dalam hamparan lanskap adalah lebat. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan antara tanaman tahunan dan semusim yang dibudidayakan dengan gulma adalah tinggi. Maka dari itu perlu tindakan pengelolaan gulma. Bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma dapat memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Kelebatan Gulma Agak lebat(25%-50%)
Lebat (>50%)
Jarang (<25%)
11
12
Lahan terbuka
Rumput teki
Rumput gajah
Rumput teki
Jagung
Rumput teki
Brachiaria humidicola
Brachiaria humidicola Fimbristylis dichotoma Wedusan krokot Pegagan Wedusan Putri malu ceplukan
Alang-alang
Davallia denticulata
wedusan
Penjelasan: Masing-masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap memiliki gulma yang berbeda-beda jenis dan jumlahnya. Gulma mengadakan persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan seperti jagung dan kopi. Maka dari itu perlu tindakan pengelolaan gulma. Bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma dapat memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa gulma hasil identifikasi ada yang bermanfaat diantaranya adalah jenis rumput teki da alang-alang dapat digunakan untuk konservasi tanah, dan daun yang muda untuk pakan ternak. Pemanfaatan lain dari gulma diantaranya sisa penyiangan gulma dapat menjadi media penyimpan unsur hara termasuk sebagai mulsa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai tinggi disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat. Berdasarkan kenyataan ini, pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat menurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetapi di sisi lain dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi beberapa aktivitas makhluk hidup. Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman, berturut-turut dipengaruhi oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya menghadapi berbagai upaya pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta spesies yang mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam dan pola pengelolaan tanah. Untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai terhadap vegetasi gulma yang akan
13
ditemui di lapang, maka perlu diketahui pengelompokan spesies-spesies gulma yang tumbuh di berbagai pola tutupan lahan.
DOKUMENTASI
14
Wedusan/ bandotan
rumput teki
rumput jampang
Tanaman paku
Fimbristylis dichotoma
krokot
15
Krokot
pegagan
16
C. INDIKATOR HAMA PENYAKIT Tabel 1. Komposisi peran arthropoda dalam hamparan Titik pengambilan sampel / Agroekosistem 1 Jumlah individu Hama 7 MA 3 SL Total 10 Persentase Hama 70 MA 30 SL -
Gambar fiktorial
GMA 30%
GH 70%
Hama 100
17
Dari data pada form pengamatan dapat dibahas bahwa pada lokasi sampel yaitu lahan kopi ditemukan 70% serangga yang berpotensi sebagai hama dan 30% sebagai musuh alami atau predator. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah hama banyak dibandingkan dengan musuh alami. Sehingga keseimbangan biodiversitas belum terjaga dengan stabil. Dalam grafik adanya titik koordinat yang dihubungkan secara beruntun dengan garis. Grafik pada pengamatan mengarah pada titik sudut hama. Maka keadaan tersebut menggambarkan bahwa ekosistem tersebut miskin musuh alami dan serangga lain, serta memerlukan penanganan khusus dalam upaya pengembangan tindakan preventif merupakan upaya pengendalian hama dan penyakit yang disusun berdasarkan pemahaman bioekologi OPT dan lingkungannya sehingga memprakondisikan lingkungan agar populasi hama dan penyakit tidak berkembang ke tingkat yang dapat merugikan secara ekonomis.
DOKUMENTASI
18
Jenis Tanaman Rumput gajah Enggras ( 1 ) Kopi, Durian, Alpukat ( 3 ) Lahan memelihara sapi
Jenis Lahan Sawah (ha) Tegal (ha) Pekarangan (ha) Jumlah (ha)
sewa -
633 m2
3. Input Produksi Jenis Lahan Bibit Pupuk Tenaga Kerja Lahan sawah Rumput gajah (100 % buat sendiri) Tidak dipupuk 1 orang (dikerjakan sendiri ) 100% sendiri Modal
19
Lahan tegal
Kopi robusta (100 % buat sendiri) Alpukat (100 % buat sendiri) Durian (100 % buat sendiri)
Kotoran kambing (100% beli), kompos dari sisa pakan ternak (100% tdk beli), dan pupuk Urea (50% beli)
100% sendiri
Lahan pekarangan
100% sendiri
4. Pemenuhan kebutuhan konsumsi Jenis Tanaman Kebutuhan Konsumsi Kopi 100% dijual Tersedia dengan harga wajar Durian 1% dikonsumsi, 99% dijual Alpukat 100% dikonsumsi Tidak wajar Akses Pasar
5. Keramahan Lingkungan Menurut P. Zaini, usaha tani yang dijalankannya cukup memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan). P. Zaini memanfaatkan kotoran kambing dan bekas makanan sapi sebagai pupuk untuk tanaman, hal
20
tersebut disebabkan karena penggunaan pupuk kimia secara terus menerus mengakibatkan lahan pertanian menjadi tandus. Namun dalam pengendalian hama-penyakit, Pak Zaini masih menggunakan pestisida kimia untuk menghemat waktu dan tenaga kerja.
6. Sumber Penghasilan Sumber Penghasilan Pertanian Jenis Penghasilan Sawah : Rumput gajah Tegalan: Alpukat, Peternakan Lain-lain Sapi, kambing Kuli bangunan Kopi, Durian, dan
a. Kepemilikan ternak Jenis Ternak Sapi Kambing Status Kepemilikan Milik Sendiri (4 ekor) Bagi Hasil (2 ekor)
7. Pengelolaan produk sampingan Dulu kotoran ternak yang dihasilkan dari ternak yang dimiliki P. Zaini dimanfaatkan kembali untuk dijadikan kompos sebagai pupuk bagi tanaman. Namun karena tenaga kerja berkurang, P. Zaini tidak memanfaatkan kembali kotoran ternak yang dihasilkan (dibuang). Namun hanya kotoran kambing dijadikan kompos. 8. Kearifan lokal a. Kepercayaan/ adat istiadat Bersih Desa : Sesudah idul adha pada malam ahad pahing
21
b. Pranoto Mongso Pranoto mongso ialah penggunaan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian. Sebelum tahun 2010 petani di dusun Sumbermulyo menggunakan pranoto mongso karena cuaca masih bisa di ramalkan. Namun setelah tahun 2010 sudah tidak menggunakan pranoto mongso karena cuaca mudah berubah. c. Musuh alami Responden menggunakan pestisida kimia untuk mengatasi masalah hama dan penyakit. Pestisida yang digunakan adalah Decis. d. Kegiatan pertanian Irigasi dilakukan secara bergotong royong. 9. Kelembagaan Kelompok Tani KOPERASI : KPSA Mekarsari SDL : Mekarsari
10. Tokoh Masyarakat Di dusun Sumbermulyo memiliki tokoh masyarakat sebagai panutan dalam pengelolaan usaha tani, yaitu Pak Suparjo (alm). Beliau merupakan orang pertama yang memperkenalkan stek pucuk/sambung pucuk pada tanaman kopi pada petani kopi di Dusun Sumber Mulyo, Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
11. Perkiraan Produksi Tanaman yang Bernilai Ekonomi Tanaman Tahunan Jenis Tanaman Luas Tanam Jumlah Produksi/mu sim tanam Kopi 1 ton/th 36 bulan 2500/kg(basah) 14000/kg(kerin g) Umur Tanam Harga Jual(Rp/unit) Nilai Produk si
22
Alpukat Durian
200 biji
10 tahun 2000/buah
23
1. Macam jenis Komoditas yang ditanam Lahan Tegal Jenis Tanaman Kopi robusta Alpukat Kayu-kayuan (sengon dan mahoni) 2. Akses terhadap sumber daya pertanian Luas kepemilikan lahan Jenis Lahan Tanah Milik Sewa Sakap (Bagi hasil) Tegal (ha) 1 ha (milik sendiri) Pekarangan (ha) Jumlah (ha) (milik sendiri) 1 1 1 ha Jumlah (ha) Pekarangan Durian Kakao
3. Input Produksi Jenis Lahan Lahan tegal Bibit Kopi robusta (100 % buat sendiri) Alpukat (100% buat Pupuk Untuk kopi : Pupuk kimia (0% buat sendiri) Tenaga Kerja 75 % sendiri (pemeliharaan dan tanam dilakukan sendiri,panen dilakukan orang Modal 100% sendiri
24
Pekarangan
Dilakukan sendiri
100% sendiri
Jenis Tanaman
Kebutuhan Konsumsi
Akses Pasar
Alpukat
Kakao
Kopi robusta
100% dijual
Durian
100% dijual
Belum panen
5. Keramahan Lingkungan
25
Menurut kami, usaha tani yang dijalankannya tidak memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan) karena penggunaan pupuk kimia secara terus menerus mengakibatkan lahan pertanian menjadi tandus. Menurut Pak Sukadi, penggunaan pupuk kandang tidak efektif karena hasilonya hasilnya tidak cepat nampak. Dalam pengendalian hama-penyakit, Pak Sukadi masih menggunakan pestisida kimia untuk menghemat waktu dan tenaga kerja. 6. Sumber Penghasilan Sumber Penghasilan Pertanian Jenis Penghasilan Pekarangan : Durian, Kakao Tegalan: Kopi, Alpukat, Kayu.
7. Kearifan lokal a. Kepercayaan/ adat istiadat Slametan dusun Wiwit Itungan Jawa b. Pranoto Mongso Pranoto mongso ialah penggunaan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian. Seperti bulan Desember Februari bagus untuk menanam tanaman kayu-kayuan, serta tanaman naungan yang baik ialah tanaman kopi c. Musuh alami Responden tidak menggunakan musuh alami tapi menggunakan pestisida kimia (Decis) d. Kegiatan pertanian Irigasi dilakukan secara bergotong royong, kerja bakti bersih desa. 8. Kelembagaan a. Kelompok Tani b. KOPERASI : KPSA Mekarsari SDL : Mekarsari : Memulai tanam : Panen : Penentuan tanam
26
9. Tokoh Masyarakat Di dusun Sumbermulyo memiliki tokoh masyarakat sebagai panutan dalam pengelolaan usaha tani, yaitu Pak Suparjo (alm). Beliau merupakan orang pertama yang memperkenalkan stek pucuk/sambung pucuk pada tanaman kopi pada petani kopi di Dusun Sumber Mulyo, Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
10. Perkiraan Produksi Tanaman yang Bernilai Ekonomu a. Tanaman Tahunan Jenis Tanaman Luas Tanam Jumlah Produksi/mu sim tanam Kopi Alpukat Durian Kakao 1 ton/th 25000 buah 36 bulan 2700/kg Umur Tanam Harga Jual(Rp/unit) Nilai Produksi
10 tahun 3000/buah -
27
Penjelasan: Berdasarkan hasil interview 2 responden, yaitu Bapak Zaini dan Bapak Sukadi dapat diketahui bahwa rata rata kedua responden memiliki lahan dengan status kepemilikan lahan milik sendiri baik untuk lahan sawah dan lahan tegal, serta pada lahannya ditanam lebih dari satu komoditas pada lahan yaitu menggunakan system agroforestry dengan tanaman utama kopi. Dari hasil wawancara responden pertama yaitu Bapak Zaini dapat diketahui bahwa status kepemilikan lahannya milik sendiri di mana terdiri dari lahan sawah 83 m2 yang ditanami rumput gajah, lahan tegal seluas 250 m2 ditanami kopi robusta, durian dan alpukat. Dan lahan pekarangan 300 m2 sebagai tempat untuk memelihara ternak yaitu sapi dan menthok, sedangkan untuk kambing dipelihara orang lain dengan sistem bagi hasil. Pada penggunaan bibit, Pak Zaini menggunakan bibit yang dibuat sendiri dengan persentase 100% baik untuk lahan sawah dan lahan tegalan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, kompos dan pupuk kimia, di mana dalam pengadaan pupuk kandang kambing 0% membuat sendiri, pupuk kompos dari sisa pakan ternak berupa rumput yang sudah kering 100% membuat sendiri dan pupuk kimia 50% membeli. Pada usahataninya responden mengelola lahannya sendiri. Untuk penyediaan modal, responden menggunakan modal 100% sendiri dan sumber penghasilan responden dari pertanian, peternakan dan kuli bangunan. Untuk produksi pertanian tanaman semusim, responden tidak menanam tanaman semusim. Dan untuk tanaman tahunan pada lahan tegal, produksi kopi robusta sekitar 1 ton/6 bulan di mana 100% dijual kepada tengkulak dengan harga yang wajar di mana pada penjualan biasanya responden menjual pada kondisi hasil produksi masih basa dan kering dengan harga jual yang hasil produksi basah lebih murah yaitu Rp 2500,00 sedangkan hasil produksi kering Rp. 14.000,00. Untuk produksi durian sekitar 20 buah/ tahun, 1%
dikonsumsi sendiri dan 99% dijual dengan harga yang tidak wajar yaitu Rp. 2000,00/buah. Dan tanaman alpukat 100% dikonsumsi sendiri. Sedangkan produksi pada lahan sawah yaitu rumput gajah digunakan untuk pakan ternak. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa petani masih memperhatikan aspek lingkungan dengan persentase 50%, karena petani masih menggunakan pupuk organic pada budidayanya dan dalam pengendalian hama menggunakan pestisida. Namun, alasan responden masih memperhatikan aspek lingkungan yaitu responden mengetahui penggunaan
28
pupuk anorganik dapat mengakibatkan tanah menjadi kurang subur dan tandus. Pada pengelolaan pupuk sampingan, pupuk kandang kambing responden membeli sedangkan kotoran sapi dari limbah peternakan dibuang. Menurut responden adat istiadat yang masih dilakukan ialah bersih desa yaitu slametan yang dilakukan sesudah idul adha pada malam ahad pahing. Dari hasil wawancara responden kedua yaitu Bapak Sukadi dapat diketahui bahwa status kepemilikan lahannya milik sendiri di mana terdiri dari lahan tegal yang ditanami Kopi robusta, pekarangan seluas Alpukat, Kayu-kayuan (sengon dan mahoni). Lahan
yang digunakan untuk usahataninya untuk lahan tegalan, kopi robusta (100 % buat sendiri), alpukat (100% buat sendiri) dan kayu-kayuan (0% buat sendiri). Sedangkan penyediaan bibit untuk lahan pekarangan, tanaman durian (100% buat sendiri), coklat (100% buat sendiri). Untuk penyediaan pupuk untuk lahan tegal, responden menggunakan pupuk kimia (0% buat sendiri). Pada usahataninya responden mempekerjakan tenaga kerja yaitu 8 orang (saat panen), dengan biaya HOK Rp 30.000,/org/hari dalam 10 hari. Untuk penyediaan modal, responden menggunakan modal 100% sendiri dan sumber penghasilan responden hanya dari pertanian. Untuk produksi pertanian tanaman tahunan pada lahan tegal, produksi kopi robusta sekitar dengan harga jual Rp. 2.700/kg. Hasil produksi ini 100% dijual dengan harga yang wajar. Pada produksi durian sekitar 25.000 buah/ ha sekali panen, di mana hasil produksi 100% dijual. Sedangkan tanaman alpukat 100% dikonsumsi sendiri. Hasil produksi untuk semua komoditas rata rata dijual dengan harga yang wajar. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa petani tidak memperhatikan aspek lingkungan dalam kegiatan pertaniannya, karena responden tidak menggunakan pupuk organik sama sekali serta dalam pengendalian hama menggunakan pestisida. Alasan responden tidak menggunakan pupuk organik karena kelangkaan pupuk organik serta lebih lamanya hasil yang didapat daripada pupuk anorganik. Menurut responden adat istiadat yang masih dilakukan ialah Slametan dusun yang dilakukan untuk memulai tanam, Wiwit yaitu slametan yang dilakukan saat Panen dan penggunaan hitungan Jawa untuk penentuan tanam.
29
Menurut responden pertama, Pranoto mongso ialah penggunaan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian. Sebelum tahun 2010 petani di dusun Sumbermulyo menggunakan pranoto mongso karena cuaca masih bisa di ramalkan. Namun setelah tahun 2010 sudah tidak menggunakan pranoto mongso karena cuaca mudah berubah. Sedangkan menurut responden kedua pranoto mongso masih dilakukan. Seperti bulan Desember Februari bagus untuk menanam tanaman kayukayuan, serta tanaman naungan yang baik ialah tanaman kopi. Tidak adanya kegiatankegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama diantara warga. Terdapat beberapa kelembagaan yaitu KPSA yang dibuat oleh perhutani dengan tujuan menanam beragam komoditas dalam sistem wanatani serta mengelola hutan yang ada dengan tanaman tahunan. Kemudian terdapat koperasi Mekarsari dan Gapoktan yang dikelola oleh ibu ibu di Desa Sumber Agung untuk mengawasi dan menyediaan modal untuk memperlancar usahatani.
30
Secara umum, pada lansekap pertanian yang diamati memiliki biodiversitas yang tinggi. Heterogenitas tanaman juga tinggi yang mendukung keberlanjutan sistem pertanian di kawasan sekitar. Penggunaan lahan pada lansekap pertanian sudah cukup baik karena di lahan ditemukan berbagai macam jenis tanaman yang dikembangkan dan penanaman sudah cukup menyesuaikan bentuk kelerengan. Pada daerah observasi, tingkat
heterogenitasnya tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari macam penggunaan lahan dan tutupan lahannya yang bervariasi. Kawasan lahan agroforestri ditanami tanaman tahunan kopi, sengon dan kelapa. Sedangkan kawasan tegalan ditanami tanaman semusim jagung, kubis, kacang tanah, kacang panjang. Berdasarkan analisis lanskap, klasifikasi lanskap pertanian di daerah observasi termasuk dalam kategori Fragmented dimana habitat asli yang tersisa hanya 10% 60%. Lahan di lansekap tersebut telah dialih gunakan menjadi lahan budidaya pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan adalah tegalan dengan budidaya tanaman secara monokultur. Melihat kondisi lansekap tersebut maka perlu dilakukan tindakan konservasi pada lokasi tertentu untuk mengembalikan fungsi hutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui agroforestri. adalah tegalan dengan tanaman semusim monokultur.g Berdasarkan aspek biofisik, dari segi kualitas air, agronomi maupun hama dan penyakit menunjukkan bahwa lansekap pertanian yang diamati berpotensi mendukung pertanian berkelanjutan, akan tetapi masih perlu dilakukan tindakan konservasi baik dari segi pola tanam maupun kondisi lingkungannya. Keseimbangan ekosistem dapat dilihat dari indikator hama dan penyakit, dimana ditemukan 70% serangga yang berpotensi sebagai hama dan 30% sebagai musuh alami atau predator. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah hama banyak dibandingkan dengan musuh alami. Sehingga keseimbangan biodiversitas belum terjaga dengan stabil. Berdasarkan hal diatas, maka pada lansekap pengamatan perlu adanya tindakan konservasi terutama pada lahan-lahan yang ditanami tanaman semusim secara Lokasi yang perlu dikonservasi
31
monokultur. Tindakan konservasi dapat dilakukan dengan pengaturan pola tanam melalui agroforestri untuk meningkatkan heterogenitas dan konservasi biodiversitas pertanian. Dengan melakukan tindakan konservasi tersebut, maka diharapkan dapat meningkatkan dan menjaga keseimbangan ekosistem pada skala lansekap.
DOKUMENTASI
32
BAB VI KESIMPULAN
Dari seluruh aspek biofisik baik aspek agronomi, kualitas air dan hama penyakit, serta aspek sosial ekonomi, pertanian pada lansekap yang diamati belum tergolong pertanian berlanjut. Hal ini dapat dilihat dari biodiversitas ekosistem pertanian yang belum stabil. Namun, pertanian pada kawasan lansekap tersebut berpotensi menjadi pertanian berlanjut jika dilakukan tindakan konservasi dan perubahan paradigma dalam bertania oleh masyarakat dan petani setempat.
33
7.1 Kritik Untuk Perkuliahan, jadwal tutorial, kuliah dan praktikum masih sering bentrok dan belum terkoordinir dengan baik Untuk kegiatan Tutorial, menurut kami tidak efektif dan efisien karena sering kosong dan tidak diisi.
7.2 Saran 1. Mohon lebih diatur lagi korrdinasi jadwal kuliah antar jurusan 2. Mohon jadwal antara tutorial, kuliah dan praktikum diisi dengan penuh agar tidak ada waktu yang terbuang
34